Baru belajar sedikit, langsung berbicara panjang lebar dan
menyalahkan orang yang berpendapat.
Ikut pelatihan sekali langsung berkoar-koar dengan semangat
terbakar
Sering menemukan yang seperti ini,? eits mungkin kita juga
pernah termasuk kali ya.
Banyak sekali disekitar kita sekarang orang-orang yang
nampak berilmu dan tahu segalanya, padahal belum tentu, sekali lagi kita bisa
termasuk ya. Mudah sekali menyalahkan, terlalu gampang memberi label dan
memastikan yang belum pasti. Dan lucunya terjadi antar sesama sendiri. Entah
itu sama-sama komunitas atau organisasi.
Jika kita menelisik para orang terdahulu dengan ilmunya yang
sangat luar biasa. Bahkan mereka lebih banyak mendengarkan dan diam untuk
hal-hal yang tidak harus diperdebatkan. Hal-hal kecil yang seharusnya bisa di
selesaikan dengan mudah dan cepat, malah menjadi dendam dan berkelanjutan.
Kita mudah sekali berfatwa ini itu. Memberi cap sana sini.
Tapi pahamkah bahwa sebenarnya kita sedang memberi cap pada diri sendiri.
Memberi cap bahwa kita adalah orang yang mudah melontarkan ucapan sebelum tahu
kebenaran.
Interopeksi lagi yuk...
Pernah suatu ketika mendapat curhatan dan cerita dari
seorang yang merasa sudah capek dan letih berada di suatu organisasi. Merasa
apa yang dilakukannya tidak pas dan tidak sejalan bagaimana seharusnya. Semua
orang bebas saja berpendapat dan mengklaaim sesuatu, selama itu tidak langsung
dijatuhkan tanpa diteliti lebih mendalam.
Ungkapan judul diatas beberapa kali saya berikan kepada teman-teman
yang kadang bercerita tentang kondisi yang ada disekitarnya. Perbedaan
pemahaman tentang ibadah. Perbedaan pikiran tentang sikap dan perlakuan. Dan
perbedaan lainnya yang seharusnya bisa dibawa duduk bersama sambil tersenyum
dan dengan hati yang lapang.
Ada yang merasa bahwa dirinya bukan apa-apa susah berdakwah,
dan lainnya. Menyebarkan pemahaman aktivis tapi merasa ditentang dengan satu
payung sendiri. Itu hal biasa. Hanya sebuah ujian dalam satu lingkaran tidak
sepantasnya membuat diri langsung merasa rendah dan tidak berguna. Saya sendiri
pernah pengalaman, dalam sebuah kondisi tepatnya KKN kebangsaan, dimana menjadi
seseorang yang berada dalam lingkungan minoritas. Selama 1 bulan tidak
mendengar Adzan sholat lima waktu. Apa rasanya coba?
Jika masih mengedepankan idealisme, dididik dan besar dalam
lingkungan yang mayoritas, pasti akan merasa resah dan panik. Tapi disanalah
menjadi sebuah tempahan pengalaman bagi diri saya. Memahamkan diri dan belajar
dari lingkungan beda agama, suku, adat dan budaya, menambah pengalaman banyak
meskipun belum seberapa.
Jika masih berada di lingkungan rumah dan tetangga kamu
sudah frustasi dalam beraksi, kamu perlu menjelajah lebih jauh lagi. Kelilingi
desamu, kotamu, provinsimu, negaramu, nahkan negara orang lain. Buka pikiran
dan lihatlah dunia kamu akan memandang sesuatu yang berbeda.
Bukankah para imam terdahulu belajar untuk memahami bukan
sekedar menggurui. Bukankah para nabi terdahulu diutus untuk menjadi contoh,
bukan untuk memerintah tanpa arah. Bukankah para pembesar dunia menjadi panutan
yang teladan, bukan hanya menunjukkan kemewahan.
Pahamkan lagi diri yang masih kecil. Carilah ilmu yang masih
sedikit, dan jangan pernah puas. Baca buku sebanyak-banyaknya, cari teman
sebaik-baiknya, dan jadilah orang yang paling rendah hatinya.
0 komentar:
Posting Komentar