Rabu, 10 Agustus 2016

Duo Bahasa Inggris yang saling melengkapi, review Pelatihan ROT (Part 10)



Pada tulisan kali ini akan membahas 2 orang yang bertahan sampai akhir pada pelatihan public speaking angkatan pertama.

Satu bulan sebelum bulan puasa 1436 H.

Cana dan Nisa
Menjadi Co-Trainer dalam mengisi Motivasi
di Universistas Muhammadiyah bengkulu

Menjelang liburan mahasiswa 2015 lalu, saya mencoba mengadakan pelatihan public speaking pertama kali. Dengan gratis saya menawari beberapa orang yang tertarik dan mau.

Di awal pelatihan ada sekitar lima orang yang mengikutinya, Foristi Kencana dan Panisia Julita Anak Bahasa Inggris, Ayu Phitaloka dan Citra Kusuma N mahasiswa ekonomi dan Diah Astri P mahasiswi pertanian.

Di dua pertemuan awal semua masih lengkap dalam mengikuti pelatihan ini,. Mulai masuk minggu ketiga ada dua orang yang berhalangan karena jadwal mata kuliah yang diganti bersamaan dengan harinya. Padahal sebelumnya tidak ada.

Dan minggu berikutnya Hanya dua orang yang bertahan, yang baru merekalah dari sekian peserta pelatihan yang pernah mendampingi saya menjadi Co-trainer dalam sebuah acara, dan disinilah sedikit cerita yang akan saya bagikan.

Foristia Kencana Wensi, Dari 0 menjadi 1000

Keken panggilan akrab dengan teman-temannya. Namun awal saya memanggilnya dengan Forist dan dia memprotesnya. Bertemu pertama di depan sekretariat salah satu organisasi, dengan temannya. Yang mana temannya lebih saya kenal sebelumnya karena satu organisasi, sedangkan Cana, (panggilan yang saya pakai sekarang) belum mengikuti organisasi tersebut.

Ketika pertama Cana mengikuti pertemuan pelatihan, benar-benar seperti kepiting rebus jika boleh saya menyebutnya. Pertemuan pertama kami hanya praktek untuk menjadi MC sebuah acara. Entah karena memang pertama kali atau tempat praktek yang saya pilih terlalu ekstrim sayapun tidak tahu.

Pucat merah pandangan kedepan tapi kosong, itulah yang terjadi pada Cana, padahal saat itu dia memgang kertas bacaan yang akan dipraktekkan.

Setelah tiga pertemuan, perlahan rasa tegang yang ada pada diri Cana mulai menghilang meskipun belum sepenuhnya. Tiga hari sebelum liburan saya mengadakan bagian terakhir dari pelatihan dengan membawakan materi tema Puasa. Meskipun tidak pernah saya ajarkan pengelolaan materi dengan power point yang dibuat oleh Cana sangat bagus. Saya sendiripun belum pernah membuatnya seperti itu.

Alhasil dalam penyampaian terakhir dengan sepuluh peserta sekaligus penilai yang diundang secara umum dan sukarela, menjadikan Cana lebih baik dalam pembawaan dari sebelumnya.

Tidak hanya sampai disini, ketika pelatihan menulis pertama saya buka, Cana yang awalanya fokus pada public speaking ternyata ingin ikut juga untuk bisa membuat novel impiannya. Setelah memilih diantara dua pilihan, Cana memilih pelatihan naskah yang satu bulan.

Alhamdulillah dalam waktu yang hampir tidak tercapai Cana menyelesaikan Naskahnya di detik-detik akhir dengan judul STOPLES PELANGI AYASOFYA dan sekarang sudah launching dan tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Sebuah perkembangan dan potensi yang paling saya lihat adalah ketika Cana mendaftar dalam perekrutan anggota baru BEM universitas, dimana saat itu saya menjadi salah satu ketua bidang, dan Cana ditempatkan dalam satu bidang keanggotaan dengan saya.

Beberapa potensi yang saya lihat sangat berkembang dari Cana, membuat saya ingin mengeluarkannya dengan saling mendukung oleh semua anggota dalam bidang saya, karena semua anggota di bagian saya belum pernah yang ada sekalipun berkecimpung di dunia BEM, baik Fakultas ataupun Universitas.

Dalam program kerja besar terakhir, Cana menjadi ketua panitia yang ditunjuk dari hasil meusyawarah bidang saya dan teman-teman. Dan paling mengejutkan sebuah perubahasan besar menurut saya.

Saat penyampaian Pidato sambutan ketua panitia, berbeda jauh daripada seperti saat pertama pelatihan dulu. Tanpa sedikitpun terbata-bata tidak ada kata “eee...” yang mengganggu dan lancar seperti dia sudah terbiasa. Dan disanalah puncak kemampuan Cana yang menjadi titik tolaknya. Dan sekarang pun dia menjadi salah satu ketua dalam salah satu bidang di organisasi tingkat Universitas



Panisia Julita, Oki Setiana dewi Bengkulu, si jahil yang cuek


Nisa, mahasiswi bahasa inggris semester 5. Kessukaannya menulis puisi dan cerpen mengantarkannya mendapatkan penghargaan dalam beberapa acara dan lomba. Pernah termasukdalam beberapa kontributor buku yang dicetak dan diterbitkan.

Pertama kali Nisa juga ikut pelatihan pertemuan seperti Cana. Dari awal sebenarnya Nisa sudah memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di depan umum, karena dulunyajuga beberapa kali sudah pernah ikut lomba ceramah ketika di masa sekolah.

Saya sendiri melihat nisa memiliki kemampuan yang baik, dan sempat merasa saya tidak perlu turun tangan banyak untuk membimbingnya.

Setelah presentasi pertemuan terakhir di pelatihan public speaking di depan audience, salah satu audience mengatakan bahwa Nisa mirip dengan Oki Setiana Dewi ketika membawakan materi. Tentunya itu menjadi nilai plus sendiri karena pertama kalinya membawakan materi di depan umum di depan orang yang baru di kenal langsung mendapat respon yang baik.

Nisa mengikuti pelatihan menulis yang juga satu bulan, dimana waktu penyelesainnya adalah dari awal bulan ramadhan sampai satu hari sebelum lebaran.

Dalam proses pelatihan menulis, banyak kejadian lucu dan bingung sendiri yang saya rasakan ketika dengan Nisa. Karena proses kontrolnya tidak bertatap langsung melainkan melalui media komunikasi,jadi terkadang saya yang harus sedikit ekstra untuk mengingatkan jadwal menulisnya.

Saya cukup paham karakter Nisa yang mungkin kalo lagi pusing nggak mau diganggu, alhasil dalam beberapa kali nisa hanya menjawab pendek ketika ditanya prosses naskah, dan sayapun tidak berani menanyakan lagi saat itu.

Alhamdulillah setelah satu bulan Nisa berhasil menyelesaikan Kumpulan cerpen dan puisi yang disatukan. Setelah proses dalam waktu hampir satu tahun Nisapun melaunchingkan bukunya dengan judul PLAYBOY BERKEDOK IKHWAN.

Sekarang Nisa juga mulai menyalurkan dan berbagi ilmunya, bahkan menjadi mentor menulis juga, dimana maintynya adalah kakak tingkat 2 tahun diatasnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;