Pada tulisan kali ini akan membahas 2 orang yang bertahan sampai
akhir pada pelatihan public speaking angkatan pertama.
Satu bulan sebelum bulan puasa 1436 H.
Cana dan Nisa Menjadi Co-Trainer dalam mengisi Motivasi di Universistas Muhammadiyah bengkulu |
Menjelang liburan mahasiswa 2015 lalu, saya mencoba
mengadakan pelatihan public speaking pertama kali. Dengan gratis saya menawari
beberapa orang yang tertarik dan mau.
Di awal pelatihan ada sekitar lima orang yang mengikutinya,
Foristi Kencana dan Panisia Julita Anak Bahasa Inggris, Ayu Phitaloka dan Citra
Kusuma N mahasiswa ekonomi dan Diah Astri P mahasiswi pertanian.
Di dua pertemuan awal semua masih lengkap dalam mengikuti
pelatihan ini,. Mulai masuk minggu ketiga ada dua orang yang berhalangan karena
jadwal mata kuliah yang diganti bersamaan dengan harinya. Padahal sebelumnya
tidak ada.
Dan minggu berikutnya Hanya dua orang yang bertahan, yang
baru merekalah dari sekian peserta pelatihan yang pernah mendampingi saya
menjadi Co-trainer dalam sebuah acara, dan disinilah sedikit cerita yang akan
saya bagikan.
Foristia Kencana Wensi, Dari 0 menjadi 1000
Keken panggilan akrab dengan teman-temannya. Namun awal saya
memanggilnya dengan Forist dan dia memprotesnya. Bertemu pertama di depan
sekretariat salah satu organisasi, dengan temannya. Yang mana temannya lebih
saya kenal sebelumnya karena satu organisasi, sedangkan Cana, (panggilan yang
saya pakai sekarang) belum mengikuti organisasi tersebut.
Ketika pertama Cana mengikuti pertemuan pelatihan,
benar-benar seperti kepiting rebus jika boleh saya menyebutnya. Pertemuan
pertama kami hanya praktek untuk menjadi MC sebuah acara. Entah karena memang
pertama kali atau tempat praktek yang saya pilih terlalu ekstrim sayapun tidak
tahu.
Pucat merah pandangan kedepan tapi kosong, itulah yang
terjadi pada Cana, padahal saat itu dia memgang kertas bacaan yang akan
dipraktekkan.
Setelah tiga pertemuan, perlahan rasa tegang yang ada pada
diri Cana mulai menghilang meskipun belum sepenuhnya. Tiga hari sebelum liburan
saya mengadakan bagian terakhir dari pelatihan dengan membawakan materi tema
Puasa. Meskipun tidak pernah saya ajarkan pengelolaan materi dengan power point
yang dibuat oleh Cana sangat bagus. Saya sendiripun belum pernah membuatnya
seperti itu.
Alhasil dalam penyampaian terakhir dengan sepuluh peserta
sekaligus penilai yang diundang secara umum dan sukarela, menjadikan Cana lebih
baik dalam pembawaan dari sebelumnya.
Tidak hanya sampai disini, ketika pelatihan menulis pertama
saya buka, Cana yang awalanya fokus pada public speaking ternyata ingin ikut
juga untuk bisa membuat novel impiannya. Setelah memilih diantara dua pilihan,
Cana memilih pelatihan naskah yang satu bulan.

Sebuah perkembangan dan potensi yang paling saya lihat
adalah ketika Cana mendaftar dalam perekrutan anggota baru BEM universitas,
dimana saat itu saya menjadi salah satu ketua bidang, dan Cana ditempatkan
dalam satu bidang keanggotaan dengan saya.
Beberapa potensi yang saya lihat sangat berkembang dari
Cana, membuat saya ingin mengeluarkannya dengan saling mendukung oleh semua
anggota dalam bidang saya, karena semua anggota di bagian saya belum pernah
yang ada sekalipun berkecimpung di dunia BEM, baik Fakultas ataupun
Universitas.
Dalam program kerja besar terakhir, Cana menjadi ketua
panitia yang ditunjuk dari hasil meusyawarah bidang saya dan teman-teman. Dan
paling mengejutkan sebuah perubahasan besar menurut saya.
Saat penyampaian Pidato sambutan ketua panitia, berbeda jauh
daripada seperti saat pertama pelatihan dulu. Tanpa sedikitpun terbata-bata
tidak ada kata “eee...” yang mengganggu dan lancar seperti dia sudah terbiasa.
Dan disanalah puncak kemampuan Cana yang menjadi titik tolaknya. Dan sekarang
pun dia menjadi salah satu ketua dalam salah satu bidang di organisasi tingkat
Universitas
Panisia Julita, Oki Setiana dewi Bengkulu, si jahil yang cuek
Nisa, mahasiswi bahasa inggris semester 5. Kessukaannya
menulis puisi dan cerpen mengantarkannya mendapatkan penghargaan dalam beberapa
acara dan lomba. Pernah termasukdalam beberapa kontributor buku yang dicetak
dan diterbitkan.
Pertama kali Nisa juga ikut pelatihan pertemuan seperti
Cana. Dari awal sebenarnya Nisa sudah memiliki kemampuan yang baik dalam
berbicara di depan umum, karena dulunyajuga beberapa kali sudah pernah ikut
lomba ceramah ketika di masa sekolah.
Saya sendiri melihat nisa memiliki kemampuan yang baik, dan
sempat merasa saya tidak perlu turun tangan banyak untuk membimbingnya.
Setelah presentasi pertemuan terakhir di pelatihan public
speaking di depan audience, salah satu audience mengatakan bahwa Nisa mirip
dengan Oki Setiana Dewi ketika membawakan materi. Tentunya itu menjadi nilai
plus sendiri karena pertama kalinya membawakan materi di depan umum di depan
orang yang baru di kenal langsung mendapat respon yang baik.

Dalam proses pelatihan menulis, banyak kejadian lucu dan
bingung sendiri yang saya rasakan ketika dengan Nisa. Karena proses kontrolnya
tidak bertatap langsung melainkan melalui media komunikasi,jadi terkadang saya
yang harus sedikit ekstra untuk mengingatkan jadwal menulisnya.
Saya cukup paham karakter Nisa yang mungkin kalo lagi pusing
nggak mau diganggu, alhasil dalam beberapa kali nisa hanya menjawab pendek
ketika ditanya prosses naskah, dan sayapun tidak berani menanyakan lagi saat
itu.
Alhamdulillah setelah satu bulan Nisa berhasil menyelesaikan
Kumpulan cerpen dan puisi yang disatukan. Setelah proses dalam waktu hampir
satu tahun Nisapun melaunchingkan bukunya dengan judul PLAYBOY BERKEDOK IKHWAN.
0 komentar:
Posting Komentar