Assalamualaikum,
Masih dalam suasana hujan yang tidak berhenti di Kota Bengkulu.
Akhirnya saya hanya menulis saja. Ini tulisan keempat hari ini.
Novel sudah masuk pada tulisan ke lembar 60.an di hari ke 9. oke fix kita istirahat dulu. Pengennya istirahat malah nulis blog, haha, mendingan nambahin produktivitas kan.
Sudah dua jam semenjak keluar dari rumah hari ini, saya hanya duduk di mushola sambil mengetik dan menonton. Huh nggak ada kerjaan lain ya.
Dan tulisan keempat ini terinspirasi melihat anak penjual koran yang rela hujan-hujanan menjajakan korannya.
Sudah lama semenjak terakhir di kampus saya melihat anak penjual koran. Banyak juga kenangan dan moment yang pernah saya rasakan dengan beberapa anak penjual koran di kampus ini.
Dengan masa kecilnya dan pendidikan yang masih SD, anak-anak ini mulai menjajakan korannya setelah pulang sekolah. Diantar oleh mobil dari perusahaan koran tersebut, anak-anak langsung berpencar mencari lokasi masing-masing untuk menjajakan korannya.
Ada yang jalan sendiri, ada juga yang saling berkelompok dengan dua orang.
Dulu, selain mereka menjajakan koran dengan harga 2000 perak ini, ada juga yang nyambi dengan menyemir sepatu.
Sampai sekarang entahlah, pertanyaan yang belum terjawab. apakah mereka melakukan hal itu murni karena keinginan mereka atau disuruh. Seringkali melihat badan mereka yang kurus itu berjalan tanpa alas kaki. Dengan ciri khasnya ketika menawarkan koran .."Kak, koran kak" dengan logatnya sendiri tentunya.
Ah, dan di tengah hujan ini, saya berjumpa dengan empat orang penjaja koran cilik. Mau saja membeli satu untuk setiap mereka, tapi saya merasa mubazir juga jika tidak dibaca. Entah benar atau salah.
Beberapa tahun lalu, pernah juga mengajak mereka kalau sore untuk mengaji iqra, tapi mungkin cara yang masih kurang tepat, sehingga hanya dua kali pertemuan tidak pernah lagi hal itu dilanjutkan.
Alhamdulillah, yuk tetap bersyukur dengan diri ini yang masih berkecukupan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar