6 bulan mengajar di PAUD memberikan banyak pengalaman,
terutama memahami tentang anak dan bagaimana menjadi orang tua, meskipun jika dibandingakan dengan menjadi orang tua sebenarnya, dan para guru yang lebih berpengalaman, saya masih sangat jauh bekalnya.
![]() |
Pose Bareng Alya |
Salah satu pendidikan yang juga menjadi trend dan mulai
perlahan di lakukan oleh banyak keluarga yaitu sistem home schooling. Hal ini
pun masih perlu dipahamkan kepada banyak pihak dan keluarga, meskipun semuaya
tergantung kembali kepada pilihannya masing-masing.
Dengan membuat suasana pembelajaran seperti layaknya suasana
rumah, seorang anak tidak akan merasa bosan dan akan merasa nyaman, apalagi
jika memang dari keluarga sendiri dan rumah sendiri yang menjadi sekolah bagi
anak-anak tersebut.
Masih terasa ketika anak-anak yang kami ajarkan lebih
mengedepankan kepada karakter anak. Yang mana saya percaya setiap anak itu
memiliki kecerdasan dan gaya belajar di bidangnya masing-masing.
Bukan bermaksud mengkritik namun ini pengalaman ketika
sekolah dulu.
Saya sebagai seorang siswa yang termasuk biasa-biasa saja
dalam akdemik, dulu cukup merasa mengejar ketertinggalan dalam belajar. SD-SMP
bahkan 10 besar tidak saya rasakan, dan hal itu membuat saya biasa saja dengan
peringkat dan tidak terlalu menjadi patokan.
Hal pertama yang saya ingat ketika sd dulu tepatnya kelas 5,
ketika tulisan saya di bilang cacing kepanasan dan itu ditunjukkan kepada
seluruh teman di dalam kelas. Ya jelas malu dong. Tapi apa mau dikata, sampai
sekarang tulisan tangan saya pun memang tidak bagus-bagus amat, tapi malah
memilih jalan jadi penulis ya, hehe.
Dari dulu saya memang bukan orang yang terlalu pintar dengan
akademik. Bahkan selama sekolah saya pernah mendapatkan nilai merah 2 kali.
Ketika kelas 4 SD mata pelajaran IPS, dan kelas satu SMA mata pelajaran FISIKA.
Yah saya akui ketika SMA cukup sulit memahami pelajaran eksak, yang akhirnya
tentu saja memilih jurusan IPS ketika naik kelas 2 SMA.
Disinilah, saya memulai menemukan gaya saya belajar. Mulai
belajar ilmu tentang komunikasi, NLP, dan sempat diperkenalkan dengan Hipnosis
dan ilmu tentang kekuatan pikiran. Semester dua kelas 2 SMA pertama kalinya dan
shock. Mendapat pengumuman juara 1 IPS di kelas saya, sempat membuat heran satu
minggu bahkan orang tuapun juga. Setahu saya di keluarga yang cukup bagus
akademiknya adalah adik saya yang pertama saat itu.
Setelah itu di awal kelas tiga juga mendapatkan 3 besar.
Saya mulai memahami beberapa hal dengan cara belajar yang saya nikmati.
Tentunya tidak lepas dari anugerah dan Rahmat Allah yang memberikan karunianya
ya.
Dan puncaknya ketika ujian nasional. Saya memang bukan orang
yang bisa di press dalam hal apapun, saya punya cara sendiri dalam membuat
tekanan untuk melakukan yang saya alami. Masih ingat cara belajar saya yang
audio-visual ketika ujian nasional. Mendengarkan musik sambil nonton tv. Bahkan
salah satu bab di mata pelajaran soiologi saya umpamkan dengan film harry
potter untuk memahaminya. Dan ketika ujian PENJASKES, salah satu soal bisa saya
jawab dengan mengingat istilah dalam sallah satu film kartun olahraga.
Dan itulah yang saya lakukan sampai sekarang. Saya suka
melakukan beberapa hal untuk memahamkannya dengan mendengar dan melihat, bahkan
untuk beberapa hal dengan menggerakkan tubuh.
Kembali ke pendidikan sekarang entah bagaimana kita bisa
mengajarkan yang terbaik kepada anak sendiri atau anak-anak disekitar kita. Dan
yang paling penting sepertinya adalah pendidikan moral. Ingat, memberi
pendidikan tidak hanya yang berada pada sekolah, namun juga ada pada di luar
sekolah, bahkan itu lebih berpengaruh dan tertanam.
![]() |
Fattah-Daffa-Nayla kelas seni rupa |
Seperti saat dulu mengajar PAUD, hal sehari-hari yang saya
dan guru lainnya terapkan untuk memahamkan pengajaran kepada anak-anak adalah
pengulangan. Bahkan dalam salah satu kegiatan parenting, salah seorang guru
mengatakan untuk memahamkan satu ilmu atau kebiasaan saja, perlu ratusan bahkan
ribuan kali untuk mengulangnya. Nah jika anak anda atau disekitar anda belum
mampu memahami secara menyeluruh apa yang dipelajari, jangan cepat-cepat
disalahkan, bisa jadi mereka perlu pemahaman yang perlahan dan berulang.
Seperti ketika saya mengajarkan hafalan surat pendek kepada
anak-anak. Beragam cara harus bisa saya pakai untuk setiap anak. Ada Fahri,
seorang anak kinestetik yang aktif gerak. Saya mengajarkan bacaan surat dengan
gerakan sesuai terjemahannya. Ada Nayla, yang audionya sangat kuat. Dia tidak
mau jika disuruh melihat dan diam. Akhirnya sambil dia bermain saya minta dia
mendengarkan apa yang saya bacakan dan mengulanginya, dan itu lebih dia
nikmati. Ada juga Daffa, Alya dan Fattah, yang kemampuan visualnya lebih
dominan diantara yang lain. Ketika mengajarkan hafalan dan bacaan mereka lebih
bisa fokus dan melihat tanpa perlu gerakan.
Yakinlah, setiap anak spesial dengan caranya dan gayanya.
Maka dengan mengetahuinya akan mudah untuk mengajarkan apapun kepada mereka,
apalagi bidang kemampuan yang mereka sukai.
0 komentar:
Posting Komentar