Selasa, 09 Agustus 2016

Anak, Pahami Caranya, Pahami Gayanya.



6 bulan mengajar di PAUD memberikan banyak pengalaman, terutama memahami tentang anak dan bagaimana menjadi orang tua, meskipun jika dibandingakan dengan menjadi orang tua sebenarnya, dan para guru yang lebih berpengalaman, saya masih sangat jauh bekalnya.

Pose Bareng Alya
Isu Pendidikan yang sekarang lagi dicanangkan masih jadi pertimbangan respon dari berbagai pihak terutama masyarakat awam. Terkait benar atau tidaknya kita semua harus bisa menyaringnya secara baik-baik supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan asal menyebarkan berita.

Salah satu pendidikan yang juga menjadi trend dan mulai perlahan di lakukan oleh banyak keluarga yaitu sistem home schooling. Hal ini pun masih perlu dipahamkan kepada banyak pihak dan keluarga, meskipun semuaya tergantung kembali kepada pilihannya masing-masing.

Dengan membuat suasana pembelajaran seperti layaknya suasana rumah, seorang anak tidak akan merasa bosan dan akan merasa nyaman, apalagi jika memang dari keluarga sendiri dan rumah sendiri yang menjadi sekolah bagi anak-anak tersebut.

Masih terasa ketika anak-anak yang kami ajarkan lebih mengedepankan kepada karakter anak. Yang mana saya percaya setiap anak itu memiliki kecerdasan dan gaya belajar di bidangnya masing-masing.
Bukan bermaksud mengkritik namun ini pengalaman ketika sekolah dulu.

Saya sebagai seorang siswa yang termasuk biasa-biasa saja dalam akdemik, dulu cukup merasa mengejar ketertinggalan dalam belajar. SD-SMP bahkan 10 besar tidak saya rasakan, dan hal itu membuat saya biasa saja dengan peringkat dan tidak terlalu menjadi patokan.

Hal pertama yang saya ingat ketika sd dulu tepatnya kelas 5, ketika tulisan saya di bilang cacing kepanasan dan itu ditunjukkan kepada seluruh teman di dalam kelas. Ya jelas malu dong. Tapi apa mau dikata, sampai sekarang tulisan tangan saya pun memang tidak bagus-bagus amat, tapi malah memilih jalan jadi penulis ya, hehe.

Dari dulu saya memang bukan orang yang terlalu pintar dengan akademik. Bahkan selama sekolah saya pernah mendapatkan nilai merah 2 kali. Ketika kelas 4 SD mata pelajaran IPS, dan kelas satu SMA mata pelajaran FISIKA. Yah saya akui ketika SMA cukup sulit memahami pelajaran eksak, yang akhirnya tentu saja memilih jurusan IPS ketika naik kelas 2 SMA.

Disinilah, saya memulai menemukan gaya saya belajar. Mulai belajar ilmu tentang komunikasi, NLP, dan sempat diperkenalkan dengan Hipnosis dan ilmu tentang kekuatan pikiran. Semester dua kelas 2 SMA pertama kalinya dan shock. Mendapat pengumuman juara 1 IPS di kelas saya, sempat membuat heran satu minggu bahkan orang tuapun juga. Setahu saya di keluarga yang cukup bagus akademiknya adalah adik saya yang pertama saat itu.

Setelah itu di awal kelas tiga juga mendapatkan 3 besar. Saya mulai memahami beberapa hal dengan cara belajar yang saya nikmati. Tentunya tidak lepas dari anugerah dan Rahmat Allah yang memberikan karunianya ya.

Dan puncaknya ketika ujian nasional. Saya memang bukan orang yang bisa di press dalam hal apapun, saya punya cara sendiri dalam membuat tekanan untuk melakukan yang saya alami. Masih ingat cara belajar saya yang audio-visual ketika ujian nasional. Mendengarkan musik sambil nonton tv. Bahkan salah satu bab di mata pelajaran soiologi saya umpamkan dengan film harry potter untuk memahaminya. Dan ketika ujian PENJASKES, salah satu soal bisa saya jawab dengan mengingat istilah dalam sallah satu film kartun olahraga.

Dan itulah yang saya lakukan sampai sekarang. Saya suka melakukan beberapa hal untuk memahamkannya dengan mendengar dan melihat, bahkan untuk beberapa hal dengan menggerakkan tubuh.
Kembali ke pendidikan sekarang entah bagaimana kita bisa mengajarkan yang terbaik kepada anak sendiri atau anak-anak disekitar kita. Dan yang paling penting sepertinya adalah pendidikan moral. Ingat, memberi pendidikan tidak hanya yang berada pada sekolah, namun juga ada pada di luar sekolah, bahkan itu lebih berpengaruh dan tertanam.


Fattah-Daffa-Nayla kelas seni rupa

Seperti saat dulu mengajar PAUD, hal sehari-hari yang saya dan guru lainnya terapkan untuk memahamkan pengajaran kepada anak-anak adalah pengulangan. Bahkan dalam salah satu kegiatan parenting, salah seorang guru mengatakan untuk memahamkan satu ilmu atau kebiasaan saja, perlu ratusan bahkan ribuan kali untuk mengulangnya. Nah jika anak anda atau disekitar anda belum mampu memahami secara menyeluruh apa yang dipelajari, jangan cepat-cepat disalahkan, bisa jadi mereka perlu pemahaman yang perlahan dan berulang.
Hafalan surat dengan gerakan khusus Fahri

Seperti ketika saya mengajarkan hafalan surat pendek kepada anak-anak. Beragam cara harus bisa saya pakai untuk setiap anak. Ada Fahri, seorang anak kinestetik yang aktif gerak. Saya mengajarkan bacaan surat dengan gerakan sesuai terjemahannya. Ada Nayla, yang audionya sangat kuat. Dia tidak mau jika disuruh melihat dan diam. Akhirnya sambil dia bermain saya minta dia mendengarkan apa yang saya bacakan dan mengulanginya, dan itu lebih dia nikmati. Ada juga Daffa, Alya dan Fattah, yang kemampuan visualnya lebih dominan diantara yang lain. Ketika mengajarkan hafalan dan bacaan mereka lebih bisa fokus dan melihat tanpa perlu gerakan.

Yakinlah, setiap anak spesial dengan caranya dan gayanya. Maka dengan mengetahuinya akan mudah untuk mengajarkan apapun kepada mereka, apalagi bidang kemampuan yang mereka sukai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;