Jumat, 12 Agustus 2016

Haruskah Wisuda berias dan mempercantik diri? wajib atau budayakah?



Assalamualaikum sobat kampus semua,

Nah, kali ini kita saya mendapat permintaan tulisan tentang banyaknya fenomena yang menurutnya terkadang hal ini dianggap remeh oleh sekitar kita.

Pada tulisan permintaan kali ini, beliau meminta tulisan yang mengangkat moment tentang proses terakhir dari perjalanan seorang mahasiswa, yaitu Wisuda.

Siapa sih yang tidak suka dengan wisuda, perjuangan menempuh kuliah yang akhirnya akan memasuki gerbang terakhir untuk melangkah kehidupan yang lebih nyata di tengah masyarakat. Moment satu hari ini, menjadi seperti ajang perlombaan untuk menunjukkan diri. 
Bahkan ada yang rela melepas sesuatu yang selama ini dipakainya.

Berkaitan dengan kamu, terutama sebagai umat muslim, ada dong batasan bagaimana seharusnya kita lakukan ketika menghadiri acara-acara perayaan seperti yang tersebut. 

Bertanya pada diri sendiri aja deh, apakah yang akan dikenakan nanti dan yang dilakukan ketika wisuda sudah memenuhi atau sesuai syariat. Atau malahan, kita menganggap sepele dengan melanggar beberapa hal dan hanya berkata “Kan Cuma sekali seumur hidup wisuda ini, bolehlah sedikit bergaya”.

Sayangnya yang kita katakan sedikit itu malah sebuah hal yang seharusnya tidak dilakukan. Hal paling mudah di soroti dalam hal ini adalah berhias. Meskipun memiliki banyak peringatan yang sama untuk laki-laki dan perempuan, namun hal ini banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Masihkah ingin beralasan, kalo ini hanya satu kali? Bagaimana jika dengan satu kali ini malah dipanggilNya menghadap dan meninggalkan dunia.

Ah, lebay deh, fanatik amat. Lho, Cuma mengingatkan.

Tak terlepas dari para aktivis dakwah kampus, terkadang akhwat (baca:perempuan) juga ikutan dalam berhias. Mungkin kita berpikir “Ah, sekali ini saja, boleh dong berdandan” bukankah dulu pernah berkomitmen kuat untuk tetap mempertahankan hijab? Bukankah selalu mendakwahi adik-adik tingkat untuk selalu menjaga dirinya dalam memancing godaan.

Bukan hanya untuk mereka yang aktivis dakwah kampus, kamupun selama kamu muslimah, ini adalah anjuran dan sudah menjadi peringatan bagaimana kamu berhias dan lainnya. Yakinlah, tidak akan ada kerugian sedikitpun hanya karena tidak ke salon untuk menampakkan kecantikanmu kepada semua laki-laki. Tampil biasa dan apa adanya, buatlah hal itu menjadi kesucian dan mutiara bagi dirimu sendiri.

Ini bukanlah sebuah hal ekstrim, melainkan mengingatkan untuk kebaikanmu wahai para laki-laki dan perempuan muslim. Jika masih memungkiri ayat dan hadis berikut, harusnya jelas untuk bisa kamu jadikan pegangan kenapa kamu harus menjaga diri, dan tak perlu berias yang berlebih.

Seorang wanita yang berhias atau bersolek dianggap ber-tabarruj apabila berdandan atau bersolek secara berlebihan dan tidak seperti biasanya. Misalnya menggunkan bedak, eye shadow, lipstick, blas on dan lainnya secara tebal dan berlebihan. Selain itu, mengenakan pakaian tipis dan pakaian ketat yang merangsang (tanpa jilbab dan kerudung) serta memakai wewangian hingga tercium ketika berjalan di tempat umum juga termasuk ke dalam kategori tabarruj.

Tabarruj adalah idzhaar al-ziinah wa al-mahaasin li al-ajaanib (menampakkan perhiasan dan kecantikan kepada laki-laki yang bukan mahram).  Jika dinyatakan seorang wanita telah bertabarruj, artinya, wanita itu telah menampakkan perhiasan dan kecantikannya kepada orang yang bukan mahramnya.  Atas dasar itu, setiap upaya mengenakan perhiasan atau menampakkan kecantikan yang akan mengundang pandangan kaum laki-laki termasuk dalam tindakan tabarruj yang dilarang.

….dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab[33]:33)

Menurut kaidah ilmu ushul fikih, bahwasannya sighat larangan yang termaktub dalam Surat al-Ahzab : 33 menunjukkan pengertian pengharaman
ﺍﻠﻨﻬﻲﻠﻟﺘﺤﺮﻴﻢ ) ), maka tabarruj dihukumi haram dan setiap muslimah diwajibkan untuk menjauhi apapun alasannya. Karena dengan bertabarruj secara otomatis seorang muslimah telah berperilaku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. Dalil lain yang menunjukkan keharaman tabarruj adalah sabda Rasulullah saw;

“Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang sebelumnya aku tidak pernah melihatnya; yakni, sekelompok orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk menyakiti umat manusia; dan wanita yang membuka auratnya dan berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak, kepalanya digelung seperti punuk onta.  Mereka tidak akan dapat masuk surga dan mencium baunya.  Padahal, bau surga dapat tercium dari jarak sekian-sekian.” [HR. Imam Muslim]

“Siapapun wanita yang memakai wewangian kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, berarti ia telah berzina.”[HR. Imam al-Nasaaiy]

Berdasarkan penjelasan dalil diatas kita dapat menyimpulkan berhias di moment wisuda akan terkategori  tabarruj ketika melebihi batasan yang diberikan Syari’at Islam kepada wanita. Batasan yang diberikan kepada Allah adalah sesuai dengan fitrah wanita dan mampu menjaga kehormatan seorang wanita sebagai muslimah dari keburukan dan kemaksyiatan.  

Wallahu’alam.

Source: http://www.dakwahkampus.com Oleh Dewi Nurhayati

Dan lagi dalam sumber lain :

Berikut beberapa dandanan dan hiasan yang haram:

Pertama, berlebihan dalam berhias dengan menghabiskan waktu yang cukup lama dan uang 
 yang tidak sedikit untuk mencari kosmetik, pakaian, serta ornamen hiasan terbaru yang diluncurkan ke pasaran.

“Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudar setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya,” (QS. Al-Israa ayat 27).

Kedua, menghabiskan banyak waktu di depan cermin guna memoleskan berbagai macam kosmetik. Sebab segala sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas, akan menjadikan hal yang negatif.

Ketiga, Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang membuat tato dan meminta ditato, yang mencabut bulu alis dan meminta dicabut, yang merenggangkan gigi dan memperindahnya, serta wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Al-Jami ash-Shaghir).

Keempat, Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambungkan rambutnya.” (HR. Al-Jami’ ash-Shaghir).

Kelima,  Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Jami ash-Shaghir).

Keenam, Rasulullah SAW bersabda, “Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan wanita tidak boleh melihat aurat wanita yang lain,” (HR. Muslim).

Sudah jelas bukan bahwa berdandan dengan berlebihan hanya akan membuatmu melanggar aturan-aturan Allah, untuk itu taatilah perintah Allah dan berdoalah supaya hati tetap istiqomah di jalan-Nya. Dan Allah menjadikan kita wanita muslimah yang seutuhnya. [reni/islampos]

Sumber: Kiat Menjadi Muslimah Seutuhnya/karya: Adnan Tharsyah/Penerbit: Senayan Publishing

Wallahualam, ini adalah tulisan permintaan dari seorang mahasiswa yang akan di wisuda bulan ini, yang merasa perlu untuk mengingatkan, maaf untuk tidak  menyebutkan orangnya karena memegang amanah dari beliau.

Semoga jadi pembelajaran bagi kita semua ya, yang terpenting menjadi cantik dan tampanlah di hadapan Allah aamiin... Jika bermanfaat boleh di share ya biar saling mengingatkan.

2 komentar:

tarii mengatakan...

Jadi lebih baik tidak usah berhias kan yah kak?

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

maaf baru buka, jadi baru balas,hanya pendapat dengan berbagai sumber rujukan, namun menjaga memang lebh baik daripada dipamerkan, wallahualam

Posting Komentar

 
;