Rabu, 10 Agustus 2016

Khoirunnisa Nurul Habibatulloh, Meyda Safiranya bengkulu, Review pelatihan ROT (Part 5)



Mahasiswi Fakultas Ekonomi semester 7.

Pertama kali mengenal Nisa, sapaan akrabnya, ketika dia menanyakan pelatihan public speaking setelah saya mengisi motivasi mahasiswa baru di Fakultasnya dan dia menjadi salah satu panitianya. Malam setelah mengisi dapat sms yang menanyakan apakah ada pelatihan public speaking yang dibuka lagi. Awalanya ragu ingin menjawab apa karena belum merencanakan untuk membuka lagi.

Ice Breaking Nisa
Akhirnya mengatakan kalau ada minimal lima orang yang akan ikut, bisa diadakan pelatihannya. Sampai saat itu tidak tahu orangnya yang mana, karena sebelumnya belum terlalu banyak mengenal mahasiswa ekonomi. Setelah itu beberapa hari berikutnya dia mengabarkan ada sekitar 6 orang yang ingin ikut untuk pelatihan. Ditambah lagi ada dari jurusan lain bahkan dari universitas lain.

Ketika pertemuan pertama untuk latihan public speaking barulah tahu orangnya, yah tidak terlalu memikirkan apa-apa, karena hampir yang datang semua pada hari itu adalah orang yang baru saja dikenal dan dilihat pada hari itu.

Beberapa kali pertemuan, mulai ada kemajuan yang menunjukkan kemampuan mereka dalam berbicara di depan umum. lalu karena suatu hal pelatihan ini diberhentikan.

Setelah agak lama, saya mengadakan pelatihan kepenulisan. Dan mereka semua yang sebelumnya ikut pelatihan public speaking, mendaftar untuk ikut pelatihan menulis, dan Nisa menjadi salah satu pesertanya.

Novel Pertama Nisa
Dalam waktu dua bulan setelah pelatihan hampir semua peserta menyelesaikan naskah bukunya, tapi sayang
hanya 7 orang saja yang mampu untuk ikut menerbitkan dan launching bukunya. Anisa menjadi salah satu yang ikut menerbitkan bukunya dengan judul SAMUDERA SETENGAH ABAD dan menjadi satu-satunya dari 6 orang mahasiswa ekonomi yang ikut dalam pelatihan menulis.

Ketika gladiresik untuk launching Nisa sendiri mengaku gugup untuk bisa tampil di depan umum mempresentasikan isi bukunya. Dan beberapa kali gagal dan banyak tertawanya. Namun ketika di hari H, semua itu seakan lenyap dan hilang. Dengan nada yang tegas, serta di hiasi dengan pembacaan puisi, nisa menjadi salah satu yang membuat para peserta launching memperhatikannya, dan gayanya mirip sekali dengan Meyda Safira, salah satu pemeran film KCB, yang menjadi adiknya Azzam.

Setelah beberapa bulan, saya membuka pelatihan public speaking dengan ilmu yang saya berikan sebanyak 50 GB soft file materi. Nisa awalanya sempat ragu untuk ikut. Masa lalunya Nisa adalah seseorang yang berprestasi dan aktif untuk tampil di depan umum. Bahkan ikut beberapa cabang  lomba di SMAnya. 

Akhirnya dengan sedikit dorongan Nisa ikut meskipun dalam kondissi yang kurang fit pada saat itu.

Presentasi Materi
Menjadi peserta kelima dalam presentasi materinya, membuat Nisa yang awalnya ragu menjadi mantap. 

Setelah mulai detik awal terasa mengalir begitu saja apa yang dibawakannya. Dengan tema Move on dan Move up, Nisa memberikan gambaran, cerita, dan isi dari apa yang dibawakannya. Dan kembali ciri khas yang melekat ketika pada bagian akhir presentasi membawakan puisi. Puisi yang cukup membuat ruangan dan hampir semua peserta terutama peserta perempuan dalam pelatihan itu benar-benar menangis.

Emang cukup lucu, setelah tampil, Nisa mengatakan “Tadi habis ngapain kak, tampil ya, caknyo bukan Nisa lah” sayapun hanya tertawa saja menanggapinya. Dan memang tidak salah jika dijuluki Meyda Safiranya Bengkulu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;