Di dalam sebuah pernikahan atau
berkeluarga, tentu tidak selalu mendapatkan kesenangan dan ketenangan. Ada
kalanya selisih paham dan pemikiran menjadi pemicu emosi satu dengan yang
lainnya. Namun bagaimana kalau hal itu berubah menjadi sebuah kejahilan dan
yang satunya selalu merasa salah yang akhirnya menanggapi dengan polos karena
tidak paham?
Sebuah cerita menarik dari pasangan
yang umur pernikahannya belum terlalu lama. Istrinya yang berjilbab lebar dan
nampak pendiam ketika di kenalnya dulu, setelah sah menjadi seorang istri malah
muncul sifat-sifat yang tidak di sangka oleh sang suami. Bukan sifat yang jelek
memang, tapi tetap membuat sang suami terkejut.
Sang suami yang dulu malah lebih
aktif dalam berbagai hal bahkan berbicara, di depan istrinya malah lebih sering
menunduk diam dan meminta maaf. Meskipun kejadian ini tidak setiap hari
berlangsung.
Pernah pada suatu hari sang suami
meminta izin untuk pulang malam dari kantornya karena ada kerja tambahan.
Dirinya sudah sms dan miscall ke nomor sang istri namun tak ada balasan.
Setidaknya itu pikir suami, dan dia melanjutkan pekerjaannya.
Sementara sudah menjelang maghrib
sang istri masih menunggu di rumah, menantikan kepulangan sang suami. Sudah
pukul enam kurang lima menit, tak ada sosok laki-laki berjenggot dengan senyum
manisnya datang menghampiri. Antara kesal dan cemas sang istri akhirnya masuk
siap-siap sholat.
Sekitar jam sembilan sang suami baru
pulang dan sampai ke rumah. Setelah mengetuk pintu tiga kali, sang istri
menyambutnya dengan muka cemberut. Setelah mengusap kepala dan mencium kening
sang istri, Sang suami langsung ganti baju untuk bersiap makan malam.
Sang istri masih dengan muka cemberut
tapi menemani sang suami makan malam. Setelah setengah jam tak ada kata yang
terucap barulah sang suami menegur.
“Kamu sakit dek?” tanyanya sambil
mengunyah makanan di mulut.
Tanpa jawaban, sang istri hanya
menggeleng dan masih pasang muka cemberut.
Sang suami yang polos tidak mengerti
apa yang sebenarnya terjadi. Setelah menyelesaikan makannya sang suami langsung
merasa bersalah kepada sang istri.
“Maafkan kakak dek, kalau ada salah.
Hari ini juga terpaksa pulang agak malam karena ada kerjaan tambahan. Tadi udah
kakak sms masuk kan? Kalau adek masih marah, ya udah, mau apa, kakak kasih deh”
dengan muka tertekuk sang suami merasa dirinya sudah melakukan sesuatu yang
tidak diterima istrinya.
Di dalam hati sang istri merasa
kaget. Dia dari pagi tidak pegang hp dan lagi hpnya di silentkan. Akhirnya dia
merasa bukan sang suami yang salah, dirinya lah yang tidak memperhatikan
sekitar. Dan lagi sang suami sudah memberitahukannya.
Sekarang sang istri merasa tidak enak
jika dia yang harus minta maaf karena kesalahannya sendiri, soalnya dari tadi
sudah cemberut karena marah. Kalau tiba-tiba dia minta maaf gengsi dong. Ya udah marah sampai pagi aja deh, hehe
pikir sang istri ingin ngerjain suaminya.
“Nggak mau, kakak harusnya pulang
ngabarin, baru pergi ke kantor lagi, atau jangan-jangan ada perempuan lain yang
kakak suka di kantor ya?” dengan nada yang meninggi dan muka yang semakin di
jutekin sang istri protes.
“Ya Allah dek, nggak ada kakak gitu.
Kan udah di sms tadi. Kalo pulang pergi banyak pengeluaran kan dek?” Sang suami
semakin memelas meminta maaf atas kesalahannya.
Ya ampun kak, dari dulu kamu tuh polosnya nggak hilang. Masa nggak sadar
juga sedang ku jahilin. Maaf ya kak, habisnya aku gengsi sih kalau minta maaf. Sang istri bergumam di dalam hati
sambil tersenyum yang disembunyikan dari pandangan sang suami.
“Nggak mau, pokoknya kakak yang salah
titik. Harusnya tahu kalo hp adek tuh silent, masa nggak peka sih” Semakin cuek
dan cemberut sang istri terus menunjukkan kekesalan yang dibuatnya.
“Yah, kakak kan nggak tahu kalo hp
adek di silent. Kan kerjaan ini buat kita juga dek. Sekali lagi kakak minta
maaf deh, kakak yang salah” Kali ini sang suami benar-benar merasa dirinya
sudah melakukan kesalahan yang besar. Sambil meminta maaf dia mengatupkan kedua
tangannya dan menungukkan kepala di depan sang istri.
“Udah lah percuma ngomong sama kakak.
Adek capek mau tidur aja” Sebuah hentakan tangan ke meja menutup kalimat sang
istri.
Muka pucat sang suami melihat apa
yang terjadi di depannya barusan membuat sang istri benar-benar tertawa. Namun
disembunyikannya dengan membalikkan badan dan langsung berjalan ke arah kamar.
Sang suami hanya merenung di meja
makan sampai tengah malam. Tidak tahu salah apa lagi yang sudah diperbuatnya.
Sikapnya yang mudah percaya dengan saipapun tidak membuatnya berpikir bahwa
sang istri hanya ingin mejahilinya.
Paginya ketika berjalan ke meja
makan, terlihat sang istri sedang menyiapkan sarapan. Dengan menunduk dan
perlahan kembali sang suami ingin meminta maaf kepada sang istri.
“Dek, masih marah kah? Kakak minta
maaf atas kesalahan yang kemaren, tolong maafin kakak ya” sang suami
benar-benar menunduk dan memelas kali ini.
“Hahaha...” sang istri tertawa lebar.
“Ya ampun kak, kamu ini masih aja
gampang di jahilin. Maaf ya, sebenarnya aku kemaren yang salah karena tidak
mengecek hp. Aku udah maafin dari kemaren malam kok kak, Cuma gengsi aja lah
kalau aku ngaku, hehe. Maaf ya” Kali ini sang istri benar-benar berbeda dari
tadi malam, dan senyum manisnya terukir dari bibirnya.
“Astaghfirullah dek, kamu ini. Gimana
kalau kakak jantungan” Sang suami terduduk lemas setelah mendengar kata sang
istri.
“Hehe maaf ya kak”
“Kamu itu ya...” Dengan cepat sang
suami mencubit pipi sang istri lalu menempelkan lap meja ke muka sang istri dan
kabur.
“Kakak...” teriak sang istri kali ini
benar-benar marah.
0 komentar:
Posting Komentar