Senin, 21 November 2016

Istri Jahil Dengan suami Polos



Di dalam sebuah pernikahan atau berkeluarga, tentu tidak selalu mendapatkan kesenangan dan ketenangan. Ada kalanya selisih paham dan pemikiran menjadi pemicu emosi satu dengan yang lainnya. Namun bagaimana kalau hal itu berubah menjadi sebuah kejahilan dan yang satunya selalu merasa salah yang akhirnya menanggapi dengan polos karena tidak paham?

Sebuah cerita menarik dari pasangan yang umur pernikahannya belum terlalu lama. Istrinya yang berjilbab lebar dan nampak pendiam ketika di kenalnya dulu, setelah sah menjadi seorang istri malah muncul sifat-sifat yang tidak di sangka oleh sang suami. Bukan sifat yang jelek memang, tapi tetap membuat sang suami terkejut.

Sang suami yang dulu malah lebih aktif dalam berbagai hal bahkan berbicara, di depan istrinya malah lebih sering menunduk diam dan meminta maaf. Meskipun kejadian ini tidak setiap hari berlangsung.

Pernah pada suatu hari sang suami meminta izin untuk pulang malam dari kantornya karena ada kerja tambahan. Dirinya sudah sms dan miscall ke nomor sang istri namun tak ada balasan. Setidaknya itu pikir suami, dan dia melanjutkan pekerjaannya.

Sementara sudah menjelang maghrib sang istri masih menunggu di rumah, menantikan kepulangan sang suami. Sudah pukul enam kurang lima menit, tak ada sosok laki-laki berjenggot dengan senyum manisnya datang menghampiri. Antara kesal dan cemas sang istri akhirnya masuk siap-siap sholat.

Sekitar jam sembilan sang suami baru pulang dan sampai ke rumah. Setelah mengetuk pintu tiga kali, sang istri menyambutnya dengan muka cemberut. Setelah mengusap kepala dan mencium kening sang istri, Sang suami langsung ganti baju untuk bersiap makan malam.

Sang istri masih dengan muka cemberut tapi menemani sang suami makan malam. Setelah setengah jam tak ada kata yang terucap barulah sang suami menegur.

“Kamu sakit dek?” tanyanya sambil mengunyah makanan di mulut.

Tanpa jawaban, sang istri hanya menggeleng dan masih pasang muka cemberut.

Sang suami yang polos tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Setelah menyelesaikan makannya sang suami langsung merasa bersalah kepada sang istri.

“Maafkan kakak dek, kalau ada salah. Hari ini juga terpaksa pulang agak malam karena ada kerjaan tambahan. Tadi udah kakak sms masuk kan? Kalau adek masih marah, ya udah, mau apa, kakak kasih deh” dengan muka tertekuk sang suami merasa dirinya sudah melakukan sesuatu yang tidak diterima istrinya.

Di dalam hati sang istri merasa kaget. Dia dari pagi tidak pegang hp dan lagi hpnya di silentkan. Akhirnya dia merasa bukan sang suami yang salah, dirinya lah yang tidak memperhatikan sekitar. Dan lagi sang suami sudah memberitahukannya.

Sekarang sang istri merasa tidak enak jika dia yang harus minta maaf karena kesalahannya sendiri, soalnya dari tadi sudah cemberut karena marah. Kalau tiba-tiba dia minta maaf gengsi dong. Ya udah marah sampai pagi aja deh, hehe pikir sang istri ingin ngerjain suaminya.

“Nggak mau, kakak harusnya pulang ngabarin, baru pergi ke kantor lagi, atau jangan-jangan ada perempuan lain yang kakak suka di kantor ya?” dengan nada yang meninggi dan muka yang semakin di jutekin sang istri protes.

“Ya Allah dek, nggak ada kakak gitu. Kan udah di sms tadi. Kalo pulang pergi banyak pengeluaran kan dek?” Sang suami semakin memelas meminta maaf atas kesalahannya.

Ya ampun kak, dari dulu kamu tuh polosnya nggak hilang. Masa nggak sadar juga sedang ku jahilin. Maaf ya kak, habisnya aku gengsi sih kalau minta maaf. Sang istri bergumam di dalam hati sambil tersenyum yang disembunyikan dari pandangan sang suami.

“Nggak mau, pokoknya kakak yang salah titik. Harusnya tahu kalo hp adek tuh silent, masa nggak peka sih” Semakin cuek dan cemberut sang istri terus menunjukkan kekesalan yang dibuatnya.

“Yah, kakak kan nggak tahu kalo hp adek di silent. Kan kerjaan ini buat kita juga dek. Sekali lagi kakak minta maaf deh, kakak yang salah” Kali ini sang suami benar-benar merasa dirinya sudah melakukan kesalahan yang besar. Sambil meminta maaf dia mengatupkan kedua tangannya dan menungukkan kepala di depan sang istri.

“Udah lah percuma ngomong sama kakak. Adek capek mau tidur aja” Sebuah hentakan tangan ke meja menutup kalimat sang istri.

Muka pucat sang suami melihat apa yang terjadi di depannya barusan membuat sang istri benar-benar tertawa. Namun disembunyikannya dengan membalikkan badan dan langsung berjalan ke arah kamar.

Sang suami hanya merenung di meja makan sampai tengah malam. Tidak tahu salah apa lagi yang sudah diperbuatnya. Sikapnya yang mudah percaya dengan saipapun tidak membuatnya berpikir bahwa sang istri hanya ingin mejahilinya.

Paginya ketika berjalan ke meja makan, terlihat sang istri sedang menyiapkan sarapan. Dengan menunduk dan perlahan kembali sang suami ingin meminta maaf kepada sang istri.

“Dek, masih marah kah? Kakak minta maaf atas kesalahan yang kemaren, tolong maafin kakak ya” sang suami benar-benar menunduk dan memelas kali ini.

“Hahaha...” sang istri tertawa lebar.

“Ya ampun kak, kamu ini masih aja gampang di jahilin. Maaf ya, sebenarnya aku kemaren yang salah karena tidak mengecek hp. Aku udah maafin dari kemaren malam kok kak, Cuma gengsi aja lah kalau aku ngaku, hehe. Maaf ya” Kali ini sang istri benar-benar berbeda dari tadi malam, dan senyum manisnya terukir dari bibirnya.

“Astaghfirullah dek, kamu ini. Gimana kalau kakak jantungan” Sang suami terduduk lemas setelah mendengar kata sang istri.

“Hehe maaf ya kak”

“Kamu itu ya...” Dengan cepat sang suami mencubit pipi sang istri lalu menempelkan lap meja ke muka sang istri dan kabur.

“Kakak...” teriak sang istri kali ini benar-benar marah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;