Sabtu, 19 November 2016

Silent treatment



Menghukum bukanlah hal yang terlalu baik untuk diterapkan kepada anak murid. Tujuan pemberian hukuman sendiri adalah untuk memberikan efek jera dan lagi hukuman ini diberikan kepada mereka yang melakukan kesalahan atau sesuatu yang tidak sepantasnya.


Dulu, hukuman fisik itu sah dan boleh saja dilakukan selama dalam batas kewajaran. Cubit perut, pukul penggaris, tarik jambang, menjadi hukuman rutin bagi anak-anak yang melakukan kesalahan dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada.

Semakin berkembangnya zaman dan pemikiran, mulai di terapkan aturan bahwa hal itu tidak lagi berkenan untuk dilakukan. Di beberapa berita muncul sebuah hal yang menunjukkan hukuman kekerasan tidak lagi menjadi sebuah pilihan melainkan ketakutan.

Manjanya anak-anak zaman sekarang membuat terkadang tidak bisa menahan hal itu. Mau tidak mau memang diperlukan untuk beberapa kondisi menerapkan kembali hukuman tersebut.

Entah apa yang membuat moral zaman sekarang semakin menurun. Namun atas diturunkannya level dari hak guru untuk menghukum muridnya jika melewati batas tertentu, malah membuat para murid semakin melunjak. Kalau bahasa lazimnya, dikasih hati minta jantung. Udah syukur dikasih rumah gratis, eh malah nyolot minta villa. Nggak bersyukur banget kan.

Dalam kondisi ini, sungguh membuat para pengajar menjadi lebih kreatif untuk menerapkan pendidikan yang lebih baik kepada para murid. Siapa sih yang mau membuat murid tersiksa? Sungguh sebuah ketegaan yang mendalam membuat fisik mereka terluka hanya karena sesuatu yang seharusnya bisa di hindari. Agak bersajak nih, he.

Silent treatment, sebuah hukuman yang sederhana tapi besar dampaknya. Sebelumnya saya membaca sebuah artikel dari tulisan Pak Jamil Azzaini tentang hal serupa. Setelah kejadian beberapa hari ini, ternyata secara tidak sadar saya melakukan hal tersebut.

Jika masih dalam kondisi emosi yang dulu, tentu kemarahan saya akan berbentuk fisik. Namun setelah menjalani terapi semua itu berubah. Silent treatment adalah salah satu cara yang saya lakukan jika sedang kurang suka dengan suatu keadaan. Hal ini berefek kepada anak murid yang sedang di ajar.

Sebenarnya saya tidak pernah menyimpan sebuah kemarahan lebih dari satu malam. Namun, ada sebuah treatment atau hukuman yang saya sengaja buat untuk menjadikan seseorang yang melakukan kesalahan mengerti bahwa hal itu tidak bagus. Ketika diingatkan tidak bisa, dengan tindakanpun tidak paham. Maka cukup diamkan saja apapun kondisinya.

Berbicara dan berkomunikasi tetap, namun tidak serileks biasanya. Sekarang saya sedang menjalankan silent treatment kepada dua anak murid, yang sebenarnya sudah saya maafkan lama. Hanya saja ini salah satu cara untuk membuat mereka mengerti apa yang mereka lakukan. Terbukti ketika menerapkan dengan kelas sebelumnya yang merasa melakukan kesalahan mengakui apa yang diperbuat dan meminta maaf.

Kalau mereka membaca ini, ya sudah tidak apa, he. Saya nggak semarah itu kok nak, cie.

Semoga apapun yang kita lakukan dengan niat yang baik bisa berdampak baik pula. Selama hal itu masih bisa diterima dan tidak lewat batas, lakukanlah. Karena setiap orang memiliki cara memahami yang beda akan adanya sesuatu.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;