Menghukum bukanlah hal yang terlalu
baik untuk diterapkan kepada anak murid. Tujuan pemberian hukuman sendiri
adalah untuk memberikan efek jera dan lagi hukuman ini diberikan kepada mereka
yang melakukan kesalahan atau sesuatu yang tidak sepantasnya.
Dulu, hukuman fisik itu sah dan boleh
saja dilakukan selama dalam batas kewajaran. Cubit perut, pukul penggaris,
tarik jambang, menjadi hukuman rutin bagi anak-anak yang melakukan kesalahan
dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada.
Semakin berkembangnya zaman dan
pemikiran, mulai di terapkan aturan bahwa hal itu tidak lagi berkenan untuk
dilakukan. Di beberapa berita muncul sebuah hal yang menunjukkan hukuman
kekerasan tidak lagi menjadi sebuah pilihan melainkan ketakutan.
Manjanya anak-anak zaman sekarang
membuat terkadang tidak bisa menahan hal itu. Mau tidak mau memang diperlukan
untuk beberapa kondisi menerapkan kembali hukuman tersebut.
Entah apa yang membuat moral zaman
sekarang semakin menurun. Namun atas diturunkannya level dari hak guru untuk
menghukum muridnya jika melewati batas tertentu, malah membuat para murid
semakin melunjak. Kalau bahasa lazimnya, dikasih hati minta jantung. Udah
syukur dikasih rumah gratis, eh malah nyolot minta villa. Nggak bersyukur
banget kan.
Dalam kondisi ini, sungguh membuat
para pengajar menjadi lebih kreatif untuk menerapkan pendidikan yang lebih baik
kepada para murid. Siapa sih yang mau membuat murid tersiksa? Sungguh sebuah
ketegaan yang mendalam membuat fisik mereka terluka hanya karena sesuatu yang seharusnya
bisa di hindari. Agak bersajak nih, he.
Silent treatment, sebuah hukuman yang
sederhana tapi besar dampaknya. Sebelumnya saya membaca sebuah artikel dari
tulisan Pak Jamil Azzaini tentang hal serupa. Setelah kejadian beberapa hari
ini, ternyata secara tidak sadar saya melakukan hal tersebut.
Jika masih dalam kondisi emosi yang
dulu, tentu kemarahan saya akan berbentuk fisik. Namun setelah menjalani terapi
semua itu berubah. Silent treatment adalah salah satu cara yang saya lakukan
jika sedang kurang suka dengan suatu keadaan. Hal ini berefek kepada anak murid
yang sedang di ajar.
Sebenarnya saya tidak pernah
menyimpan sebuah kemarahan lebih dari satu malam. Namun, ada sebuah treatment
atau hukuman yang saya sengaja buat untuk menjadikan seseorang yang melakukan
kesalahan mengerti bahwa hal itu tidak bagus. Ketika diingatkan tidak bisa,
dengan tindakanpun tidak paham. Maka cukup diamkan saja apapun kondisinya.
Berbicara dan berkomunikasi tetap,
namun tidak serileks biasanya. Sekarang saya sedang menjalankan silent
treatment kepada dua anak murid, yang sebenarnya sudah saya maafkan lama. Hanya
saja ini salah satu cara untuk membuat mereka mengerti apa yang mereka lakukan.
Terbukti ketika menerapkan dengan kelas sebelumnya yang merasa melakukan
kesalahan mengakui apa yang diperbuat dan meminta maaf.
Kalau mereka membaca ini, ya sudah
tidak apa, he. Saya nggak semarah itu kok nak, cie.
Semoga apapun yang kita lakukan
dengan niat yang baik bisa berdampak baik pula. Selama hal itu masih bisa
diterima dan tidak lewat batas, lakukanlah. Karena setiap orang memiliki cara
memahami yang beda akan adanya sesuatu.
Salam kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar