Senin, 31 Oktober 2016

Tulisan Terakhir


Alhamdulilllah, bulan ini bisa menyelesaikan 31 tulisan. Melakukan one day one post memang perjuangan. Terkadang jika ada hari yang bolong harus membayar di hari berikutnya. Tapi ini menjadi tulisan terakhir dibulan ini dan tepat sudah menyelesaikan tantangan atas diri sendiri.

Nah pada tulisan terakhir bulan ini saya akan bercerita sedikit humor yang mungkin kamu semua sudah banyak tahu. Cerita ini dulu pernah saya dengar atau baca, tapi sudah sangat lama sekali, semoga berkenan.

Ada tiga pemuda yang ingin melamar seorang anak perempuan dari seorang kyai terkenal di kampungnya. Mereka sering mendengar kabar bahwa sudah banyak yang mencoba untuk menaklukkan hati sang kyai namun belum ada yang berhasil, karena sang kyai sering mengadakan test untuk semua yang datang.

Tiga pemuda ini sahabat lama. Mereka sepakat siapa saja yang lolos nanti tidak masalah, yang penting mereka ingin menaklukkan sang kyai.

Pada hari yang disepakati datanglah Thoriq, Mulki, dan Imran.

Setelah mengetuk pintu rumah lantai dua sang kyai, mereka dipersilahkan masuk satu persatu. Pertama yang masuk si Thoriq. Mulki dan Imran  mencoba menguping dari balik jendela.

“Siapa nama kamu nak?” Tanya sang kyai sambil memegang janggutnya yang panjang sampai ke depan dada.

“Nama saya, Tho...Thoriq pak.” Dengan detak jantung tak menentu Thoriq hanya bisa menunduk berhadapan dengan sang kyai.

“Wah, nama yang bagus. Bisa saya minta tolong satu hal?” Kali ini nada pak Kyai semakin serius.

“Iya pak” Jawab thoriq singkat. Bulir keringat mulai merembes belakang bajunya sampai basah.

“Sesuai dengan nama kamu, coba kamu bacakan surat Ath-Thoriq” Kali ini nada Pak Kyai lebih seperti sebuah permintaan.

“Baiklah pak” tidak perlu lama-lama sekitar sepuluh menit, Thoriq mampu melakukan tugas pertama yang diminta oleh pak Kyai.

Setelah selesai membacakan surat yang diminta, Thoriq keluar dan menyuruh Mulki gantian masuk.

Setelah salam dan saling tanya, sama seperti sebelumnya, Mulki diminta melantunkan surat Al-Mulk, sesuai namanya. Sekitar lima belas menit, Mulki selesai membacakan surat yang diminta oleh pak Kyai dan keluar dengan nafas lega.

Sekarang giliran Imran yang masuk. Setelah dia menguping apa yang diminta kepada teman-temannya Imran berpikir keras tentang kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Dia takut disuruh membacakan surat Ali-Imran sesuai namanya. Itu tentu lebih panjang dari Ath-Thoriq dan Al-Mulk. Setelah berpikir keras, Imran sudah menyiapkan sebuah jawaban yang dia harap ampuh.

“Siapa nama kamu nak?” Pak kyai kembali menanyakan nama seperti yang dilakukan sebelumnya.

Inilah saat-saat yang ditunggu Imran. Dia menyiapkan diri, mengambil nafas dalam dan memberikan waktu yang tepat untuk mengatur nada bicaranya.

“Hey, ditanya malah diam saja. Nama kamu siapa?” Sekali lagi pak Kyai bertanya kepada Imran.

Dengan lantang dan percaya diri Imran menjawab pertanyaan Pak Kyai,

“Nama saya Imran pak, tapi keluarga, tetangga, dan teman-teman  biasa memanggil saya pak Annas”

Imran langsung lari keluar setelah menjawab pertanyaan itu, diikuti Thoriq dan Mulki meninggalkan Pak Kyai yang sudah siap melempar gelas di tangannya.

Semoga sedikit terhibur dengan tulisan penutup bulan ini. Dan jangan lupa untuk tetap berkarya setiap hari. Semangat untuk tulisannya.

Sedikit tips agar bisa menulis terus. 

- tulislah apapun, bahkan ketika bingung menulis saja
- agar bisa banyak menulis, harus banyak membaca, juga banyak mendengar
- jangan malu untuk bertanya, minta tolong teman yang mau bantu menilai tulisan
- menulislah, menulis, dan menulis. tak ada cara terbaik untuk membuat sebuah tulisan utuh kecuali dengan menulis.
Salam berkarya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;