Senin, 10 Oktober 2016

Asma Nadia Writing Workshop, Hari pertama. (cerita 1, teman baru yang lebih tua)



Kalau ingat lagi pembahasan tentang judul di hari pertama workshop, tentu judul diatas bukan judul yang menarik untuk dijadikan tulisan yang menjual. Tapi ini blog saya, dan memang tulisan ringan saja terserah saya dong ya, hehe.

Malam menunjukkan pukul 19.30 ketika saya dan abi sampai ditempat penginapan di tanah abang Jakarta. Menyusuri jalanan malam untuk mengisi perut yang cukup kosong, melihat sebuah pemandangan yang tentunya tidak akan saya dapatkan di bengkulu.

Ketika sampai disini langsung merubah mode diri menjadi penyesuaian. Dari cara, tingkah laku, adat dan budaya tentu saja berbeda. Tak bisa menggunakan cara tempat tinggal saya untuk bertahan dan berbaur disini.

Emperan jalan tanah abang yang diisi berbagai pola manusia. Dari yang tertutup sampai yang terbuka, dari yang naik gojek, sampai yang naik Kopaja. Keramaian kendaraan dan manusia yang berkali lipat dari tempat asal sudah tentu menjadi hal yang langsung saya adaptasi. Memiliki banyak pengalaman dari berbagai tempat memang perlu.

Setelah makan nasi ayam di salah satu warung makan di pinggir jalan, kembali menuju tempat penginapan. Yah, alhamdulillah masih sempat untuk menulis draft blog di laptop. Selama sepuluh hari tak bisa mengepost di blog karena jaringan dan fleksibilitas, tak membuat kehilangan akan untuk tetap menulis. Tuliskan saja dulu di word dan di simpan. Ketika pulang nanti tinggal di bombardir untuk di postkan di blog deh, hehe.

Ini tulisan keempat sejak meninggalkan Bengkulu, yang dibuat tanggal 6 oktober. Bulan kemaren sempat gagal sih mencoba komitmen One Day One Postnya, karena Cuma berhasil menuliskan 27 tulisan dalam satu bulan, kurang tiga tulisan lagi biar genap 30. Semoga bisa membayarnya di bulan ini.

Nah, kembali cerita tentang pelatihan bersama Asma Nadia. Pagi jam 6 sudah siap-siap untuk berangkat. Meskipun acara jam 9, namun setengah tujuh sudah berada di lokasi. Jangan harap bisa seperti di Bengkulu. Jika disana, berangkat jam 8 juga terkejar, tapi disini tenu berbeda. Dengan volume kendaraan yang cukup tinggi jika dibandingkan, persiapan lebih cepat sangat baik dan akan lebih menguntungkan.

Berangkat jam 6 saja sudah cukup banyak kendaraan yang lewat, alhamdulillah masih belum terlalu ramai untuk dikatakan macet. Dan sekitar setengah jam sudah sampai di lokasi. Melihat kondisi masih sepi dan belum ada tanda-tanda peserta yang datang, saya dan abi menunggu di tempat tunggu. Setelah agak lama, abipun pamit karena ada urusan yang lain, saya menunggu sendiri.

Tidak lama setelahnya, seorang bapak yang sedari tadi duduk di samping saya menyapa. Pertanyaan pertama yangg dilontarkannyapun cukup mengejutkan. “Aktif di BEM ya?” ujar bapak itu sembari menyunggingkan senyum yang ramah dan tulus.

Dengan sedikit ragu saya mengiyakan. Lalu barulah tersadar sedang memakai jaket BEM dari Universitas Bengkulu. Yah, saya yang hanya memiliki dua jaket pribadi yang keduanya memiliki logo organisasi, tidak bia mengelak akan kejadian yang seperti ini.

Lalu percakapan jadi akrab karena bapak itu juga dulunya aktivis mahasiswa. Saling sharing tentang kegiatan dan kondisi di daerah masing-masing. Lalu secara mengalir kami bertukaran no hp, dia menawarkan untuk tinggal di tempatnya jika nanti selama seminggu tidak memiliki tempat tinggal. Sungguh persaudaraan yang luar biasa.

Tidak lama setelah itu dia pulang. Bosan menunggu, saya mencari sesuatu yang bisa dimakan. Ketika berjalan kedepan gedung tempat acara, ada yang sedang menjual bubur ayam, wah lumayan buat pengganjal pagi-pagi. Setelah selesai makan, minuman yang ditawarkannya membuat saya menarik kesimpulan. Di sini sepertinya minuman tawar itu adalah teh tanpa gula, itu juga yang disuguhkan ketika makan nasi ayam malam sebelumnya.

Yah, maklum orang baru, jadi tidak ada yang banyak diketahui dengan perbedaan kebiasaan yang beda dari rumah sendiri.

Jam 8.00, mulai memberanikan diri masuk ke lobi, seidkit menunggu karena masih ragu, bertemu dengan peserta lainnya laki-laki juga. Alhamdulillah, soalnya daritadi yang lewat rata-rata perempuan, dan memang ketika acara jumlah laki-laki yang mengikuti workshop tidak sampai seperempatnya dari jumlah perempuan.

Aa Ugi namanya, laki-laki ganteng (kalo cantik perempuan kan?) berumur 29 tahun. Dengan perawakan badan yang tidak beda jauh dengan saya kami bercerita mengalir. Dan seketika langsung akrab. Tidak lama kami mengobrol datang seorang perempuan yang dilihat sekilas masih muda, namuan raut yang ditampakkan sudah pasti lebih tua dari saya.

“Peserta Asma Nadia juga ya?” pertanyaan pertama yang terlontar ketika sampai, dengan sedikit kebingungan di wajahnya.

Kami mengiyakan, lalu saat itu juga langsung naik ke lantai enam di lokasi acara. Ternyata ruangan belum dibuka, masih persiapan oleh panitianya. Kami mencari lokasi duduk dan saling bercerita. Perempuan tadi Mbak Rita namanya, dan sama seperti Aa Ugi beliau sudah berumur 29 tahun. Haha paling kecil nih kalau umur, tapi tetep aja mereka pada manggil Bang. Yah dari nama yang cukup panjang akhirnya dipanggil Bang Uus.

Saat itu juga saling tukar kontak, meskipun saya sampai sekarang belum sempat menghubungi keduanya. Baru beli pulsa tadi, hehe.

Dengan cara masing-masing kami menulis dalam dunia sendiri. Aa Ugi yang sudah punya dua buku, Mbak Rita yang aktif menulis catatan hatinya, sedangkan saya sedang mencoba aktif menulis di blog.


Jam 9.00 acara pelatihan dimulai, dan Bunda Asma masuk ke ruangan. Antara percaya dan tidak, sekarang berada di ruangan bersama Asma Nadia dengan jarak yang dekat. Seorang penulis yang saya jadikan patokan dalam perjalanan menulis saya. Rasa Syukur yang tak terkira, dan kedua orang yang paling berpengaruh sampai mengusahakan saya untuk tiba disini, My Parents.

Memasuki awal workshop, bunda Asma cerita sharing dan menyapa para peserta. Ketika ditanya yang berasal dari luar jawa, sontak sempat merasa spesial, karena hanya ada tiga orang saja yang berasal dari luar jawa. Ada yang dari Makassar satu orang, Lampung satu orang, dan saya sendiri dari bengkulu. Secara tidak langsung membawa nama daerah sendiri. Bismillah.

Bersambung berikutnya...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;