Senin, 10 Oktober 2016

Asma Nadia Writing Workshop, Hari pertama. (cerita 2, Bunda Asma dan Pak Isa Yang Romantis)



Menyambung tulisan sebelumnya.

Jam 9.00 acara dimulai, Bunda Asma dan Pak Isa memasuki ruangan. Acara dimulai dengan sedikit perkenalan dan pengecekan naskah. Langsung saja sekitar setengah jam.an Bunda Asma dan Pak Isa mengomentari naskah peserta yang sudah dikirimkan lewat email.

Di sela-sela materi Bunda Asma yang sekaligus istrinya Pak Isa sering saling lempar gombalan, dan Pak Isa yang lebih sering terdiam kena gombalan dari Bunda Asma. Ternyata lebih supel dari yang saya kira. Membuat suasana workshop menjadi cair dan penuh tawa.

Bunda Asma dan Pak Isa saling Gombal,hehe
Materi pertama kembali dengan motivasi dan mindset penulis. Hal ini juga yang biasa saya lakukan ketika melakukan pelatihan kepenulisan.

Sembari dihubungkan dengan buku Pak Isa yang cukup menampar siapa saja yang melemahkan dirinya NO EXCUSE! Seluruh peserta semakin tertegun dan semangat untuk menulis. Hal baru yang saya pahami dalam materi awal, ternyata menulis tidak hanya cukup dengan SUKA tapi juga mesti ada unsur HARUS. (Selengkapnya nanti akan saya bagikan materinya secara langsung dalam pelatihan di bengkulu)

Sedikit persentase yang diberikan oleh Pak Isa dalam menulis adalah 5% bakat, 5% keberuntungan, dan 90% kerja keras. Jadi jangan salahkan diri dan merendahkannya dengan tidak ada bakat dan beruntung. Dalam buku Pak Isa ini dijelaskan langsung dengan contoh yang nyata. (Akan saya bagikan juga nanti ya secara langsung)

Lalu mulai membahas bagaimana mengolah tulisan, dan menarik ide agar muncul dan mudah diolah. Ternyata mudah dan banyak sekali untuk bisa membuat dan emmunculkan ide dari manapun. Alhamdulillah, beberapa diantaranya pernah saya lakukan. Dari judul kembali dengan beberapa naskah peserta yang tadi juga sudah mulai dikoreksi. Yang tadi terlihat supel, sekarang Bunda Asma mulai melihatkan sisi ‘kejamnya’ dalam memberikan penilaian kepenulisan.

Sebagian besar judul banyak yang dikatakan BIASA oleh Bunda Asma. Hanya sedikit yang dikatakan LUMAYAN, apalagi BAGUS. Wah ini menjadi pembelajaran lagi jika naskah atau tulisan ingin bisa untuk dilirik oleh  beliau.

Memasuki bagian opening semakin banyak yang dikoreksi. Membuat opening menarik memang tidak mudah. Dari sana mulai memasuki materi lagi dari Pak Isa membahas tentang bagaimana membuat opening. Lalu contoh secara langsung tentang opening yang menarik.

Berlanjut terus sampai siang menuju coffe break. Bunda Asma dan pak Isa kembali saling lempar gombalan dalam selipan materi yang dibawakan. Beberapa kali Pak Isa yang memegang mic dalam posisi kurang ideal, sebanyak itu juga bunda Asma menaikkan micnya melalui tangan Pak Isa, ciee, hehe.
Yey, Buku Temen-temen Bengkulu Nyampe ke Bunda Asma,
Maaf Buat Imel, Panisia n Cana, buku kalian habis nggak sensei pegang lagi,
Karena pergi mendadak, jadi nggak sempat mau mintain satu-satu, hiks.
Lalu di penutup sebelum istirahat, saya menyempatkan untuk berpoto dengan buku-buku para penulis Bengkulu yang sudah saya bawa, mendadak sih. Sayang buku saya sendiri tidak ada, hehe. Alhamdulillah Bunda Asma merespon dengan sangat baik, meskipun penulis nasional, beliau tidak ragu minta tanda tangan atas buku-buku penulis pemula.

Menemui Pak Isa menanyakan ide novel yang sedang saya garap, dan sudah sampai 70.an halaman. Sebuah respon baik, dan saya bisa menjawab semua alasan dari pertanyaan Pak Isa atas setiap detail dari cerita yang dibuat. Rasanya seperti sedang bimbingan dan bisa menjawab semua pertanyaan dosen, ups, pulang dari sini harus langsung bimbingan lagi, hehe.

Ke Bunda Asma, saya menanyakan buku motivasi yang sudah lama tertulis, namun masih dipendam. Dengan memasukkan 10 kisah tentang perjalanan berhijab dari muslimah di Bengkulu. Kata Bunda Asma tidak masalah seorang laki-laki menulis tentang jilbab, yang penting pengemasannya. Teringat felix Siauw pun memiliki buku tentang  berhijab kan?

Terakhir mengatakan tentang judul yang saya usulkan, kata Bunda Asma, “Sedikit songong sih tapi bagus” judulnya yaitu... (nanti tunggu terbit ya, hehe)

Langsung saja saya mencari info salah satu penerbit yang menerima naskah seperti ini. Ketika melihat persyaratannya minimal 150 halaman. Saya sempat ragu dengan halamannya karena masih sedikit. Lalu ketika membuka naskahnya lagi dan mencocokkan dengan syarat penerbitnya Alhamdulillah, ternyata sudah 185 halaman. Bismillah, Desember InshaAllah sudah bisa diajukan nih.

Oke break makan siang dan Dzuhur dulu ya, ...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;