Setelah break sholat dzuhur dan makan
siang, kami mulai memasuki ruangan kembali untuk melanjutkan materi.
Ada banyak bazar yang dipampang di
depan ruangan acara. Tentunya semua produk dari Asma Nadia. Saya membeli buku
Bunda Asma LSIK dan Pak Isa NE. Hhe silahkan tebak dari inisialnya ya.
Masih melanjutkan materi sebelumnya,
membahas bagaimana membuat konflik dalam tulisan dan ending. Kembali dengan
contoh-contoh yang langsung Pak Isa dan Bunda Asma menjelaskan materi
kepenulisan.
Tidak lupa selingan gombalan antar
keduanya tetap berlanjut.
Setelah itu, ada pemateri berikutnya
yang ikut masuk yaitu Mas Guntur. Beliau adalah sutradara film, dan beberapa
filmnya mengangkat langsung dari buku Asma Nadia. Luar bisa, langsung bertemu
dengan seorang yang menjadikan film dalam buku-buku yang ada. Beliau
menceritakan bagaimana mengolah buku menjadi film.
Beberapa kejadian dalam pengambilan
gambar dan video untuk setiap scene. Bahkan sempat bentrok dengan beberapa
masalah. Belum lagi menyesuaikan dengan novel-novel yang berlatar luar negeri.
Salah satunya seperti Love spark In Korea dan Assalamualaikum Beijing.
Selain itu Mas Guntur juga sharing dari
hasil tanya-jawab dengan peserta bagaimana mengangkat novel ke layar lebar.
Tentunya tidak setiap detail yang ada di dalam novel bisa di angkat di dalam
film. Ada beberapa unsur imajinasi dan visual yang hal tersebut tidak mungkin
di buat dalam bentuk nyata.
Bercerita juga bagaimana perbandingan
ketika mengangkat film dari Novel dan film dari Cerpen. Bedanya sederhana. Jika
dari Novel, terkadang harus menyetting dan memadatkannya agar tidak terlalu panjang.
Jika dalam cerpen harus mengembangkannya agar lebih panjang.
Sampai jam tiga semua peserta kembali
break dan istirahat. Kue, kopi dan teh siap menjadi pengganjal perut. Cukup
mengantuk sehabis dzuhur tadi.
Lalu bersambung lagi sekitar setengah
empat memasuki ruangan. Bunda Asma pamitan bersama kami karena beliau harus
terbang lagi ke Budapest juga untuk berbagi tentang tulisan barunya yang akan
diluncurkan.
Luar biasa, pagi mengisi di
Indonesia, sorenya udah keluar negeri lagi. Dan akhirnya berpoto dengan beliau
bersama seluruh peserta, dan dengan satu slogan yang di azzamkan bersama. “SATU
BUKU SEBELUM MATI, BISA”.
Alhamdulillah setidaknya saya sudah
punya buku sebelum wisuda, duh sensitif nih, hehe.
Seorang pemateri terakhir yang
memasuki ruangan. MasyaAllah beliau menggunakan tongkat. Seorang penulis buku
sejarah dengan pembawaan yang menarik Mas Agung dengan karya “GARA-GARA
INDONESIA”
Sebuah lecutan kepada diri sendiri
yang memiliki fisik yang normal dan sehat. Seharusnya bisa menjadi lebih lagi.
Nah pada bagian akhir ini menjelaskan bagaimana buku non-fiksi juga bisa
menjadi menarik. Di bongkar semua pendekatan dan cara- cara menuliskannya.
Cocok sekali dengan saya yang memang menekuni tulisan di bagian non-fiksi.
Jam 17.00 akhir pelatihan di hari
pertama ini. Dan akan berjumpa minggu depan dengan pemateri yang berbeda lagi.
Salah satunya yang saya tunggu adalah penulis Ketika Mas Gagah pergi, mbak
Helvy Tiana Rosa.
Alhamdulillah semua materi terserap
dengan baik, dan menemukan beberapa penulis luar biasa di tengah para peserta.
Yang baru sempat saya berphoto dengan Mas Rama. Seorang Tuna Netra tapi
semangatnya melebihi rata-rata. Jangan salah ya, beliau sudah memiliki beberapa
buku yang diterbitkan lho. Nah kamu yang normal bagaimana?
Ini akhir cerita singkat peltihan
hari pertama. InshaAllah pulang ke Bengkulu akan berbagi penuh dari ilmu lama
dan digabung ilmu baru ini. Atau ada yang ingin mengundang? Saya siap berbagi,
hihi malah promosi.
Okedeh, menulis ini lumayan 20 menit,
siap-siap jumatan dulu ya, disini Masuk waktu dzuhurnya cepet sih, hehe.
Salam Berkarya.
0 komentar:
Posting Komentar