Senin, 10 Oktober 2016

Asma Nadia Writing Workshop, Hari pertama. (cerita 3, Satu Buku Sebelum Mati)



Setelah break sholat dzuhur dan makan siang, kami mulai memasuki ruangan kembali untuk melanjutkan materi.


Ada banyak bazar yang dipampang di depan ruangan acara. Tentunya semua produk dari Asma Nadia. Saya membeli buku Bunda Asma LSIK dan Pak Isa NE. Hhe silahkan tebak dari inisialnya ya.

Masih melanjutkan materi sebelumnya, membahas bagaimana membuat konflik dalam tulisan dan ending. Kembali dengan contoh-contoh yang langsung Pak Isa dan Bunda Asma menjelaskan materi kepenulisan.
Tidak lupa selingan gombalan antar keduanya tetap berlanjut.

Setelah itu, ada pemateri berikutnya yang ikut masuk yaitu Mas Guntur. Beliau adalah sutradara film, dan beberapa filmnya mengangkat langsung dari buku Asma Nadia. Luar bisa, langsung bertemu dengan seorang yang menjadikan film dalam buku-buku yang ada. Beliau menceritakan bagaimana mengolah buku menjadi film.

Beberapa kejadian dalam pengambilan gambar dan video untuk setiap scene. Bahkan sempat bentrok dengan beberapa masalah. Belum lagi menyesuaikan dengan novel-novel yang berlatar luar negeri. Salah satunya seperti Love spark In Korea dan Assalamualaikum Beijing.

Selain itu Mas Guntur juga sharing dari hasil tanya-jawab dengan peserta bagaimana mengangkat novel ke layar lebar. Tentunya tidak setiap detail yang ada di dalam novel bisa di angkat di dalam film. Ada beberapa unsur imajinasi dan visual yang hal tersebut tidak mungkin di buat dalam bentuk nyata.

Bercerita juga bagaimana perbandingan ketika mengangkat film dari Novel dan film dari Cerpen. Bedanya sederhana. Jika dari Novel, terkadang harus menyetting dan memadatkannya agar tidak terlalu panjang. Jika dalam cerpen harus mengembangkannya agar lebih panjang.

Sampai jam tiga semua peserta kembali break dan istirahat. Kue, kopi dan teh siap menjadi pengganjal perut. Cukup mengantuk sehabis dzuhur tadi.

Lalu bersambung lagi sekitar setengah empat memasuki ruangan. Bunda Asma pamitan bersama kami karena beliau harus terbang lagi ke Budapest juga untuk berbagi tentang tulisan barunya yang akan diluncurkan.
 
Pose pertama yang gagal,hhe
Luar biasa, pagi mengisi di Indonesia, sorenya udah keluar negeri lagi. Dan akhirnya berpoto dengan beliau bersama seluruh peserta, dan dengan satu slogan yang di azzamkan bersama. “SATU BUKU SEBELUM MATI, BISA”.

Alhamdulillah setidaknya saya sudah punya buku sebelum wisuda, duh sensitif nih, hehe.

Seorang pemateri terakhir yang memasuki ruangan. MasyaAllah beliau menggunakan tongkat. Seorang penulis buku sejarah dengan pembawaan yang menarik Mas Agung dengan karya “GARA-GARA INDONESIA”

Sebuah lecutan kepada diri sendiri yang memiliki fisik yang normal dan sehat. Seharusnya bisa menjadi lebih lagi. Nah pada bagian akhir ini menjelaskan bagaimana buku non-fiksi juga bisa menjadi menarik. Di bongkar semua pendekatan dan cara- cara menuliskannya. Cocok sekali dengan saya yang memang menekuni tulisan di bagian non-fiksi.

Jam 17.00 akhir pelatihan di hari pertama ini. Dan akan berjumpa minggu depan dengan pemateri yang berbeda lagi. Salah satunya yang saya tunggu adalah penulis Ketika Mas Gagah pergi, mbak Helvy Tiana Rosa.

Alhamdulillah semua materi terserap dengan baik, dan menemukan beberapa penulis luar biasa di tengah para peserta. Yang baru sempat saya berphoto dengan Mas Rama. Seorang Tuna Netra tapi semangatnya melebihi rata-rata. Jangan salah ya, beliau sudah memiliki beberapa buku yang diterbitkan lho. Nah kamu yang normal bagaimana?

Ini akhir cerita singkat peltihan hari pertama. InshaAllah pulang ke Bengkulu akan berbagi penuh dari ilmu lama dan digabung ilmu baru ini. Atau ada yang ingin mengundang? Saya siap berbagi, hihi malah promosi.

Okedeh, menulis ini lumayan 20 menit, siap-siap jumatan dulu ya, disini Masuk waktu dzuhurnya cepet sih, hehe.

Salam Berkarya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;