Selasa, 11 Oktober 2016

Asma Nadia Writing workshop, hari kedua ( Cerita 1, Helvy Tiana Rosa bercerita)



9 oktober adalah hari kedua Workshop menulis Asma Nadia di JDC Slipi, (Baca ulasan hari pertama DI SINI )

Pemateri hari ini ada tiga orang, Mbak Helvy Tiana Rosa, Mas Hilman, dan Mas Alim Sudio. Penulis, Produser, dan penulis skenario film.


Di awal materi kemballi diapandu oleh Pak Isa Alamyah, dan mas agung dalam menilai lagi tulisan-tulisan yang masuk dari para peserta. Membahas beberapa pertanyaan dan bentuk naskah yang sudah dikirimkan oleh para peserta.

Setelah sekitar setengah jam, mulai mbak Helvy Tiana Rosa yang mengisi materi. Berawal dari perkenalan dirinya yang tidak ingin dikatakan sebagai kakaknya Asma Nadia, dalam artian orang bukan kenal dirinya secara personal.

Luar biasanya kakak beradik ini menjadi salah satu diantara 23 orang yang dinobatkan dari Indonesia sebagai 500 Top Muslim yang paling berppengaruh di dunia. Tulisan yang dibikin oleh mbak Helvy memang kebanyakan adalah cerpen dan ada beberapa novel.

Tentu yang paling femomenal dari karyanya sekarang adalah Ketika Mas Gagah Pergi. Dan jiika anda tahu bagaimana proses kreatif dan apa yang melatar belakangi cerita itu, tentu akan merasa kaget dan luar biasa. Akan saya bongkar behind the scene penulisan KMGP ini dalam pelatihan menulis P3M dan UKM Kerohanian di bulan ini, jadi ikutannya untuk kamu yang di bengkulu.

Dosen Bahasa di Universitas negeri Jakarta ini juga menceritakan bagaimana pengalamannya membina dan membimbing mahasiswanya yang juga ditugaskan untuk menulis novel. Luar biasa bagaimana sebuah novel yang sedah diproses tapi ditulis oleh 11 orang. Kata beliau akan selesai di tahun ini.

Cerita mengejutkan lainnya ketika penulis lebih dari 40 buku ini mendapatkan seorang mahasiswa yang konsultasi dengan beliau membawa penyakit schizofrenia paranoid. Kalau membandingkan dengan pandangan orang secara normal pasti akan takut dan akan merasa tidak nyaman berada di dekat orang seperti ini, berbeda dengan Mbak Helvy, beliau yang akhirnya menjadi teman untuk anak ini.

Dalam ceritanya, ketika pertama kali di datangi dengan mahasiswa ini, langsung mengatakan ingin bunuh diri. Beberapa bekas sayatan yang ada di lengannya terlihat. Saat itu juga dia megatakan bahwa semua orang yang ada di kampus ini adalah makhluk dari planet mars kecuali Mbak helvy dan dirinya.

Kaget pastinya, namun Mbak Helvy akhirnya benar-benar menjadi seorang yang menemani dan mendengarkan apa yang diresahkannya. Setelah ditelisik dan ditelusuri, ternyata pernah punya pengalaman diculik ketika masih kecil. Hal itu salah satu penyebab yang membuatnya memiliki tingkah dan penyakit ini. Dengan Ipnya yang NOL KOMA, mahasiswa ini terancam DO.

Pada bagian ini mbak helvy, mulai memasukkan cerita menulisnya. Setelah beberapa waktu keberlangsungan hubungan dirinya dengan mahasiswa ini, Dosen sastra ini mulai menyarankan untuk menuliskan apa yang dia rasakan. Menggunakan terapi menulis untuk meringankan apa yang dialaminya.

Tidak disangka tulisan yang dihasilkan sangat luar biasa, dan ketika di lombakan pada kompetisi pada ruang linngkup daerah, berhasil meraih juara 1. Yang akhirnya berkesempatan untuk diikutkan pada lomba tingkat nasional.

Awalnya pihak kampus yang sudah menganggap mahasiswa ini tidak layak untuk diikutkan lomba, karena ditakutkan mencoreng nama kampus. Namun dengan perjuangannya Penulis best seller itu, mendukung dan memperjuangkannya. Yang akhirnya diizinkan, dan mahasiswa itu masuk pada penilain tiga besar dalam cerpennya, mengalahkan peserta dari kampus terkenal lainnya.

Pada bagian ini saya dan seluruh peserta mendengarnya dengan takjub. Dan salah satu peserta yang hadir, ada yang bertanya dengan kondisi yang sama dimana menjadikan menulis sebagai terapi.

Sayapun sempat bertanya dengan Mbak Helvy, menjadi peserta terjauh menjadikan diri saya merasa punya tanggung jawab untuk membawa nama daerah sendiri. Yang saya tanyakan pertama tentang buku saya sendiri. Buku yang saya tulis dengan tujuan genre non-fiksi berjudul “Mati Aja Yuk” banyak disalah artikan sebagai novel, jadi dalam hal ini pembaca atau penulis yang salah?

Jawaban sederhanya yang diberikan oleh mbak Helvy hanya membuat saya mengangguk mengiyakan. Katanya ada beberapa hal, pertama bisa jadi orang tersebut tidak paham dengan buku fiksi atau non-fiksi, yang dia tahu namanya buku ya Novel. Pernah ketika menguji finalis sebuah audisi daerah, ketika ditanya beda non-fiksi dan fiksi ternyata tidak tahu. Berarti dalam hal ini pengetahuan sang pembaca yang perlu diperbanyak.

Kedua, bisa jadi hal itu hanya untuk sok akrab, jadi ngerasa udah baca bukunya n pengen kenal dekat gitu. Yah, sebenarnya pengen menyanggah bahwa hal itu bukan dengan beberapa alasan, tapi saya rasa hal itu sudah bisa saya pahami.

Bercerita juga tentang writer blok atau kesusahan menulis, penulis buku fenomenal ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ ini memiliki ceritanya tersendiri bersama Asma Nadia. Untuk dirinya sendiri jika sedang menemui writer blok, yang dilakukan biasanya meninggalkan tulisannya sementara. Bisa jalan-jalan, nonton, baca buku dan yang lainnya, bahkan kadang pernah berbicara dan menggumam sendiri di dalam kamar mandi.

Lain hal dengan adiknya Asma Nadia. Ketika masih tinggal bersama, Helvy menceritakan, ketika Asma Nadia merasa sedang writer blok dia malah menantang layar komputer. Asma Nadia akan menguji seberapa tahan dia di depan layar komputer sampai tulisan (dalam hal ini berkisar pada tulisan pendek, seperti cerpen dan lainnya) yang dikerjakannya selesai.

Setiap orang punya cara dan gaya berbeda tentunya, maka dari itu temukan gayamu sendiri. Bagian penutup dari yang saya ingat pada bagian materi Mbak Helvy ini adalah menulis dengan ruh.

Saya yang merasa cerita Mas Gagah yang sudah dibaca lebih dari lima kali dan tetap saja terenyuh, penasaran dengan rahasianya. Rahasia penuhnya akan saya bagikan pada pelatihan bulan ini. Tapi salah satunya adalah Ruh atau Jiwa ketika mendekat kepadaNya. Karena, dalam tuturannya mbak Helvy bercerita bahwa cerita Mas Gagah dia tulisan ketika sesudah tahajud. Pesannya pun BERWUDHULAH sebelum menulis.

Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat, bersambung di tulisan berikutnya, masih pada kegiatan Workshop Asma Nadia. Cerita dari materi oleh Produser FILM...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;