9 oktober adalah hari kedua Workshop
menulis Asma Nadia di JDC Slipi, (Baca ulasan hari pertama DI SINI )
Pemateri hari ini ada tiga orang,
Mbak Helvy Tiana Rosa, Mas Hilman, dan Mas Alim Sudio. Penulis, Produser, dan
penulis skenario film.
Di awal materi kemballi diapandu oleh
Pak Isa Alamyah, dan mas agung dalam menilai lagi tulisan-tulisan yang masuk
dari para peserta. Membahas beberapa pertanyaan dan bentuk naskah yang sudah
dikirimkan oleh para peserta.
Setelah sekitar setengah jam, mulai
mbak Helvy Tiana Rosa yang mengisi materi. Berawal dari perkenalan dirinya yang
tidak ingin dikatakan sebagai kakaknya Asma Nadia, dalam artian orang bukan
kenal dirinya secara personal.
Luar biasanya kakak beradik ini
menjadi salah satu diantara 23 orang yang dinobatkan dari Indonesia sebagai 500
Top Muslim yang paling berppengaruh di dunia. Tulisan yang dibikin oleh mbak
Helvy memang kebanyakan adalah cerpen dan ada beberapa novel.
Tentu yang paling femomenal dari
karyanya sekarang adalah Ketika Mas Gagah Pergi. Dan jiika anda tahu bagaimana
proses kreatif dan apa yang melatar belakangi cerita itu, tentu akan merasa
kaget dan luar biasa. Akan saya bongkar behind the scene penulisan KMGP ini
dalam pelatihan menulis P3M dan UKM Kerohanian di bulan ini, jadi ikutannya
untuk kamu yang di bengkulu.
Dosen Bahasa di Universitas negeri
Jakarta ini juga menceritakan bagaimana pengalamannya membina dan membimbing
mahasiswanya yang juga ditugaskan untuk menulis novel. Luar biasa bagaimana
sebuah novel yang sedah diproses tapi ditulis oleh 11 orang. Kata beliau akan
selesai di tahun ini.
Cerita mengejutkan lainnya ketika
penulis lebih dari 40 buku ini mendapatkan seorang mahasiswa yang konsultasi
dengan beliau membawa penyakit schizofrenia
paranoid. Kalau membandingkan dengan pandangan orang secara normal pasti
akan takut dan akan merasa tidak nyaman berada di dekat orang seperti ini,
berbeda dengan Mbak Helvy, beliau yang akhirnya menjadi teman untuk anak ini.
Dalam ceritanya, ketika pertama kali
di datangi dengan mahasiswa ini, langsung mengatakan ingin bunuh diri. Beberapa
bekas sayatan yang ada di lengannya terlihat. Saat itu juga dia megatakan bahwa
semua orang yang ada di kampus ini adalah makhluk dari planet mars kecuali Mbak
helvy dan dirinya.
Kaget pastinya, namun Mbak Helvy
akhirnya benar-benar menjadi seorang yang menemani dan mendengarkan apa yang
diresahkannya. Setelah ditelisik dan ditelusuri, ternyata pernah punya
pengalaman diculik ketika masih kecil. Hal itu salah satu penyebab yang
membuatnya memiliki tingkah dan penyakit ini. Dengan Ipnya yang NOL KOMA,
mahasiswa ini terancam DO.
Pada bagian ini mbak helvy, mulai
memasukkan cerita menulisnya. Setelah beberapa waktu keberlangsungan hubungan
dirinya dengan mahasiswa ini, Dosen sastra ini mulai menyarankan untuk
menuliskan apa yang dia rasakan. Menggunakan terapi menulis untuk meringankan
apa yang dialaminya.
Tidak disangka tulisan yang
dihasilkan sangat luar biasa, dan ketika di lombakan pada kompetisi pada ruang
linngkup daerah, berhasil meraih juara 1. Yang akhirnya berkesempatan untuk
diikutkan pada lomba tingkat nasional.
Awalnya pihak kampus yang sudah
menganggap mahasiswa ini tidak layak untuk diikutkan lomba, karena ditakutkan
mencoreng nama kampus. Namun dengan perjuangannya Penulis best seller itu,
mendukung dan memperjuangkannya. Yang akhirnya diizinkan, dan mahasiswa itu
masuk pada penilain tiga besar dalam cerpennya, mengalahkan peserta dari kampus
terkenal lainnya.
Pada bagian ini saya dan seluruh
peserta mendengarnya dengan takjub. Dan salah satu peserta yang hadir, ada yang
bertanya dengan kondisi yang sama dimana menjadikan menulis sebagai terapi.
Sayapun sempat bertanya dengan Mbak
Helvy, menjadi peserta terjauh menjadikan diri saya merasa punya tanggung jawab
untuk membawa nama daerah sendiri. Yang saya tanyakan pertama tentang buku saya
sendiri. Buku yang saya tulis dengan tujuan genre non-fiksi berjudul “Mati Aja
Yuk” banyak disalah artikan sebagai novel, jadi dalam hal ini pembaca atau
penulis yang salah?
Jawaban sederhanya yang diberikan
oleh mbak Helvy hanya membuat saya mengangguk mengiyakan. Katanya ada beberapa
hal, pertama bisa jadi orang tersebut tidak paham dengan buku fiksi atau
non-fiksi, yang dia tahu namanya buku ya Novel. Pernah ketika menguji finalis
sebuah audisi daerah, ketika ditanya beda non-fiksi dan fiksi ternyata tidak
tahu. Berarti dalam hal ini pengetahuan sang pembaca yang perlu diperbanyak.
Kedua, bisa jadi hal itu hanya untuk
sok akrab, jadi ngerasa udah baca bukunya n pengen kenal dekat gitu. Yah,
sebenarnya pengen menyanggah bahwa hal itu bukan dengan beberapa alasan, tapi
saya rasa hal itu sudah bisa saya pahami.
Bercerita juga tentang writer blok
atau kesusahan menulis, penulis buku fenomenal ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ ini
memiliki ceritanya tersendiri bersama Asma Nadia. Untuk dirinya sendiri jika
sedang menemui writer blok, yang dilakukan biasanya meninggalkan tulisannya
sementara. Bisa jalan-jalan, nonton, baca buku dan yang lainnya, bahkan kadang
pernah berbicara dan menggumam sendiri di dalam kamar mandi.
Lain hal dengan adiknya Asma Nadia.
Ketika masih tinggal bersama, Helvy menceritakan, ketika Asma Nadia merasa
sedang writer blok dia malah menantang layar komputer. Asma Nadia akan menguji
seberapa tahan dia di depan layar komputer sampai tulisan (dalam hal ini
berkisar pada tulisan pendek, seperti cerpen dan lainnya) yang dikerjakannya
selesai.
Setiap orang punya cara dan gaya
berbeda tentunya, maka dari itu temukan gayamu sendiri. Bagian penutup dari yang
saya ingat pada bagian materi Mbak Helvy ini adalah menulis dengan ruh.
Saya yang merasa cerita Mas Gagah
yang sudah dibaca lebih dari lima kali dan tetap saja terenyuh, penasaran
dengan rahasianya. Rahasia penuhnya akan saya bagikan pada pelatihan bulan ini.
Tapi salah satunya adalah Ruh atau Jiwa ketika mendekat kepadaNya. Karena,
dalam tuturannya mbak Helvy bercerita bahwa cerita Mas Gagah dia tulisan ketika
sesudah tahajud. Pesannya pun BERWUDHULAH sebelum menulis.
Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat,
bersambung di tulisan berikutnya, masih pada kegiatan Workshop Asma Nadia.
Cerita dari materi oleh Produser FILM...
0 komentar:
Posting Komentar