Senin, 17 Oktober 2016

Pelatihan kepenulisan Inovatif P3m, Hari kedua (Berbaur itu menyenangkan)



Jam delapan, Bengkulu kembali di guyur hujan yang cukup sabar membahasi setiap jengkal tanah dan aspal yang ada. Tidak terlalu lama, sebelum jam sembilan rintik air dari langit sudah berhenti dengan tangisannya.

Kembali siap-siap untuk melakukan pelatihan kepenulisan P3M. Berbagi ilmu yang sudah saya dapatkan belum lama ini. Hari kedua, agenda awal saya bersama para peserta dan panitia mengunjungi toko buku Gramedia Bengkulu.

09.30 saya tepat sampai di depan minimarket RK di depan gerbang UNIB Belakang. Sudah ada dua orang peserta yang terlihat menunggu duduk di sana. Sembari menunggu peserta lain, saya berdiri melihat sekeliling dan terus menangkap hal-hal yang mungkin menarik untuk dijadikan tulisan.

Lima belas menit waktu berjalan datang lagi dua orang peserta yang ikut duduk bersama yang lainnya. Setelah itu ada seorang laki-laki yang bertanya,

“Mas, nunggu pelatihan P3M juga ya?” Dengan sedikit nampak kebingungan pertanyaan itu dilontarkannya  ragu.

Saya mengiyakan. Lalu terjadilah obrolan diantara kami. Dari saling menanyakan jurusan, prodi, Fakultas dan lainnya. Akhirnya mulai bertanya tentang pelatihan kepenulisan yang ada. Bertanya bagaimana peserta dan pelatihan hari pertama kemaren. Apa saja yang dilakukan, dan berbagai macam lainnya. Pada titik ini saya tidak mengatakan bahwa sayalah pemateri. Dengan memakai baju batik dan celana dasar, terlihat seperti seorang peserta yang juga menunggu, membuatnya tidak berpikir bahwa sayalah pemateri dari pelatihan.

Peserta yang lain pun hanya tersenyum melihat apa yang saya lakukan. Yah yang penting terjalin komunikasi yang baik.

Tepat jam 10, kami naik angkot dan memulai perjalanan ke Gramedia Bengkulu. Sekitar sepuluh menit perjalanan, sampailah di bagian belakang MegaMall Bengkulu.

Terlihat kendaraan yang sepi dan aktifitas yang tidak terlalu ramai di dalam Mall. Tanpa banyak keliling langsung menuju lantai dua dimana Toko Buku berada. Ketika menitipkan barang terlihat salah satu panitia yang menyusul langsung dari rumahnya sudah hadir dan melambaikan tangannya kepada kami sambil menelpon.

Langsung berpencar memasuki toko buku dan mulai cuci mata dengan buku-buku yang ada. Instruksi dari bagian pertama ini kami mencari buku-buku yang sesuai dengan genre yang akan ditulis untuk diselesaikan menjadi naskah nantinya. Judul, Sinopsis, Penerbit adalah tiga point utama untuk riset yang dilakukan pada kesempatan kali ini.

Sekitar satu setengah jam kami berkeliling, dan pulang beberapa ada yang membeli buku. Termasuk saya. Jalanan ternyata cukup macet ketika menuju kampus UNIB untuk melanjutkan pelatihan. Pas ketika sampai di lokasi pelatihan adzan dzuhur berkumandang. Tandanya kami akan istirahat dulu untuk makan dan sholat.

Sekitar jam setengah dua pelatihan dilanjutkan. Laki-laki yang tadi mengobrol dengan saya cukup kaget. Mukanya sempat terlihat sedikit shock ketika saya akan mulai mengisi materi, karena ternyata saya yang sedari tadi berbicara dengannya, adalah pemateri.

Pada bagian kali ini kami berbicara tentang penerbitan. Setelah setengah jalan, dua mentor yang juga penulis datang ke ruang pelatihan. Dalam hal ini saatnya mencuri kesempatan mereka untuk bisa berbagi.

Pertama ada Keken Cana, nama dari buku yang diterbitkannya, Stoples Pelangi Ayasofya. Bercerita bagaimana perjalanan menulisnya. Ketika harus menyelesaikan naskahnya dalam waktu sebulan, dan hampir tidak bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu. Keken sendiri – panggilan akrab teman-temannya – adalah salah satu peserta pelatihan menulis angkatan pertama yang saya adakan.

Berikutnya ada Panisia Julita, atau biasa dipanggil Nisa. Penulis buku “Playboy Berkedok Ikhwan” ini lebih atraktif lagi menceritakan kisah dirinya dengan menulis. Jika keken bukunya menjadi salah satu faktor membawanya untuk mendapatkan beasiswa djarum. Lain halnya dengan Nisa. Berkat tulisannya ini, hal yang tak pernah dipikirkannya menjadi pengalaman tersendiri. Diantara tujuh peserta pelatihan saya yang sudah menerbitkan buku, baru Nisa seoranglah yang sudah dua kali mengudara di radio menceritakan isi bukunya.
Para peserta cukup termotivasi dengan cerita semuanya. Sesekali saya pun menambahkan cerita mereka menjadi lebih menarik.

Setelah ashar melanjutkan pada komitmen. Setelah semua materi, disinilah saatnya menguatkan komitmen mereka atas apa yang mereka pilih jalan untuk menjadi penulis. Target yang disepakati untuk tulisan yang mereka bikin menjadi naskah adalah sebanyak 150 halaman. Dengan tujuan bisa mengikuti standar pada umumnya. Semuanya akan diselesaikan pada waktu dua bulan, yang berarti per harinya harus menulis minimal 2,5 halaman.

Lalu punishment yang akan mereka jalankan berbeda dari pelatihan yang saya adakan sebelumnya. Kali ini saya yang menentukan hukuman untuk disamakan. Jadi tiga hukuman bagi yang tidak menyelesaikan tulisannya adalah : 1. Menuliskan tulisan dalam karton, lalu dijadikan kalung dan dipakai; 2. Menggunakan alas kaki yang berbeda kiri-kanan; 3. Menggunkan asoy hitam untuk membawa barang apapun ketika keluar rumah. Semua itu dilakukan terhitung ketika pengumpulan naskah, jika tidak selesai terus dilakukan sampai naskahnya selesai.

Alhamdulillah pada jam lima lewat lima belas menit pelatihan pun selesai. Banyak komentar dari para peserta. Ada yang mengatakan materinya terlalu lama, ada juga yang terlalu cepat. Tapi secara keseluruhan, ilmunya menjadi hal baru bagi mereka dan bermanfaat. Semoga hal ini bisa menjadi batu loncatan menjadi lebih baik, aamiin.

Salam berkarya #P3MBERKARYA

0 komentar:

Posting Komentar

 
;