Bagaimana kabarmu? Pasti baik dan
sehat.
Semoga hidup menjadi selalu bermanfaat
untuk banyak hal, selain itu kita juga bukan sekedar hidup. Hidup yang sedang
dijalan ini memiliki tujuan dan jalurnya sendiri untuk di taklukkan. Terutama untuk
mendapatkan kebenaran yang mutlak.
Propaganda yang terjadi di sekitar
kita, seringkali mengaburkan hal itu sendiri. Kebenaran yang hilang karena
lebih menekankan pembenaran. Yang bahkan pembenaran itu tidak berlandaskan hal
yang pasti, melainkan hanya ego di hati.
Betapa banyak yang mencoba belajar
tapi dihalangi. Bukankah kebenaran itu bisa ada dimana saja? Lantas kenapa
mudah sekali memberikan kesan dan pesan yang nampak malah menjatuhkan. Jika salah
selayaknya dibenarkan, jika kurang ya harusnya di lengkapi. Bukan malah di
hujat dan di jauhi.
Kenapa mudah sekali hanya karena sebuah
aksi yang tampak belum pasti, langsung memberikan sebuah klaim yang bisa
membuat sakit hati. Apakah kami memang tampak sehina itu? Ataukah memang kau
yang sempurna?
Kesempurnaan tapi tidak memberi
kebermanfaatan apa gunanya?
Apa kau tahu, bahwa aku ingin berubah
menjadi lebih baik? Tapi aku tak tahu, sepertinya yang kau lakukan hanya
membuatnya menjadi lebih buruk. Aku masih ingat ketika seorang pembelajar
sejati tidak pernah memberdakan apapun agar bisa mendapatkan kebenaran. Namun wajah-wajah
yang hadir hanya memberikan pembenaran.
Aku yakin kau tahu kalau banyak teman
kita yang belajar di luar sana. Kau lihat merekapun yang menjadi pengajar bukan
satu iman, namun tak pernah aku dengar kau menghujat dan menghardik mereka yang
belajar di luar sana. Lantas ketika aku hanya sedikit beda belajar ilmu yang
padahal kita satu keyakinan, malah kau hujat seakan-akan aku akan terjerumus
kesesatan. Kau memandang aku ini apa?
Kau tidak pernah tahu tangisanku di
dalam kamar. Keletihanku dalam perjuangan juga kau pun tak perhatikan. Tapi kenapa,
sekali lagi kenapa? Bukankah tetap belajar itu perlu?
Betapa banyak tempat kursus komputer,
tapi tidak ada yang menghujat satu sama lain. Bermacam-macam kampus tetap
belajar, apakah rektornya akan mengatakan sesat kampus lain? Tidak pernah kudengar
hal yang serupa. Tapi lagi-lagi kenapa dengan hal ini?
Aku tahu bacaanmu memang lebih bagus
dariku, aku sadar hafalanmu sangat banyak dibandingkan diriku. Aku pun paham,
akhlakmu lebih bagus dari sekedar jejak langkah yang kulakukan setiap hari. Memang
kau selalu terbungkus rapi dalam ketaatan. Dhuha dan tahajudmu tak pernah kau
tinggalkan. Tapi kenapa begitu angkuh kepadaku yang baru belajar.
Apa yang kutulis inipun bukan sebuah
kata-kata indah. Aku yakin apa yang kau hasilkan jauh lebih hebat dari apa yang
kulakukan. Maaf jika aku hanya bisa melakukan hal kecil yang bahkan mungkin
bukan apa-apa dibandingkan denganmu. Namun inilah yang aku mampu, setidaknya
aku masih ingin mencoba belajar.
Aku ingin belajar, tidak perlu kau
halangi bagaimana dan dimana tempatnya. Jika kau hanya sibuk mengujat dan
mencaci bagaimana aku akan bisa menerima dan paham akan semuanya. Jika terus
menyalahkan, aku hanya bisa menghela nafas dan tersenyum. Aku paham semua yang
ingin kau lakukan, yang aku tidak paham hanyalah caramu melakukannya.
Maaf aku hanya orang biasa yang masih
belajar.
(kiriman Tulisan dengan judul asli : Hijrah bukan berarti pasrah)



0 komentar:
Posting Komentar