Jumat, 21 Oktober 2016

Mengajak tidak harus menyuruh


Pernah ingin agar orang akan melakukan sesuatu yang kamu inginkan?


Ketika itu terpikir apa yang pertama kali kamu lakukan? Memaksa? Menyuruh? Atau melakukan sesuatu agar bisa ditiru?

Sedikit cerita yang bisa kita jadikan contoh untuk semuanya di ambil dari buku Humortivasi.

Seekor anak kura-kura memanjat tebing dengan susah payah. Ketika dirinya sampai di atas, ia langsung loncat sambil mengepak-ngepakkan kedua kaki depannya.

Ia lalu jatuh dan menggelinding ke bawah.

Tak lama kemudian, ia kembali mencoba naik, loncat, dan jatuh lagi, terus begitu ia coba sampai berkali-kali.
Sepasang burung melihat perilaku kura-kura kecil dengan hati yang pilu.

Lalu si burung betina berkata kepada burung jantan, yang tidak lain adalah suaminya,

“Sayang, rasanya kini saat yang tepat untuk mengatakan pada kura-kura mungil kita bahwa ia adalah anak adopsi.”

INGAT, SETIAP KITA ADALAH TELADAN. TINGGAL BAGAIMANA KITA MENJADI TELADAN YANG BAIK ATAU BURUK?

Meniru adalah imitasi adalah proses penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Apalagi bagi seorang anak.

Tidak hanya anak, bahkan karyawan, murid, bawahan, banyak mengikuti posisi yang berada di atasnya untuk menjadikannya contoh dalam bersikap dan melakukan sesuatu.

Dalam bulan ini terutama beberapa minggu ini saya mulai mencoba membawa buku bacaan. Pada suatu waktu saya mengajak beberapa anak smp tempat saya mengajar menghadiri sebuah acara dimana saya menjadi pengisinya.

Setelah selesai mereka tertarik dengan salah satu buku yang saya promosikan ketika di acara. Tidak hanya itu, setelah di sekolahpun mereka mulai memesan buku lainnya. Beberapa dari mereka terutama anak kelas tiganya mulai senang untuk membaca dan meminjam buku yang saya punya.

Tadi pun terjadi lagi, ketika buku saya yang tertinggal di meja guru di baca oleh salah satu anak murid. Dirinya meminjam dan mengajak baca temannya yang lain, dan akhirnya beberapa dari mereka tertarik dan suka.

Buku motivasi yang bertema dan berisi ringan membuat mereka tidak terasa membaca buku yang berisi berat. Alhasil ketika saya ingin pulang, salah seorang murid kelas satu, menghampiri saya dan ingin meminjam salah satu buku yang dipunya. Bukankah ini menjadi salah satu jalan kita untuk mengajarkan banyak hal kepada mereka?

Akhlak, moral, pemikiran, dan lainnya bisa saya berikan tanpa harus menggurui melalui buku yang saya punya. Bisa berbentuk motivasi, cerita pendek, atau bahkan novel. Disesuaikan tentunya dengan bacaan untuk ukuran mereka.

Hal ini menjadi renungan sendiri bagi saya. Berarti dengan membiasakan kebiasaan positif yang kita bisa bawakan dengan diri sendiri, akan ada masanya berpengaruh kepada orang lain, bahkan seorang anak atau murid sekalipun.

Jangan pernah lelah melakukan hal kebaikan sekecil apapun, bukankah janjiNya pada surat Al-Zalzalah, ayat 7-8 sudah jelas. Jadi beranilah melakukan sesuatu yang bisa membuat kebaikan pada diri sendiri, siapa tahu aka berdampak pada sekitar juga.

Meskipun beberapa sifat jahil saya masih kelepasan ketika berhadapan dengan anak-anak, namun kesukaan sekaligus kebutuhan sederhana saya akan membaca dan menulis menular kepada beberapa murid. Pada bagian lainnya saya sedang menggali anak-anak yang bisa berbicara dengan baik di depan umum.

Karena tidak pernah tahu dimana kebaikan akan berlabuh, jadi jangan pernah tinggalkan sedikit pun kebaikan , meskipun kondisi sedang rapuh.

Salam Kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;