Senin, 10 Oktober 2016

Kamu perlu “Nyadar Diri” Setiap Saat



Assalamualaikum apa kabar kamu semua, kembali saya menulis lagi hari ini. Setelah dua hari bengkulu diterjang badai dan hujan, semoga apa yang terjadi memberikan keberkahan.


Menjadi seseorang yang hebat apakah menyenangkan?

Atau menjadi sesorang yang serba bisa apakah enak?

Pernahkah terkadang kamu menjadi seseorang yang merasa paling bawah, paling minder atau serba tidak bisa?

Apa yang salah dengan ssemua hal itu?

Kembali dengan judul diatas, ada apa dengan “Nyadar Diri”?

Sederhana saja untuk memahaminya. Nyadar diri tentu adalah posisi dimana kita mengerti dan memahami apa yang ada pada diri kita sendiri. Entah itu kemampuan kelemahan ataupun yang lainnya yang menyangkut tentang diri sendiri.

Ketika kita sudah bisa sadar akan diri sendiri, maka akan bisa menempatkan posisi diri dimanapun. Dengan adanya kesadaran diri, kamu tidak perlu repot menunggu ukuran dari orang lain untuk memberikan penilaian atas dirimu, meskipun pada kondisi tertentu kamu juga perlu untuk mendapatkan penialian tersebut.

Kemampuan atas sesuatu sangat penting jika kamu sudah paham dimana batasmu. Saya sendiri yang sadar akan kelemahan dibidang akdemik dalam melakukannya, tidak memaksakan diri untuk menguasainya. Dengan tetap mencoba melakukan sebaik mungkin tapi tidak untuk menjadi hebat di dalamnya.

Ketika dulu ada mata kuliah yang sadar dari awal ada kelemahan yang tidak bisa saya lakukan dan kuasai, saya langsung menghadap keruangan dosen dan mengatakan ketidakmampuan dalam hal itu. Dengan menyadari hal itu sang dosenpun memakluminya, dan akhirnya saya pun tetap bisa melewatinya dengan kemampuan yang ada.

Berusaha bersikap “Nyadar Diri” akan situasi apapun akan membuatmu menjadi lebih terbuka dalm menerima apapun. Ketika banyak yang menanyakan hal yang berhubungan dengan pengetahuan agama, saya tidak serta merta menjawab secara “Blek”. Saya akan membahas apa yang saya ketahui dari sumber yang pernah saya baca, pelajari dan dengar. Lalu biasanya saya menyuruh mereka yang bertanya untuk mencari sumber lain agar lebih kuat.

Karena saya sadar bukan seorang tafsir, atau seseorang yang memiliki sanad yang kuat, atau belajar langsung dari ahlinya, saya tidak akan memberikan pendapat untuk mutlak diikuti, karena sadar masih belajar. Dengan anggapan diri bahwa ilmu yang didapat masih sangat kurang akan membuat kita lebih mudah untuk mendengarkan orang lain.

Sayanganya pada hal inilah kita sering terlena, bukan nyadar akan diri sendiri, tapi sering sok nyadarkan orang lain. Secara tidak sadar hal itupun membuat kita merendahkan orang lain. Maka dari itu, perlu sebuah kesadaran yang tinggi dan kuat dalam melakukannya. Ingat, kita semua diciptakan dari asal yang sama, dan dalam bentuk yang setara. Hanya iman dan ketaatan yang membedakan seberapa besar kepantasan diri kita di hadapanNya.

Sadarilah batas kemampuan diri, dan lawan batas itu ketika waktunya.

Sadarilah akan kelemahan diri, dan hadapi kelemahan itu ketika sudah lebih kuat

Sadarilah sesuatu yang besar yang mungkin dilakukan, hingga pada saatnya nanti, bukan saja mungkin tapi benar-benar akan dilakukan.

Salam Semangat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;