![]() |
gambar dari google / tokopedia.com |
Kemaren saya mencoba menuliskan
cerita ringan tanpa judul, karena memang tidak tahu mau dikasih judul apa,
hehe.
Sekitar satu jam empat lembar cerita
ringan terselesaikan. Memang sih tidak ada poin yang terlalu penting dalam
ceritanya, namanya juga mengarang bebas. Hanya sebuah tulisan untuk memaksa ide
berkembang dan tetap konsisten untuk terus menulis.
Cerita ini ditulis karena tidak ada
ide, sama seperti cerita sebelumnya juga karena tidak ada ide. Akhirnya menuliskan
seorang tokoh yang ingin membuat cerita tapi tidak punya ide. Hayo muter-muter
kan, he.
Intinya ketika tidak punya ide untuk
menulis, tuliskan saja apa yang ada dipikiran, kita tidak pernah tahu bagian
mana dalam tulisan yang akan menjadi bagus.
Bisa jadi tulisan saya memang jelek
dan tidak bagus, karena memang tidak bisa mengharapkan menulis dengan sempurna
setiap saat. Yang dilarang adalah jika berhenti untuk menulis. Seperti yang
saya tulis saat ini, mungkin ngawur dan muter tidak jelas, tapi poin pentingnya
adalah tetap menulis.
Kembali ke cerita saya
sebelumnya.cerita ini saya posting di dua grup menulis, salah satunya grup
besar Komunitas bisa Menulis. Nah setelah menuliskannya ada respon yang tidak
biasa, malah bukan membahas tentang isi cerita yang saya tulis, melainkan
tentang ‘Rok Celana’ pada salah satu adegan yang saya tunjukkan.
Jika yang belum baca ini ceritanya.
“Ah,
pusing, satu kata pun tidak muncul, deadlinenya tiga hari lagi pula”
Kembali
aku mengutuki diri. Sudah dua jam ingin menuliskan cerpen yang sudah
dikonsepkan dengan matang, tapi microsoft word laptop Acerku masih kosong
melompong. Padahal sudah tergambar dengan jelas untuk membuat ceritanya.
Kumatikan
laptop dan beranjak keluar. Mungkin dengan mencari udara segar bisa menenangkan
pikiran dan mendapatkan ide yang lebih baik.
Angkot
hijau B2 berhenti di depanku.
“Prapto
mang?” Aku bertanya memastikan Angkot ini akan ke arah tujuan.
Setelah
satu anggukan cepat dan mantap dari sang supir, langsung saja meloncat ke dalam
bagian angkot. Karena pakai rok Celana, jadi langkah kaki masih bisa agak
lebar, dibandingkan pakai rok biasa.
Hanya
ada satu penumpang di dalam angkot yang sedang kutumpangi ini. Seorang
laki-laki dengan kacamata minus dan rambut klimisnya terlihat serius membaca
sebuah buku. Entah itu Novel atau bukan, karena terlihat cukup tebal.
Setelah
duduk dengan mantap di bagian ujung kursi, angkot mulai berjalan. Hari minggu
tidak terlalu ramai kegiatan Kota Bengkulu. Bahkan beberapa tempat fotocopyan
dan konter pulsa masih tutup. Berbekal tas sandang kecil di lengan kanan, aku
ingin ke toko buku menambah referensi untuk tulisan. Semoga ada yang
mencerahkan.
Lima
belas menit perjalanan Angkot B2 yang kutumpangi sudah berhenti di depan
MegaMall Bengkulu. Ketika aku turun, ternyata laki-laki yang duduk di pojokan
juga ikut turun, tujuannya sama. Ketika duduk memang tidak terlihat, namun
setelah turun barulah jelas, ternyata dia sedang menggunkan gamis selutut. Wah berani juga dia dalam kondisi yang
seperti ini. Sedikit batinku mengomentari pakaiannya.
Setelah
membayar, langsung sedikit berlari menuju Gramdia di lantai dua MegaMall.
Dengan sepatu sport dan rok celana yang kukenakan, membuat gerakan menjadi
lebih mudah dan lincah. Meskipun tidak sepadan dengan kemeja panjang biru, dan
jilbab segiempat pink yang kukenakan.
Satu
jam berkeliling, tak ada yang menarik mata untuk membeli satu bukupun. Hingga
akhirnya ada satu buku yang terpajang di barisan buku motivasi muslimah dengan
judul GUE BERJILBAB MASALAH BUAT LOE?.
Waw,
judulnya menantang banget, aku jadi tertarik ingin membelinya, pas sekali
dengan lomba cerpen yang sedang aku ikuti bertema hijab. Setelah membaca
sinopsis dan testimoni bukunya, dengan mantap kuambil buku itu.
Segera
tanpa pikir panjang menuju kasir untuk membayarnya. Melihat hari masih jam
setengah sebelas, langusng ingin pulang dan cepat-cepat baca buku yang baru
saja dibeli.
Mencari
lagi angkot B2 untuk kembali pulang ke Unib Belakang, gang melati, arah kost.an
tempat ku tinggal. Ketika mendapat angkot dan langsung masuk kedalam, lagi-lagi
bertemu dengan si kacamata tadi. Kali ini dia sedang melantunkan firman tuhan
dengan suaranya yang pelan namun terdengar oleh telingaku.
Hm, merdu juga
Langsung
cepat-cepat aku istighfar karena memperhatikannya. Duh ini akibat angkot yang
tidak ada isi yang lain. Tapi sudah keburu berjalan mau bagaimana lagi.
Kukeluarkan
buku berwarna pink tadi dan membuka bungkusnya. Ketika melihat halaman pertama,
tertulis nama penulis yang singkat dan pendek. AL. Tidak ada kepanjangan yang
lain. Aku jadi sedikit penasaran dengan penulisnya, laki-laki atau perempuan
nih.
“Halo,
assalamualaikum” Suara laki-laki yang
tadi membaca firman tuhan dengan merdu itu mengagetkanku.
Saat
aku menoleh dan ingin menjawab salamnya, teryata dia sedang menelpon. Malu aku
sempat GeEr dengan apa yang terjadi barusan. Untung saja tidak ada yang lihat.
Langsung
balik aku membaca buku yang tadi dibeli.
“Mengisi
bedah buku dimana?”
Kembali
suara sang laki-laki terdengar, wah sepertinya dia orang penting ya.
“Oke,
tapi aku sedang kehabisan stok, minta kirimkan lagi oleh penerbit buku SATU
LANGKAH, dan bawa juga buku GUE BERJILBAB MASALAH BUAT LOE?, untuk dijadikan
door prize ya”
Kali
ini aku merasa benar-benar kaget. Buku ini apa jangan-jangan dia yang tulis ya.
Setelah selesai menelpon kuberanikan diri untuk bertanya dengannya.
“Mas,
maaf apa mas penulis buku ini ya?” sambil menunjukkan buku di depan matanya aku
sedikit menunduk.
Orang
yang aku ajak bicara sedikit terkejut, lalu menjawab dengan santai.
“Ah
iya mbak, mabk baru beli ya, boleh minta komentarnya ya mbak” sebuah senyum
manis terukir setelah membenarkan apa yang menjadi pertanyaan barusan.
Aku
hanya diam tanpa kata. Sepanjang perjalanan
hanya bisa istighfar, sesekali curi pandang kepada sosok di depanku.
masyaAllah ternyata beliau
penulis dan lagi pinter baca quran.
Lagi-lagi
batinku berkomentar. Dan saat itu juga aku langsung istighfar dengan suara yang
lantang. Supir dan pemuda itu merasa terkaget. Nabila tahan dirimu, jangan
langsung salting gitu. Aku menyemangati dan mengomentari diri sendiri.
Setelah
sampai kostan, aku kembali mencoba menekuni
ide yang ingin ditiulis untuk cerpen yang akan dilombakan. Akhirnya aku
hanya menulis kejadian singkat yang kualami hari ini. Tentunya karakter dan
setiing tempat sedikit diubah. Lalu aku beri judul JILBAB PENGHUBUNG TAKDIR.
Bisa dilihatkan bagian yang
mengatakan tentang Rok Celana hanyalah satu paragraf di awal dan ditengah cerita, setelah
itu tidak ada lagi.
Well, intinya menulislah dengan
tulisan yang kamu bisa. Jangan memikirkan mau menulsi apa, tapi tulislah apa
yang ada dipikiran. Kita tidak tahu bagian tulisan yang akan menjadi sebuah
keajaiban.
Salam Berkarya.
0 komentar:
Posting Komentar