Senin, 31 Oktober 2016

Niatnya Bikin Cerpen, Yang Menarik Malah ‘Rok Celana’


gambar dari google / tokopedia.com

Kemaren saya mencoba menuliskan cerita ringan tanpa judul, karena memang tidak tahu mau dikasih judul apa, hehe.

Sekitar satu jam empat lembar cerita ringan terselesaikan. Memang sih tidak ada poin yang terlalu penting dalam ceritanya, namanya juga mengarang bebas. Hanya sebuah tulisan untuk memaksa ide berkembang dan tetap konsisten untuk terus menulis.

Cerita ini ditulis karena tidak ada ide, sama seperti cerita sebelumnya juga karena tidak ada ide. Akhirnya menuliskan seorang tokoh yang ingin membuat cerita tapi tidak punya ide. Hayo muter-muter kan, he.

Intinya ketika tidak punya ide untuk menulis, tuliskan saja apa yang ada dipikiran, kita tidak pernah tahu bagian mana dalam tulisan yang akan menjadi bagus.

Bisa jadi tulisan saya memang jelek dan tidak bagus, karena memang tidak bisa mengharapkan menulis dengan sempurna setiap saat. Yang dilarang adalah jika berhenti untuk menulis. Seperti yang saya tulis saat ini, mungkin ngawur dan muter tidak jelas, tapi poin pentingnya adalah tetap menulis.

Kembali ke cerita saya sebelumnya.cerita ini saya posting di dua grup menulis, salah satunya grup besar Komunitas bisa Menulis. Nah setelah menuliskannya ada respon yang tidak biasa, malah bukan membahas tentang isi cerita yang saya tulis, melainkan tentang ‘Rok Celana’ pada salah satu adegan yang saya tunjukkan.

Jika yang belum baca ini ceritanya.

“Ah, pusing, satu kata pun tidak muncul, deadlinenya tiga hari lagi pula”

Kembali aku mengutuki diri. Sudah dua jam ingin menuliskan cerpen yang sudah dikonsepkan dengan matang, tapi microsoft word laptop Acerku masih kosong melompong. Padahal sudah tergambar dengan jelas untuk membuat ceritanya.

Kumatikan laptop dan beranjak keluar. Mungkin dengan mencari udara segar bisa menenangkan pikiran dan mendapatkan ide yang lebih baik.

Angkot hijau B2 berhenti di depanku.

“Prapto mang?” Aku bertanya memastikan Angkot ini akan ke arah tujuan.

Setelah satu anggukan cepat dan mantap dari sang supir, langsung saja meloncat ke dalam bagian angkot. Karena pakai rok Celana, jadi langkah kaki masih bisa agak lebar, dibandingkan pakai rok biasa.

Hanya ada satu penumpang di dalam angkot yang sedang kutumpangi ini. Seorang laki-laki dengan kacamata minus dan rambut klimisnya terlihat serius membaca sebuah buku. Entah itu Novel atau bukan, karena terlihat cukup tebal.

Setelah duduk dengan mantap di bagian ujung kursi, angkot mulai berjalan. Hari minggu tidak terlalu ramai kegiatan Kota Bengkulu. Bahkan beberapa tempat fotocopyan dan konter pulsa masih tutup. Berbekal tas sandang kecil di lengan kanan, aku ingin ke toko buku menambah referensi untuk tulisan. Semoga ada yang mencerahkan.

Lima belas menit perjalanan Angkot B2 yang kutumpangi sudah berhenti di depan MegaMall Bengkulu. Ketika aku turun, ternyata laki-laki yang duduk di pojokan juga ikut turun, tujuannya sama. Ketika duduk memang tidak terlihat, namun setelah turun barulah jelas, ternyata dia sedang menggunkan gamis selutut. Wah berani juga dia dalam kondisi yang seperti ini. Sedikit batinku mengomentari pakaiannya.

Setelah membayar, langsung sedikit berlari menuju Gramdia di lantai dua MegaMall. Dengan sepatu sport dan rok celana yang kukenakan, membuat gerakan menjadi lebih mudah dan lincah. Meskipun tidak sepadan dengan kemeja panjang biru, dan jilbab segiempat pink yang kukenakan.

Satu jam berkeliling, tak ada yang menarik mata untuk membeli satu bukupun. Hingga akhirnya ada satu buku yang terpajang di barisan buku motivasi muslimah dengan judul GUE BERJILBAB MASALAH BUAT LOE?.

Waw, judulnya menantang banget, aku jadi tertarik ingin membelinya, pas sekali dengan lomba cerpen yang sedang aku ikuti bertema hijab. Setelah membaca sinopsis dan testimoni bukunya, dengan mantap kuambil buku itu.

Segera tanpa pikir panjang menuju kasir untuk membayarnya. Melihat hari masih jam setengah sebelas, langusng ingin pulang dan cepat-cepat baca buku yang baru saja dibeli.

Mencari lagi angkot B2 untuk kembali pulang ke Unib Belakang, gang melati, arah kost.an tempat ku tinggal. Ketika mendapat angkot dan langsung masuk kedalam, lagi-lagi bertemu dengan si kacamata tadi. Kali ini dia sedang melantunkan firman tuhan dengan suaranya yang pelan namun terdengar oleh telingaku.

Hm, merdu juga

Langsung cepat-cepat aku istighfar karena memperhatikannya. Duh ini akibat angkot yang tidak ada isi yang lain. Tapi sudah keburu berjalan mau bagaimana lagi.

Kukeluarkan buku berwarna pink tadi dan membuka bungkusnya. Ketika melihat halaman pertama, tertulis nama penulis yang singkat dan pendek. AL. Tidak ada kepanjangan yang lain. Aku jadi sedikit penasaran dengan penulisnya, laki-laki atau perempuan nih.

“Halo, assalamualaikum”  Suara laki-laki yang tadi membaca firman tuhan dengan merdu itu mengagetkanku.

Saat aku menoleh dan ingin menjawab salamnya, teryata dia sedang menelpon. Malu aku sempat GeEr dengan apa yang terjadi barusan. Untung saja tidak ada yang lihat.

Langsung balik aku membaca buku yang tadi dibeli.

“Mengisi bedah buku dimana?”

Kembali suara sang laki-laki terdengar, wah sepertinya dia orang penting ya.

“Oke, tapi aku sedang kehabisan stok, minta kirimkan lagi oleh penerbit buku SATU LANGKAH, dan bawa juga buku GUE BERJILBAB MASALAH BUAT LOE?, untuk dijadikan door prize ya”

Kali ini aku merasa benar-benar kaget. Buku ini apa jangan-jangan dia yang tulis ya. Setelah selesai menelpon kuberanikan diri untuk bertanya dengannya.

“Mas, maaf apa mas penulis buku ini ya?” sambil menunjukkan buku di depan matanya aku sedikit menunduk.

Orang yang aku ajak bicara sedikit terkejut, lalu menjawab dengan santai.

“Ah iya mbak, mabk baru beli ya, boleh minta komentarnya ya mbak” sebuah senyum manis terukir setelah membenarkan apa yang menjadi pertanyaan barusan.

Aku hanya diam tanpa kata. Sepanjang perjalanan  hanya bisa istighfar, sesekali curi pandang kepada sosok di depanku.

masyaAllah ternyata beliau penulis dan lagi pinter baca quran.

Lagi-lagi batinku berkomentar. Dan saat itu juga aku langsung istighfar dengan suara yang lantang. Supir dan pemuda itu merasa terkaget. Nabila tahan dirimu, jangan langsung salting gitu. Aku menyemangati dan mengomentari diri sendiri.

Setelah sampai kostan, aku kembali mencoba menekuni  ide yang ingin ditiulis untuk cerpen yang akan dilombakan. Akhirnya aku hanya menulis kejadian singkat yang kualami hari ini. Tentunya karakter dan setiing tempat sedikit diubah. Lalu aku beri judul JILBAB PENGHUBUNG TAKDIR.

Bisa dilihatkan bagian yang mengatakan tentang Rok Celana hanyalah satu paragraf di awal dan ditengah cerita, setelah itu tidak ada lagi.

Well, intinya menulislah dengan tulisan yang kamu bisa. Jangan memikirkan mau menulsi apa, tapi tulislah apa yang ada dipikiran. Kita tidak tahu bagian tulisan yang akan menjadi sebuah keajaiban.

Salam Berkarya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;