Senin, 24 Oktober 2016

Diingatkan Lagi...

“Kamu sudah jadi bahan perbincangan diantara para dosen. Kapan mau selesai, kenapa tidak pernah terlihat di Fakiultas lagi, atau kamu tidak ingin menyelesaikan kuliahmu?”


Suara keras Pak Sardi menasehatiku. Entah antara marah atau kasihan tak tertebak. Tidak sengaja bertemu dengannya di parkiran motor, tak bisa mengelakkan diri. Cadar yang menutupi muka inilah yang masih menjadi penyelemat ekspresi bertemu degannya.

“Maaf pak, bukannya tidak muncul lagi, saya kerjakan kok, ini buktinya” Sambil menunjukkan data yang sedang kukerjakan di hadapannya.

“Saya memang tidak di dekanat karena bimbingannya di ruangan Magister oleh Professor Hendra pak. Kan beliau stay nya disitu jadi saya ya ke ruangannya bukan ke dekanat” Dengan santai melakukan pembelaan diri.

Meskipun baru tiga bulan ini mulai memberanikan diri menggunakan cadar di lingkungan Fakultas Psikologi ini, aku masih kelepasan dengan gaya kocak bawaan dari kecil. Mau gimana lagi, mantan juara panjat pinang dulunya, sifat pecicilan masih terbawa dong.

Pernah bahkan teman dekat yang awalnya sempat takut dengan keputusanku, namun sudah mulai cair seperti biasanya berkomentar.

“Eh Nabila, kamu tuh udah mulai tertutup gitu masih saja pecicilannya nggak hilang. Jangan aja ntar malah ikut lomba panjat pohon yang lain, malu oy, jaim dikit lah, jaga iman.”

Aku Cuma nyengir kuda aja di depannya. Eits, tapi nggak bakal kelihatan, kan muka tertutup, mau aku cibirin juga bebas deh. Astaghfirullah, ingat Nabil, kamu lagi hijrah, feminim dikit dong. Batinku yang lain menyeruak.

Kembali ku tekuri kerut dan anggukan di wajah pak ketua prodi. Yah, pertemuan yang tidak sengaja ini membuat mati kutu. Kalau tadi balik kanan kabur, ketara banget kan kalau menghindari. Yah udah semester dua digit gini deh kalau ketemu dosen ya.

“Hm, yah bapak paham, terus bagaimana kenapa belum selesai juga atau jarang bimbingan?”

Kembali pertanyaan menyelidik diajukan. Untuk pertanyaan yang satu ini aku sudah siap sejak lama jika ada yang melontarkannya, termasuk beliau.

“Alhamdulillah pak lumayan rutin. Ini sudah mau bimbingan yang ke dua belas” Dengan sedikit bangga aku membalas pertanyaan Pak Sardi.

Yah dalam waktu empat bulan memang bukan hal yang wah jika bimbingan 12 kali, tapi menelisik proposal sebelumnya yang ditolak karena setahun tidak ada kemajuan, dan ini empat bulan sudah banyak bimbingan tentu menjadi kebanggan sendiri dong, apalagi pembimbing sebelumnya adalah Pak Sardi ini, ketua prodiku sendiri. Hehe.

“Huh, okelah, kamu harus cepat selesaikan, jangan sampai di dahului adik tingkatmu yang lain” Dengan muka lega sekaligus waspada Pak Sardi berlalu dan mengembalikan kertas penelitianku.

Nafas lega kuhembuskan berulang kali. Horor banget kejadian mendadak ini.

Kuputar badan berbalik kebelakang untuk melanjutkan analisis yang sedang dikerjakan, dan ternyata...

“Nabila, kamu belum selesai juga? Sudah lama tidak nampak di Fakultas, kemana saja kamu?”  Suara Bu Halimah, dosen yang terkenal tegas dan disiplin menghampiriku.

Amboi, baru selamat dari satu interogasi, bertemu dengan interogasi yang lain, lalu harus menjawab ulang pertanyaan yang sama kah? Huaaa...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;