Jumat sore secara mendadak saya harus
pulang untuk mengambil tiket pesawat menuju jakarta besok. Dengan benar-benar
mendadak, pagi jumat saya sudah memesan travel untuk kepulangan ke Argamakmur.
Sengaja tidak memakai motor karena
belum lama ada info perampokan secara ramai di salah satu daerah dalam
perjalanan pulang. Daripada mengambil resiko tidak selamat mending pulang
dengan yang lebih aman meskipun sedikit merogoh kocek.
Tepat setelah sholat ashar, dihubungi
oleh travel yang sudah saya booking paginya. Melihat hanya ada satu penumpang
di bagian tengah perempuan, sang supir langsung saja mempersilahkan untuk duduk
di depan, tepat disebelahnya. Seperti membaca pikiran saya. Hanya bisa menarik nafas
lega dan bersyukur.
Setelah seperempat perjalanan, mobil
travel sempat berhenti sejenak. Ketika tidak sengaja menoleh ke arah belakang
tempat satu penumpang yang perempuan tadi, ternyata beliau adalah kakak tingkat
ketika SMA dulu, tepatnya malah kakak tingkat yang menjadi panitia MOS di
kelompok saya.
Setelah sadar dan beliau juga ingat
saya adik tingkatnya, kamipun sedikit mengobrol. Dari tentang kuliah, kerja dan
kegiatan masing-masing. Beliau sekarang
sudah kerja di rumah sakit yang ternyata satu yayasan dengan tempat saya
mengajar, haha dunia memang sempit. Ketika mobil berjalan lagi, obrolanpun
terhenti dan sayapun perlahan mulai tidur hingga sampai tujuan.
Besoknya, jam enam kurang lima belas
menit. Saya sudah siap untuk kembali menuju bengkulu. Setelah memilih travel
pagi yang berangkat jam enam, dalam pikiran akan sampai di Bengkulu sekitar
setengah delapan, namun perjalanan memiliki cerita lain di dalamnya.
Mengambil sebuah keputusan untuk
menggunakan kendaraan, tentunya memiliki keuntungan dan kelemahan sendiri, dan
mau tidak mau menjadi resiko atas apa yang terjadi.
Ketika melihat jam perjalanan,
perkiraan saya harusnya sekitar lima belas menit lagi sampai Unib belakang,
karena biasanya travel ini melewati jalan itu. Namun apa yang dipikiran lain
dengan kenyataan. Tepat di simpang pondok kelapa, travel berbelok ingin ke arah
simpang nakau mengantar penumpang lain yang berada di arah sana. Karena sempat
tertidur, makanya kami tidak bisa berkata apa-apa.
Pemilik travel yang kebetulan ikut
dengan para penumpang, sedikit ada cekcok dengan supir, serta sayapun kena
imbasnya, karena kurang keras mengatakan tujuan kami. Saya hanya bisa diam dan
menelan ludah. Karena tidak ada yang diburu-burukan maka saya hanya mengikuti
saja kemana arah mobil, yang penting kami nanti diantar.
Lalu, setelah sedikit dinasehati,
sang supir langsung menaikkan kecepatannya, dan dua kali hampir saja menabrak
pengendara lain dari arah berlawanan. Sempat membuat jantung ini cemas juga
melihat kecepatan yang dikemudikan, namun bagaimana lagi, kondisi menuntut sang
supir harus melakukannya.
Jam sembilan tepat, saya berhenti di
depan SD gang tiga Unib belakang dan sampai di tujuan. Langsung bersiap-siap
dan meluncur ke sekolah dengan sepeda motor plus barang bawaan untuk berangkat
ke Jakarta siangnya.
Yah, karena sudah memilih, resiko
yang seperti tadi sangat mungkin terjadi. Dan tidak ada yang memungkiri jika
saya pulang pakai motorpun akan aman, karena kita tidak ada yang tahu, dan
semua ada resikonya ya.
Semoga apa yang dipilih untuk
dilakukan, ada keberkahan tersendiri di dalamnya, aamiin.
Oke, lanjut tidur lagi, nih terbangun karena nyamuk, hehe, beberapa jam sebelum workshop nih, semoga ilmu dari bunda Asma bisa bermanfaat dan dibawa ke Bengkulu.
Oke, lanjut tidur lagi, nih terbangun karena nyamuk, hehe, beberapa jam sebelum workshop nih, semoga ilmu dari bunda Asma bisa bermanfaat dan dibawa ke Bengkulu.
Oyasuminasai...
0 komentar:
Posting Komentar