Rabu, 12 Oktober 2016

Asma Nadia Writing Workshop, Hari kedua (Cerita 2, Menjamah Skenario Film)



Bagian kedua hari kedua. Setelah sholat dzuhur dan makan siang, kami para peserta kembali keruangan untuk materi berikutnya. Pada materi ini, kami menjamah hal baru yang juga memiliki kaitan dan hubungan dengan dunia menulis. Skenario Film.
 
Mas Alim mulai memberikan Materi
Pada materi ini, kami mendengarkan dengan penasaran apa saja yang diceritakan oleh sang pemateri Mas Alim Sudio. Mendengar kiprahnya pada kepenulisan skenario film membuat kami terkagum. Dari semua kegiatan workshop, pada bagian inilah hal baru yang mengagetkan bagi saya.

Penulis skenario, meskipun dalam film nampaknya tidak menonjol, tapi perannya sanngatlah penting. Saya sendiri berpendapat penulis skenario tak jauh bedanya dengan seorang produser, karena merekalah yang mengatur dan membuat apa yang harus dikatakan oleh para pemain film dan posisi mereka melakukannya.

Dengan rendah hati, Mas Alim tetap mengatakan bahwa yang menunjang skenario menjadi bagus juga ditentukan oleh para pemain. Jika pemain yang membawakannya biasa saja, tentu tidak akan menjadi hal yang berkesan. Sebagus dan seindah apapun kalimat yang ingin diucapkan, jika tidak dibawakan dengan cara yang tepat, tentunya tidak akan sampai maknanya secara jelas.

Kami juga diberikan sebuah script salah satu film yang juga diangkat dari bukunya Asma Nadia ‘Cinta Laki-Laki Biasa’. Lagi-lagi mendapat ilmu baru yang bisa dipelajari.

Dalam sudut pandang Mas Alim, kurang pas jika sebuah buku diadaptasi menjadi sebuah film, karena yang akan diingat oleh penikmatnya adalah filmnya bukan bukunya. Namun Pak Isa beranggapan bahwa bagi para penulis, ketika tulisannya diangkat menjadi sebuah film hal itu malah membuatnya menjadi naik kelas, kamipun setuju. Yah setiap orang punya pandangannya masing-masing dan tidak ada yang salah dengan hal itu ya.

Nah, setelah berjalan setengah materi kami mulai dengan langsung simulasi membuat skenario film sendiri. Dari memikirkan ceritanya, alur, tempat dan tokoh. Lalu dibuat runtutan kejadian awalnya sesuai dengan modul yang sudah diberikan sebelumnya.
 
6 Orang terpilih simulasi pembuatan skenario film,
Pembacaan Skenario yang dibuat.
Setelah semuanya membuat, dari sekitar lebih delapan puluh orang peserta diruangan mulai diminta untuk membacakan, dan akan dipilih lima terbaik untuk diseleksi. Saya terus mengangkat tangan agar dipilih, namun sampai orang kesepuluh yang dipilih, saya tidak mendapat kesempatan. Setelah pembacaan satu-satu, terpilih empat orang dari penilaian Mbak helvy, Pak Isa, dan Mas Aeron. Karena masih kurang satu orang, kembali diminta untuk membacakan, lagi-lagi saya mengangkat tangan seperti anak kecil. Tinggi-tinggi sambil sedikit jinjit dan lompat. Alhamdulillah akhirnya ditunjuk.

Meskipun karena saya peserta terjauh, apa yang saya bawakan ternyata bisa membuat terpilih juga. Akhirnya total dipilih enam orang yang maju kedepan untuk diseleksi. Lalu kami disuruh melengkapi dengan judul dan topiknya.

Setelah semuanya, kami kembali membacakan apa yang sudah tulis. Saat itu cerita yang terlintas dan saya jadikan simulasi skenario film adalah perjalanan ‘jalan kaki’ saya ke Argamakmur bersama Fadli beberapa waktu lalu. Saya beri judul “80km Argamakmur”, ternyata judul ini mampu menarik perhatian peserta, karena mereka tidak ada yang tahu Argamakmur.

Akhirnya dipilih satu skenario yang paling baik yang akan benar-benar di filmkan. Setelah dites semua, alhamdulillah meskipun tidak dapat, tapi mendapat posisi apresiasi yang ketiga. Membuat saya cukup bangga terpilih diantara puluhan peserta yang hadir.

Setelah itu saya berpikir akan membuat script film, adaptasi dari dua buku adik tingkat saya, yang itu cukup bagu diolah menjadi ide film. Alhmdulillah bisa membawa nama Bengkulu disini. Semoga script yang saya kirim nanti bisa menjadi film beneran ya, aamiin.

Ulasan Bagian terakhir pada cerita ketiga, Baca juga...Bagian Pertama

0 komentar:

Posting Komentar

 
;