Bagian kedua hari kedua. Setelah
sholat dzuhur dan makan siang, kami para peserta kembali keruangan untuk materi
berikutnya. Pada materi ini, kami menjamah hal baru yang juga memiliki kaitan
dan hubungan dengan dunia menulis. Skenario Film.
Pada materi ini, kami mendengarkan
dengan penasaran apa saja yang diceritakan oleh sang pemateri Mas Alim Sudio.
Mendengar kiprahnya pada kepenulisan skenario film membuat kami terkagum. Dari
semua kegiatan workshop, pada bagian inilah hal baru yang mengagetkan bagi
saya.
Penulis skenario, meskipun dalam film
nampaknya tidak menonjol, tapi perannya sanngatlah penting. Saya sendiri
berpendapat penulis skenario tak jauh bedanya dengan seorang produser, karena
merekalah yang mengatur dan membuat apa yang harus dikatakan oleh para pemain
film dan posisi mereka melakukannya.
Dengan rendah hati, Mas Alim tetap
mengatakan bahwa yang menunjang skenario menjadi bagus juga ditentukan oleh
para pemain. Jika pemain yang membawakannya biasa saja, tentu tidak akan
menjadi hal yang berkesan. Sebagus dan seindah apapun kalimat yang ingin
diucapkan, jika tidak dibawakan dengan cara yang tepat, tentunya tidak akan
sampai maknanya secara jelas.
Kami juga diberikan sebuah script
salah satu film yang juga diangkat dari bukunya Asma Nadia ‘Cinta Laki-Laki
Biasa’. Lagi-lagi mendapat ilmu baru yang bisa dipelajari.
Dalam sudut pandang Mas Alim, kurang
pas jika sebuah buku diadaptasi menjadi sebuah film, karena yang akan diingat
oleh penikmatnya adalah filmnya bukan bukunya. Namun Pak Isa beranggapan bahwa
bagi para penulis, ketika tulisannya diangkat menjadi sebuah film hal itu malah
membuatnya menjadi naik kelas, kamipun setuju. Yah setiap orang punya
pandangannya masing-masing dan tidak ada yang salah dengan hal itu ya.
Nah, setelah berjalan setengah materi
kami mulai dengan langsung simulasi membuat skenario film sendiri. Dari
memikirkan ceritanya, alur, tempat dan tokoh. Lalu dibuat runtutan kejadian
awalnya sesuai dengan modul yang sudah diberikan sebelumnya.
Setelah semuanya membuat, dari
sekitar lebih delapan puluh orang peserta diruangan mulai diminta untuk membacakan,
dan akan dipilih lima terbaik untuk diseleksi. Saya terus mengangkat tangan
agar dipilih, namun sampai orang kesepuluh yang dipilih, saya tidak mendapat
kesempatan. Setelah pembacaan satu-satu, terpilih empat orang dari penilaian
Mbak helvy, Pak Isa, dan Mas Aeron. Karena masih kurang satu orang, kembali
diminta untuk membacakan, lagi-lagi saya mengangkat tangan seperti anak kecil.
Tinggi-tinggi sambil sedikit jinjit dan lompat. Alhamdulillah akhirnya
ditunjuk.
Meskipun karena saya peserta terjauh,
apa yang saya bawakan ternyata bisa membuat terpilih juga. Akhirnya total
dipilih enam orang yang maju kedepan untuk diseleksi. Lalu kami disuruh
melengkapi dengan judul dan topiknya.
Setelah semuanya, kami kembali
membacakan apa yang sudah tulis. Saat itu cerita yang terlintas dan saya jadikan
simulasi skenario film adalah perjalanan ‘jalan kaki’ saya ke Argamakmur
bersama Fadli beberapa waktu lalu. Saya beri judul “80km Argamakmur”, ternyata
judul ini mampu menarik perhatian peserta, karena mereka tidak ada yang tahu
Argamakmur.
Akhirnya dipilih satu skenario yang
paling baik yang akan benar-benar di filmkan. Setelah dites semua,
alhamdulillah meskipun tidak dapat, tapi mendapat posisi apresiasi yang ketiga.
Membuat saya cukup bangga terpilih diantara puluhan peserta yang hadir.
Setelah itu saya berpikir akan
membuat script film, adaptasi dari dua buku adik tingkat saya, yang itu cukup
bagu diolah menjadi ide film. Alhmdulillah bisa membawa nama Bengkulu disini.
Semoga script yang saya kirim nanti bisa menjadi film beneran ya, aamiin.
Ulasan Bagian terakhir pada cerita
ketiga, Baca juga...Bagian Pertama
0 komentar:
Posting Komentar