Rabu, 26 Oktober 2016

Pilih Jalan Terbaik Sesuai Cara Yang Dipahami.

Kali ini saya hanya memindahkan sebuah tulisan yang semoga menjadi inspirasi semuanya, Tulsian ini bersumber dari modul pelatihan Asma Nadia, materi oleh Pak Isa Alamsyah, penulis buku non-fiksi best seller. Selamat membaca.

Seorang mahasiswa protes, mengapa  jawaban ujiannya disalahkan. Ia pun menghadap  sang
dosen untuk mengklarifikasi masalah ini.

Soal yang dipermasalahkan adalah:

“ Bagaimanakah cara mengukur ketinggian sebuah gedung dengan sebuah barometer?”

Dosen   :   “Apa jawabanmu untuk soal ini?“

Mahasiswa   :  “Gampang, tinggal naik ke atas atap. Lalu ikatkan tali pada barometer. Perlahan‐
lahan ulurkan turun barometer itu dari atas gedung sampai menyentuh tanah. Kita
dapatkan ketinggian gedung = panjang tali.“

Dosen   :   “Jawaban macam apa itu? Tidak ada fisikanya sama sekali!“
Sang mahasiswa tercenung beberapa saat.

Mahasiswa   :   “ Baiklah Pak, ada jawaban lain yang lebih 'fisika'. Jatuhkan saja barometer itu dari
atas gedung. Lalu  hitung  waktunya,  berapa  detikkah  sampai terdengar  suara
'prang!'. Nah, ketinggian dapat dihitung dari persamaan gerak jatuh bebas, yaitu
percepatan gravitasi dibagi dua, lalu dikalikan dengan kuadrat waktu. [h=0.5g*t2].“

Mahasiswa :     “Kalau matahari bersinar  cerah,  kita dapat  manfaatkan  sifat  cahaya!  Caranya,
berdirikan termometer tegak lurus lalu ukur panjang bayang‐bayangnya. Ukur pula
panjang  bayang‐bayang  gedung.  Lalu  dengan  perbandingan  matematis
sederhana, kita juga bisa mendapatkan berapa tinggi gedung tersebut. “

Mahasiswa :     “Jika  Bapak  menginginkan  jawaban  yang  lebih  rumit,  ada!  Caranya,  ikatkan
barometer dengan seutas tali. Kita punya bandul sekarang. Goyangkan bandul
dengan sudut kecil, lalu hitunglah dengan teliti perioda bandul di bawah dan di atas
gedung. Kita akan dapatkan percepatan gravitasi dari rumus T = 2 pi akar (l/g). Dari
perbedaan percepatan gravitasi di bawah dan di atas gedung, bandingkan dengan
rumusan percepatan gravitasi g=G*M/r2, kita akan dapatkan jarak gedung dari
selisih jarak bandul dari pusat bumi. “

Mahasiswa :     “Well, jika gedung tersebut memiliki tangga darurat di luar gedung, bisa lebih
mudah  lagi.  Kita  bisa  naik  tangga  sambil  mengukur  tinggi  gedung  dengan
barometer. Bukankah kita tahu berapa panjang barometernya.“

Mahasiswa :     “Jika  Bapak  menginginkan  jawaban  yang  standar  dan  membosankan,  seperti
jawaban mahasiswa lain, baiklah... Barometer digunakan untuk mengukur tekanan
udara di  bawah dan di  atas gedung. Selisih tekanan udara yang tertera pada
barometer dapat dikonversikan menjadi ketinggian gedung dalam satuan meter... “

Mahasiswa :     “Tapi, karena kami diajarkan oleh Bapak agar memiliki kebebasan berpikir dan sikap
ilmiah, maka tak salah lagi, cara terbaik untuk mengukur ketinggian gedung ini
adalah datang ke rumah si perancang gedung lalu katakan padanya, 'saya akan
berikan barometer ini sebagai hadiah untuk Anda, jika Anda sudi memberitahukan
berapakah tinggi gedung itu”

Dosen     :   “ @!#*&^%$ “

Konon, mahasiswa tersebut adalah Niels Bohr. Di kemudian hari beliau menjadi peraih nobel dan salah
satu mbah Fisika Kuantum. Ada juga yang mengatakan di kisah itu bukan beliau. Tapi satu hal yang jelas:
banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mencapai tujuan. Termasuk cara yang paling 'bodoh'. ah,
sekarang giliran Anda untuk menjawab, cara apalagi yang kira‐kira mungkin untuk soal tersebut.

Berpikir Di luar Dari Biasanya Kenapa Tidak?

0 komentar:

Posting Komentar

 
;