Senin, 24 Oktober 2016

Tidak Ada Ide, (Ibu Rumah Tangga Yang Ingin Jadi Penulis)



Lagi-lagi hanya duduk dan menatap layar komputer. Sudah setengah jam tidak ada satu kata pun yang bisa ditulis, ah stress.


Bergabung di komunitas sudah, ngikutin blog penulis hebat juga banyak, ikut pelatihan dan seminar juga, tapi masih belum ada satu karya pun yang tertulis. Bahkan yang ukuran sedikit seperti puisi pun tidak.

Pekerjaan mengurus lima anak dan menyiapkannya setiap hari juga menjadi kendala waktu bagi diriku. Belum lagi pagi dan malam harus selalu mengantar dan menunggu suami pulang.

Ah, tolonglah satu tulisan saja cukup. Sudah satu bulan semenjak termotivasi ingin mencoba menulis tapi tidak bisa juga. Sekarang aku duduk diantara waktu luang yang sempitpun malah tak ada kalimat dan kata-kata indah yang keluar, lalu aku harus bagaimana?

Terkadang iri dengan beberapa penulis hebat.

Ada mereka yang mahasiswa. Jam kuliah yang memiliki jangka waktu dan kadang tidak masuk, memberikan keleluasaan untuk menulis. Pasti kalau masih mahasiswa dulu dan rajin menulis, satu hari minimal bisa membuat lima lembar tulisan. Kalau lagi libur bisa sepeluh lembar dong.

Bagaimana tidak? Mahasiswa nggak ngurus apa-apa kan? Cuma kuliah. Mungkin kalau yang sambil cari uang sendiri bisa dikatakan pengecualian, tapi kebanyakan mereka kan hanya duduk diam dan menunggu kiriman orang tua. Kalau mereka memiliki alasan tidak punya waktu, pengen saya cekik dah.

Nggak tahu apa rasanya jadi mak-mak. Jam empat udah harus bangun nyuci piring dan baju. Habis shubuh siapin sarapan untuk anak-anak dan suami. Lalu beres-beres rumah dan lainnya. Siang siap-siap jemput anak yang kecil. Kalau anak masih bayi, ya setiap detik harus ngawasin kan.

Aku katakan ini karena ingat beberapa waktu lalu, kejadian yang membuatku hanya bisa meringis dengan seorang mahasiswi

Pernah sekali seorang mahasiswi yang kulihat sepertinya berada. Memakai kaos biru lengan panjang, rok hitam tebal, plus tas ransel yang bermerk. Tidak sengaja bertemu di mall ketika sedang membeli kebutuhan rumah tangga, secara mengalir curhat kepadaku tentang kuliahnya.

“Mbak, menurut mbak kuliah tuh baiknya gimana sih. Aku punya banyak cita-cita tapi kok kayaknya susah banget ya. Rasanya tiap waktu yang aku punya nggak cukup lho mbak” Dengan nada melas mahasiswi itu bercerita.

Aku perhatikan dia seksama. Ini masih muda, umur kayaknya belum ada 23 deh. Apalagi katanya baru semester tiga, rasanya baru mulai setahun kuliah.

“Jalani aja, nggak sesulit itu kok. Yang penting kamu niat dan semangat. Di kampung Orang tua menunggu kamu pulang dengan sarjana lho, jangan lupa ya” Jawabku sekenanya, dan sedikit menyemangati meskipun agak malas.

Lagi-lagi dirinya menarik napas panjang. Seperti beban hidupnya sudah sangat berat. Lalu secara mengalir kembali dia bercerita tentang dirinya yang sedang meraih impiannya untuk menjadi penulis, tapi tiap hari katanya nggak ada waktu.

Ketika kutanyakan dengan seksama, ternyata waktunya banyak digunakan tidur, nonton, jalan-jalan sama teman, dan tugas selalu dikerjakan kepepet. Yah wajar saja tidak ada waktu, yang digunakan bukan waktu untuk kebermanfaatan. Belum ngerasain jadi ibu rumah tangga kali ya.

Aku bingung mau bagaimana lagi. Sudah jam setengah sepuluh malam. Setengah jam dari tadi hanya sibuk membuka media sosial berharap ada ide yang muncul. Ternyata tidak ada juga. Sebentar lagi suamiku juga pulang. Untung anak-anak sudah pada tidur semua.

Ah, sudahlah, tidak ada ide yang muncul, padahal aku bisa menceritakan masa lalu atau diri sendiri, tapi ketika menghadap layar dengan microsoft word di depan mata, tak satu kata pun yang keluar untuk dijadikan kalimat bermakna.

Huh, bodo ah, masih tidak ada ide yang bisa ku tulis, lebih baik nonton tv aja.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;