Sedikit terlambat untuk menuliskan
cerita yang satu ini, namun yang terpenting adalah tetap menulis.
Tulisan yang tidak banyak kali ini,
ingin bercerita tentang para peserta yang hebat. Mengikuti workshop di Jakarta,
berkumpul para peserta yang lebih luar biasa. Saya mah bukan apa-apa. Memang
membuka mata untuk lebih jauh itu sangat perlu.
Ada lebih dari lima penulis diantar
puluhan peserta yang mengikuti workshop Asma Nadia 2 dan 9 oktober lalu. Tentu
saya tidak ingat semuanya, namun ada tiga orang yang saya cukup berkomunikasi
dan melihat buku mereka secara langsung.
Pertama ada Aa’ Ugi. Sebelumnya sudah
saya singgung beliau dalam tulisan pertama tentang workshop ini. Pemuda Tasik
ini memiliki karakter yang sangat rendah hati menurut saya. Dengan logat
sundanya yang kental, dan nada bicaranya yang lembut, menjadikan beliau seorang
yang akrab untuk diajak berkomunikasi.
Hal unik yang saya perhatikan dari
Aa’ Ugi selama pelatihan adalah selalu mencari cas.an. dimanapun berada hpnya
seperti ingin minum terus. Bahkan ketika pelatihan hari kedua, beliau duduk
tepat di sebelahnya ada cas.an.
Awalnya saya tidak terlalu tahu bahwa
pemuda 29 tahun ini, adalah seorang penulis juga. Barulah dihari kedua
pelatihan dia mengeluarkan buku ketiganya. Ternyata dia sudah memiliki dua buku
yang diterbitkan sebelumnya. Saya pun takjub.
Di akhir pelatihan, sebelum kami
berpisah jalan, dia menghadiahi bukunya untuk saya. Tentu senang, selain
mendapat ilmu dari para penulis yang memang sudah saya kagumi sedari dulu,
mendapatkan bonus buku dari penulis baru yang saya kenal. Semoga ukhuwah dan
komunikasi ini bisa terus berlanjut.
Berikutnya ada seorang laki-laki yang
menurut kita mungkin kurang, tapi sebenarnya itu menjadikan kelebihan bagi dirinya.
Rama, seorang laki-laki yang memiliki
kekurangan di bagian penglihatan. Dan tidak tanggung-tanggung yang dialaminya
adalah buta total. Tapi hal itu yang menjadikannya lebih hebat diantara yang
lain.
Jangan tertipu dengan kekurangannya,
Desember ini, buku kelimanya akan terbit. Nah, mau bilang apa? Sayapun tidak
bisa berkata-kata lagi. Kita yang normal saja mungkin belum menuliskan satu
bukupun.
Dengan kekurangannya tidak membuat
Mas Rama canggung atau malu. Di hari kedua pelatihan dia duduk tepat disamping
saya. Ada pada satu moment kami bercerita tentang film naruto, dan diapun hapal
serta nyambung. Pasti yang ada di benak kita, bagaimana dia tahu, kan tidak
nampak untuk ditonton?
Hanya Allah yang selalu memberikan
yang terbaik untuk hamba-hambnya. Sayapun sepanjang pelatihan berdiskusi dengan
beliau, seperti berbicara dengan orang normal. Meskipun sempat menebak umur
saya 25 tahun. Berarti suara saya dewasa lah ya, hehe.
Luar biasanya lagi, ketika sesi
simulasi skenario film, mas Rama yang terpilih untuk scriptnya di filmkan. Dan
terbaru mendengar kabar dari pak isa, bahwa memang novelnya sudah ada (kalo
nggak salah sutradara atau produser gitu ya) yang tertarik untuk difilmkan.
Maha Suci Allah Atas Kuasanya ya. Dan buat kamu yang jomblo (saya mah single
aja ya, hehe) beliau ini sudah menikah. Dan istrinya cantik berhijab pula. Nah
jangan mau kalah ya, apalagi kalo umur udah mau masuk 30, hehe.
Terakhir ada seorang remaja luar
biasa dengan semangatnya. Zahra, remaja yang juga suka menulis. Datang ke pelatihan
di dorong pakai kursi roda. Badannya yang lumpuh tidak menyurutkan semangatnya
untuk bergerak dan menulis. Dan buat kamu yang normal harusnya beliau menjadi
tamparan yang keras buat semua. Boleh saja dia terlihat di kursi roda, tapi dia
sudah memilki TIGA buah buku yang diterbitkan secara luas.
Memang membuka mata itu perlu, kita
tidak tahu apa dan siapa yang akan kita temui. Maka dari itu jadilah manusia
yang terus menunduk akan kepunyaan ilmu dan pengetahuan. Karena yakinlah, masih
banyak mereka yang lebih tinggi dan lebih hebat di atas kita.
Salam Berkarya.
2 komentar:
judulnya saya sukaaaaaa
Alhamdulillah mbak, terus belajar mbak ... Makasih mbak..
Posting Komentar