Alhamdulilllah, bulan ini bisa
menyelesaikan 31 tulisan. Melakukan one day one post memang perjuangan. Terkadang
jika ada hari yang bolong harus membayar di hari berikutnya. Tapi ini menjadi tulisan
terakhir dibulan ini dan tepat sudah menyelesaikan tantangan atas diri sendiri.
Nah pada tulisan terakhir bulan ini
saya akan bercerita sedikit humor yang mungkin kamu semua sudah banyak tahu.
Cerita ini dulu pernah saya dengar atau baca, tapi sudah sangat lama sekali,
semoga berkenan.
Ada tiga pemuda yang ingin melamar
seorang anak perempuan dari seorang kyai terkenal di kampungnya. Mereka sering
mendengar kabar bahwa sudah banyak yang mencoba untuk menaklukkan hati sang
kyai namun belum ada yang berhasil, karena sang kyai sering mengadakan test
untuk semua yang datang.
Tiga pemuda ini sahabat lama. Mereka sepakat
siapa saja yang lolos nanti tidak masalah, yang penting mereka ingin
menaklukkan sang kyai.
Pada hari yang disepakati datanglah
Thoriq, Mulki, dan Imran.
Setelah mengetuk pintu rumah lantai
dua sang kyai, mereka dipersilahkan masuk satu persatu. Pertama yang masuk si
Thoriq. Mulki dan Imran mencoba
menguping dari balik jendela.
“Siapa nama kamu nak?” Tanya sang
kyai sambil memegang janggutnya yang panjang sampai ke depan dada.
“Nama saya, Tho...Thoriq pak.” Dengan
detak jantung tak menentu Thoriq hanya bisa menunduk berhadapan dengan sang
kyai.
“Wah, nama yang bagus. Bisa saya
minta tolong satu hal?” Kali ini nada pak Kyai semakin serius.
“Iya pak” Jawab thoriq singkat. Bulir
keringat mulai merembes belakang bajunya sampai basah.
“Sesuai dengan nama kamu, coba kamu
bacakan surat Ath-Thoriq” Kali ini nada Pak Kyai lebih seperti sebuah
permintaan.
“Baiklah pak” tidak perlu lama-lama
sekitar sepuluh menit, Thoriq mampu melakukan tugas pertama yang diminta oleh
pak Kyai.
Setelah selesai membacakan surat yang
diminta, Thoriq keluar dan menyuruh Mulki gantian masuk.
Setelah salam dan saling tanya, sama
seperti sebelumnya, Mulki diminta melantunkan surat Al-Mulk, sesuai namanya. Sekitar
lima belas menit, Mulki selesai membacakan surat yang diminta oleh pak Kyai dan
keluar dengan nafas lega.
Sekarang giliran Imran yang masuk. Setelah
dia menguping apa yang diminta kepada teman-temannya Imran berpikir keras
tentang kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Dia takut disuruh membacakan
surat Ali-Imran sesuai namanya. Itu tentu lebih panjang dari Ath-Thoriq dan
Al-Mulk. Setelah berpikir keras, Imran sudah menyiapkan sebuah jawaban yang dia
harap ampuh.
“Siapa nama kamu nak?” Pak kyai
kembali menanyakan nama seperti yang dilakukan sebelumnya.
Inilah saat-saat yang ditunggu Imran.
Dia menyiapkan diri, mengambil nafas dalam dan memberikan waktu yang tepat
untuk mengatur nada bicaranya.
“Hey, ditanya malah diam saja. Nama
kamu siapa?” Sekali lagi pak Kyai bertanya kepada Imran.
Dengan lantang dan percaya diri Imran
menjawab pertanyaan Pak Kyai,
“Nama saya Imran pak, tapi keluarga,
tetangga, dan teman-teman biasa
memanggil saya pak Annas”
Imran langsung lari keluar setelah
menjawab pertanyaan itu, diikuti Thoriq dan Mulki meninggalkan Pak Kyai yang
sudah siap melempar gelas di tangannya.
Semoga sedikit terhibur dengan
tulisan penutup bulan ini. Dan jangan lupa untuk tetap berkarya setiap hari. Semangat
untuk tulisannya.
Sedikit tips agar bisa menulis terus.
- tulislah apapun, bahkan ketika bingung menulis saja
- agar bisa banyak menulis, harus banyak membaca, juga banyak mendengar
- jangan malu untuk bertanya, minta tolong teman yang mau bantu menilai tulisan
- menulislah, menulis, dan menulis. tak ada cara terbaik untuk membuat sebuah tulisan utuh kecuali dengan menulis.
Salam berkarya.