Senin, 19 Desember 2016

Ya Udah, nggak usah belajar sekalian ya...



Beberapa hari lalu seorang teman yang saya syukuri perubahan hijrahnya akan Islam bermain kerumah. Tak ada yang spesial memang, seorang teman yang silaturahim kepada teman lainnya.


Namun bahasan kali ini membuat kami kembali tertawa dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar. Sungguh entah apa yang membuat hal ini menjadi seperti ini. Kondisi yang diharapkan bisa menjadi lebih baik, malah berubah sebagai sumber kebingungan yang dihadirkan.

Berceritalah dirinya tentang sakit yang sedang dideritanya. Ternyata hal itu menyebabkannya perlu cek ke Jakarta untuk bisa operasi. MasyaAllah, dirinya yang merasa Islam sudah mengatur semuanya lebih memilih menjalani pengobatan islami. Orang tuanya yang masih awam tetap ingin merujuknya ke rumah sakit di jakarta.

Bekam, Madu, Ruqyah mandiri, Habbatussauda, semua segala cara yang dia yakin dalam tuntunan islam dilakukannya. Memang tidak mudah dan penuh perjuangan serta mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk kesembuhannya. Namun hal itulah yang membuat perjalanan hijrahnya menjadi lebih kuat.

Selain banyak bercerita tentang penyakitnya, mulailah bertanya-tanya tentang kajian islam. Dia sendiri selama ini masih banyak belajar dan mendengarkan dari video yang ada di youtube. Yah memang cara paling mudah salah satunya dengan melihat apa yang mudah diakses.

Sempat bertanya tentang beberapa tempat untuk menimba ilmu, entah itu seminar, tabligh akbar ataupun majelis taklim yang ada. Saya hanya menawarakan beberapa tempat yang saya tahu. Dari malam selasa sampai malam minggu, tersebar banyak tempat pengajian untuk memperdalam ilmu keislaman.

Sebatas itu dia setuju, dan mencatat serta mengambil gambar beberapa jadwal yang saya tawarkan. Pilihan untuk mengikuti tentu berada pada pilihan dia sendiri.

Lalu sebuah pertanyaan yang membuat saya hanya tersenyum dan hal ini pun sering terjadi di sekitar kita. Mana sih yang paling benar, sepertinya setiap tempat saling menghujat satu sama lain dan mengatakan mereka paling benar. “Itulah sam yang kadang bikin ambo bingung n malas” satu perkataan yang sering terngiang dipikiran saya darinya.

Yah, hal ini bukan rahasia lagi tentang dimana kita belajar akan menjadi sorotan. Tapi anehnya ketika itu yang berbau keimanan dan keislaman kok rasanya saling tarik-menarik dan tonjok-tonjokkan.

Tidak jarang komen atau balasan status yang diposting oleh satu orang menimbulkan kericuhan dan perdebatan. Padahal hal itulah yang akhirnya membuat islam ini terlihat sangat tidak harmonis, padahal yang melakukannya hanya beberapa oknum.

Tidak banyak yang bisa saya kasih pesan kepadanya, saya hanya meyakinkan pada dirinya untuk meminta petunjuk Allah dan yakinkan kebenaran atas apa yang dijalani. Memanglah jika ingin mencari penilaian manusia tidak akan bisa meminta semuanya setuju, akan selalu ada yang merasa apa yang kita lakukan kurang tepat.

Lucu sekali memang, ketika berbeda sedikit saja sering menganggap bahwa satu sama lain berbeda. Dia bukan teman kita, atau bukan kelompok kita. Seakan-akan ada pembatas sendiri. Tentu saya dan teman saya masih hijrah dan belajar tidak memiliki banyak ilmu jika dibandingkan dengan mereka yang sudah memiliki segudang ilmu dalam keislamannya. Namun proses belajar ini pun menjadi membingungkan dan meragukan.

Saya sangat senang ketika teman saya ini memiliki perubahan hijrah yang besar. Beberapa buku saya pun jadi santapannya untuk melakukan hijrah dan perubahan. Namun sayang, dia kembali dipusingkan dengan banyaknya cemoohan antara satu tempat dan lainnya.

Jika sesempit itu pikiran kita, hanya karena beda yang mengajarkan dan tempat menjadi masalah, kenapa tidak menyeretnya ke hal lain apalagi bersifat dunia. Seperti teman-teman yang beruntung kuliah di luar negeri dan di ajarkan oleh orang ‘non’ apakah menjadi pelarangan sedangkan yang diambil adalah ilmunya.

Lucu juga ketika seorang wirausahawan yang berguru dengan satu mentor melarang belajar dengan mentor lain karena akan dianggap sesat ilmunya. Sebuah universitas tidak akan mengundang dosen universitas lain untuk berbagi ilmu karena takut mahasiswanya tercemari dan berbeda prinsip. Sungguh kita hanyalah seseorangyang tidak tahu apa-apa yang akhirnya menjadikan kita berdiam diri ditempat dengan semua kurungan itu.

Semoga kebaikan selalu bernanung di dalam diri kita atas LindunganNya. Lebih baik kita sama-sama mendoakan dan terus saling mendukung dalam memperjuangkan islam. Semoga juga mereka yang berada di negeri sana yang juga saudara kita diberi kekuatan dan perlindungan oleh Allah amiin.

Salam kebaikan.

2 komentar:

Bayu Putra mengatakan...

Sama saya juga mengalami kayak gini akh, jadi bingung mau belajar agama ke mana. Tapi ttp ikut belajar cuman kalo udah mengenai pembahasan perbedaan dgn kelompok lain, saya ga terlalu merhatiin

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

belajarlah dengan referensi terbaik. belajar tauhid, dan hal dasar aja mas yang terpenting. fiqih2 sederhana yang kita perlukan. kalau maslaah perbedaan disimpan direkam tapi tidak perlu terlalu jadi pikiran dulu.

yang penting jangan sampai kita sendiri menyalahkan dan mengkafirkan orang lain. kita terus belajar sembari mengingatkan tanpa harus menjatuhkan. wallahua'lam. semoga Allah memudahkan kita untuk selalu menjalankan ajarannya dengan baik

Posting Komentar

 
;