Sudah bersyukur dengan nikmat hari
ini?
Nikmat iman, islam, rasa tenang dan
aman kita rasakan dengan enaknya. Mungkin di beberapa tempat lain saudara kita
bisa merasakan nikmat iman dan islam, tapi bagaimana dengan tenang dan aman?
Palestina, Suriah, Myanmar, dan
beberapa tempat lainnya banyak saudara kita yang tidak mendapatkan rasa aman
itu. Tapi lihat apa yang terjadi.
Apakah ibadah mereka menurun? Apakah
keimanan mereka melemah? Atau mungkin mereka meninggalkan keislamannya? Sungguh
tak ada satu pun yang terjadi itu semua kepada mereka.
Berapa banyak penghafal quran hidup
dengan penuh senyuman diantara bom-bom yang menyapa di negeri Palestina. Betapa
tegar ibadah yang dilakukan tanpa takut untuk dihentikan, meskipun badan sendiri
menjadi korban pembakaran di Myanmar.
Sekarang tanyakan kepada diri kita
sendiri bagaimana kondisi iman kita. Sudah seberapa jauh peningkatan ibadah
yang dilakukan dari baligh sampai sekarang?
Jangankan dihafal, tanyakan saja pada
diri sendiri Sudah berapa lembar bacaan quran hari ini? Apakah setiap sholat
masih dengan tiga Qul? Atau bertambah sampai al-fiil?
Bagaimana ibadah kita. Sudah berapa
khusyuk sholat kita? Pada tingkatan sekedar memenuhi kewajiban, atau sudah
menjadi kebutuhan. Bahkan mungkin hanya sebagai penutup hari dalam tanda
pengenal keislaman.
Naudzubillah summa naudzubillah. Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan rahmatnya.
Jika melihat di sekitar kita,
terutama di negeri tercinta ini, mulai terasa sebuah gejolak yang sangat besar
dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah perlakuan dari satu orang menggerakkan
berjuta orang. Namun pertanyaannya apakah ini bentuk dari sebuah kejayaan atau
kelemahan?
Sangatlah perlu untuk melihat kembali
ke dalam diri tentang apa yang terjadi. Jikalau Islam yang sedang kita jalani
ini ternyata belum kuat, berarti diri sendiri inilah yang salah. Cek syahadat
kita, apakah sudah murni menghambakan diri kepada Allah, ataukah masih ada
pegangan dan kepercayaan dengan hal lain atas sebuah keyakinan.
Jika syahadat saja sudah goyah, bagaimana
bisa hal lain kita jadikan pegangan untuk membentuk kekuatan. Karena keyakinan
padaNyalah yang membuat kuat semua hal. Menyekutukannya adalah keputusan paling
buruk yang di lakukan.
Padahal buku petunjuk sudah jelas di
depan mata. Tapi kita sendiri tak pernah menggunakannya. Ketika ‘dia’ yang
mengutip salah satu bagian dari buku petunjuk kita menimbulkan api besar,
pertanyaannya apakah kita sudah melihatnya?
Tidak ada yang salah dalam hal ini,
pelajaran besar bagi kita adalah untuk kembali menginteropeksi diri sendiri.
Ingatlah kejayaan islam dulu yang
sangat baik di zaman Rasul dan para sahabatnya. Ada yang pernah mengatakan,
andaikata Umar hidup di zaman sekarang, mungkinlah ‘dia’ sudah di penggal
kepalanya. Dulu, ketika masa islam sedang berjaya dengan kekuatannya, tak ada
satu orang pun yang berani untuk mencelanya. Baik dari orang islam sendiri,
apalagi mereka yang di luar islam.
Kekuatan islam yang begitu hebat,
membuat semua penganutnya memiliki keyakinan kuat dan bangga akan apa yang
dibawa. Bagaimana dengan sekarang. Seberapa bangga kita dengan keislaman yang
dipegang. Apakah panggilan manusia lebih diutamakan dari panggilan Allah? jika
iya, wajar saja jika apa yang sedang bergejolak sekarang bisa terjadi.
Melihat sebuah kejayaan yang terjadi
di masa lampau, Allah pun sudah memberikan tiga janji di dalam surat an-nur
ayat 55. Untuk memenuhi semuanya hanya dibutuhkan satu syarat. Apa itu?
Tiga janji Allah di dalam surat an-nur
ayat 55 yang pertama tentang kepemimpinan atau kekuasaan. Nah Allah sendiri
memanggil orang yang beriman agar bisa diberikan sebuah tempat untuk memimpin.
Berikutnya agama yang di ridhoinya. Tentu di sini yang dijelaskan adalah agama
Islam. Yang terakhir adalah rasa aman. Inilah janji Allah untuk kita semuanya.
Dan untuk mendapatkan itu semua Allah hanya minta satu syarat yaitu
Meenyembahnya dan tidak syirik.
Kurang apa coba. Janjinya tiga,
syaratnya satu. Kita semua mungkin luput akan hal ini, karena jarang membaca,
atau membaca tanpa makna. Alangkah indah jika orang beriman yang memimpin akan
membuat agama ini menang dan memberikan rasa aman tidak hanya bagi muslim,
bahkan mereka yang diluarnya.
Bukan masalah negara islam atau
bukan, tapi apakah kita sebagai penganut ajaran islam melaksanakan apa yang
seharusnya atau tidak.
Kelemahan kita bukanlah karena keislaman
yang kita anut, tapi kurangnya akan apa yang dipelajari dan dimaknai tentang
islam itu sendiri. Untuk bisa melakukannya kita harus men-tasfiyah diri.
Membersihkan dosa-dosa yang bersemayam yang akhirnya mendapatkan tarbiyah atau
pendidikan untuk memahami dan memaknai islam.
Kita semua pasti rindu akan kejayaan
Islam yang bisa mengatur segala hal dengan damai dan tenteram. Semoga dengan
niat yang tulus dan rahmatNya, jalan yang kita tempuh adalah murni untuk mendapatkan
ridhonya.
Jangan hanya jadikan Islam sebagai
sebuah pelajaran, tapi jadikan diri belajar akan sebuah keislaman. Semoga kita
semua dimudahkan dan diridhoi olehNya.
(ringkasan
kajian ust. Hafidz dalam acara Kajian rutin FIMADINA Fakultas kedokteran Universitas
Bengkulu)
Mohon maaf jika ada salah semoga
bermanfaat, salam kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar