Selasa, 27 Desember 2016

Kalau bisa bertahan kenapa harus menyerah?



Bagaimana hari ini? Masih bertahan untuk melakukan sesuatu yang sudah lama dipertahankan, atau malah menyerah dengan keadaan.


Komitmen dan konsisten memang bukan hal yang mudah, tapi jika bisa bertahan dengan hal itu semuanya akan menjadi lebih indah. Banyak sekali hal yang tidak pernah di duga sebelumnya terjadi begitu saja. Terkadang di titik tertinggi kesungguhan di uji.

Mahasiswa yang sedang skripsi, penulis pemula yang ingin menyelesaikan naskah, pebisnis yang sedang mulai merintis, dan banyak hal lainnya menjadi perjalanan hidup yang harus dijalankan. Mau tidak mau harus bisa tahan dengan semua itu.

Tidak sedikit yang ditengah perjalanannya dalam melakukan malah berhenti dan menyerah. Jika memang tidak ingin dilakukan mending tidak usah dari awal kan?

Harus ditanamkan seperti itu, jika tidak semua akan mudah untuk mengatakan menyerah. Jika menyerah ditengah jalan coba lihat betapa banyak waktu terbuang untuk melakukan hal yang tidak diselesaikan. Tenaga, pikiran, uang, waktu, semua sudah diusahakan untuk melakuakn perlahan, tapi di penghujung penyelesaian dengan mudahnya kita tinggalkan.

Coba berpikir sejenak, berapa banyak hal seperti ini kita lakukan? Alasan-alasan yang diberikan untuk menjadikannya alibi dalam hal ini juga sederhana dan tidak terlalu penting.

Misal seorang yang baru mulai untuk belajar menulis dan ingin menyelesaikan naskah pertamanya, setelah beberapa bulan menulis, menyerah karena tidak sanggup. Padahal yang sudah memutuskan untuk melakukan dari awal, adalah orang itu sendiri. Jika tidak ingin menyelesaikannya kenapa melakukannya?

Tentu setiap dari kita sudah tahu apa konsekuensi dan resiko yang di ambil dari melakukan sesuatu yang sudah diputuskan sejak awal. Hadapi dan jalani. Tidak ada sebuah tingkat yang lebih tinggi yang akan diraih oleh seseorang selain menaklukkan tingkat bawahnya.

Pernah mendengar bahwa ujian seseorang sesuai dengan tingkat keimanannya. Jika saja kita ambil kalimat ini menjadi rujukan seberapa jauh level diri kita, lihat apa halangan yang menimpa di hadapan diri. Jika selama lima tahun sibuk berkutat masalah hati yang galau karena lawan jenis, berarti tidak ada usaha perubahan untuk meningkatkan kualitas diri.

Kembali dengan apa yang dibahas diawal. Jika memang sudah ragu untuk bisa melakukan sesuatu untuk di selesaikan, mending sedini mungkin menghentikannya. Memang ada beberapa kasus yang menjadi pengecualian dalam beberapa hal. Tapi, disini kita kaitkan dengan diri masing-masing saja seberapa jauh sudah menghargai diri dalam berproses.

Nah, bertahanlah sampai benar-benar lelah. Memang tidak sedikit hal yang terjadi di luar keinginan. Akan ada prioritas dan fokus yang mengalihan, namun tidak ada salahnya untuk bertahan.

Selesaikan apa yang sudah dimulai, jika berakhir dengan kurang baik itu adalah proses dari pembelajaran. Namun jika sudah menyerah itu tandanya bahwa diri ini memang tidak memantaskan diri untuk bisa menjalankan sebuah proses.

Tidak ada ilmu yang sia-sia, dan setiap perbuatan dengan niat baik pasti bermanfaat. Maka lakukanlah dengan niat yang tulus dan hati yang jernih. Setelah maksimal melakukan sesuatu, jangan lupa meminta tolong dengan sang maha atas terjadinya segala sesuatu dengan senjata paling mujarab, doa.

Salam, kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;