Sudah merasa pencapaian yang
dilakukan sukses dan berhasil?
Kalau belum berarti kesempatan anda
untuk melakukannya. Jika sudah, coba lihat lagi dan putar ulang ingatan Anda
ketika pertama kali mengambil langkah baru untuk membuatnya terjadi.
Jika bercerita tentang diri sendiri,
inilah titik awal saya melakukannya. Januari 2011, ketika masih kelas tiga SMA
semester dua. Mengikuti sebuah pelatihan pertama dengan tema ‘Menangkal
kejahatan Hypnotis” semua berawal dari sini. Cerita ini mungkin sudah sering
Anda dengar jika pernah mengikuti acara yang saya isi.
Pemateri Ronny Dewanyara Putra, yang
sampai sekarang menjadi rekan, partner sekaligus kakak sendiri.
Di awal mengikuti pelatihan yang
beliau adakan, tidak pernah terpikir hingga menjadi seperti ini. Berangkat pagi
bersama Mbak, yang menjadi salah satu penyelenggara membutuhkan waktu kurang
lebih satu jam setengah.
Baru lima belas menit perjalanan, ban
motor bocor di tengah jalan. Setelah menghubungi abah, akhirnya motor diganti.
Jam sepuluh sampai di lokasi, tentu sangatlah telat. Namun daripada mundur
lebih baik ikut dengan apa yang ada.
Sesampainya di sana, tiba-tiba sang
pemateri bertanya kepada peserta, siapa yang mau jadi relawan untuk maju ke
depan. Dengan pedenya saya angkat tangan dan berdiri. Entah apa yang akan di
lakukan, pikir saya saat itu, sudah jauh-jauh datang masa tidak dapat apa-apa
kan sayang.
Setelah maju ke depan yah, ternyata
saya menjadi korban untuk percobaan hipnosis oleh Kak Ronny. Setelah sesi itu selesai
saya merasa seperti orang bodoh sih. Tapi asyik juga. Terasa aneh ketika angka
delapan dihilangkan dari pikiran saya, yang akhirnya menghitung jari dengan
jumlah sebelas.
Tidak hanya sampai disitu rasa
antusias saya mengikuti pelatihan berefek pada sesi akhir. Ketika sesi hipnosis
massal saya rasanya nikmat dan paling terpengaruh. Sampai-sampai ada yang
mengatakan bahwa saya jatuh dari kursi. Setelah selesai acarapun sempat di
wawancara oleh salah satu panitia.
Disinilah semuanya bermula.
Ketika masuk kuliah di september
2011, tepat ketika umur masuk 17 tahun. Disitu saya mulai aktif mengikuti semua
kegiatan yang saya bisa. Mengingat diri ini tidak punya kemampuan apa-apa.
Januari 2011, peluncuran sebuah bukun
motivasi dari pemuda Bengkulu. Lagi-lagi pemateri yang sama, kak Ronny. Saat
itu belum kenal apa-apa dengan beliau, dan buku itu ditulis berdua dengan
seorang yang juga menjadi penyemangat saya kak Rio Saputra.
Masjid Al-Farabi yang tidak terlalu
ramai, menjadi tempat launching buku dengan judul “Setiap Orang berhak Sukses”
sekarang bukunya dipinjam nggak balik. Hiks,
yang pinjam tolong balikin ya.
Semenjak saat itu saya mulai
mengikuti kegiatan dan jejak mereka berdua.
Pertama kali akhirnya bertemu lagi dalam
acara Koperasi Mahasiswa. Saya yang membuka stand usaha obat herbal,
bersebelahan dengan dua penulis tadi ditambah satu penulis muslimah muda mbak
Chicha Kuswoyo Edison, dengan bukunya “Anak Ilalang”.
Suatu ketika karena terlalu sering
ikut beliau, diajak untuk menghadiri bedah bukunya di Gramedia Bengkulu.
Awalnya iyakan saja, sampai ketika siangnya di tawari menjadi moderator untuk
bedah bukunya. Tentu senang sekali. Secara kan orang biasa duduk dengan dua
penulis. Dan lagi tamu bedah buku saat itu ada pak Helmi Hasan dan Pak Syamlan,
tokoh yang cukup besar di Bengkulu. Benar-benar merasa kecil deh, padahal baru
semester dua.
Masih pada tahun yang sama, tapi
sudah memasuki semester tiga, tawaran baru membuat saya langsung mengikutinya.
Dua orang penulis yang menjadi
inspirasi saya mengajak seminar bedah buknya di Curup untuk menjadi operator.
Salah satu kota yang cukup terkenal dengan suhu dinginnya. Mendapat tawaran itu
langsung saja saya iyakan. Padahal waktunya mepet. Dikabari pagi untuk
berangkat sore, dan tampil besoknya.
Alhamdulillah mendapat pengalaman
yang luar biasa lagi, dan inilah menjadi tonggak awal perubahan. Sampai
sekarangpun para inspirator ini masih menjadi tempat saya belajar.
Sekilas dari titik awal perubahan
saya sampai sekarang.
Salam kebaikan,
0 komentar:
Posting Komentar