Sabtu, 03 Desember 2016

Saatnya Menjadi Pelurus, Bukan Hanya Penerus




 
Menjadi siswa, mahasiswa, karyawan baru dan sebagainya tentu memiliki pengalaman yang menambah pengetahuan dan kemampuan. Kita diharuskan untuk bisa terus berinovasi dan membuat sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Hal yang salah kaprah di sekitar kita ini adalah ketika mereka yang sudah dulu merasakan pengalaman itu atau lebih sering kita sebut ‘senior’ seakan-akan mejadi bos. Mereka merasa posisinya adalah kekuatan untuk bisa mengendalikan, inilah yang menjadi mindset pada umumnya.

Lihat saja dulunya (semoga sekarang tidak ada lagi) ketika MOS atau OSPEK, ada saja hal-hal yang diluar kewajaran dilakukan lantaran hanya karena merasa ‘senior’. Padahal ilmu yang dimiliki belum tentu sejalan dengan posisinya itu.

Kita sering diberikan pemahaman menjadi generasi penerus, hal inilah yang membuat proses pengulangan kejadian yang tidak pernah berhenti. Selalu di teruskan budaya-budaya tidak penting. Entah itu perploncoan, agenda malam yang tidak jelas, dan lainnya.

Tentunya sebagai generasi baru, memiliki tugas untuk meluruskannya, bukan sekedar meneruskannya. Jika ada hal yang baik boleh saja diteruskan, tapi bagian yang melenceng tentunya diluruskan bukan?

Coba lihat lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekarang. Apakah masih ada kejanggalan atau tidak? Jika memang ada yang tidak sejalan atau aneh, bahkan melanggar batas norma, laporkan saja, atau tidak usah mengikutinya. Kegiatan-kegiatan yang tidak akan membuat menambah keilmuan bertambah untuk apa? Sekalipun mencari hiburan, cari hiburan yang mendidik. Refreshing kan tak harus sampai menghilangkan nyawa atau berakhir di jeruji besi.



Teman-teman cerdas sekalian, menjadi penerus bangsa tidak hanya sekedar meneruskan. Kalo hanya meneruskan berarti tak ada perubahan yang dilakukan. Kita hanya meneruskan apa yang udah ada tanpa menambah atau mengurangi sesuatu apapun. kalau memang seperti itu berarti kita merugi kan?

Bukankah orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemaren adalah orang yang celaka. Orang yang sama dengan yang kemaren adalah yang merugi. Barulah orang yang lebih baik dari kemaren orang yang beruntung. Lantas jika kita hanya meneruskan apa yang ada setidaknya termasuk orang yang merugi, karena tidak ada perubahan yang dilakukan.

Sekali lagi jadilah generasi yang meluruskan keadilan dan kebaikan. Hapuskan semua hal yang hanya menjadikan sebuah kesenangan tanpa ada tujuan, apalagi kepentingan. Tuluslah untuk melakukan sebuah perubahan, meskipun hinaan, cacian, bahkan pukulan yang di dapat mendarat di badan.

Kita memang tidak ada yang sempurna, tapi setidaknya melakukan hal kebaikan dengan cara yang lebih baik akan berguna. Tak perlu pasang wajah seram dan penampilan sok menakutkan. Menjadi seseorang yang tinggi bukan dengan meninggikan diri, bahkan merendahkan hati jauh lebih berbekas dan baik.

Seorang junior bukan melihat betapa songong senior dalam berbuat, tapi seberapa teladan yang bisa di contoh dari apa yang dihasilkan. Semoga apapun yang dilakukan dengan niat baik menjadi amal yang berlimpah pula.

Luruskan pemikiran. Jangan hanya melihat tiru dan lakukan apa yang ada. Perbaiki dan kembangkan lebih baik dari apa yang ada. Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;