Belajar memang bisa dari mana saja,
tapi jangan lupa saring apa yang bermanfaat dan bermakna. Kembali mendapatkan
pemikiran dari sebuah film ringan. Sebuah kenikmatan, tentu banyak macamnya,
namun sudah seberapa jauh kita merasakannya?
Banyak hal yang menjadi pertanyaan
jika ingin dihubungkan dengan sebuah kenikmatan. Namun yang paling utama adalah
kenikmatan dasar yang perlu dibangun. Jika ini saja belum bisa kita nikmati,
bagaimana bisa menjalani hidup dengan nikmat?
Hari ini saja, apakah sudah
memulainya dengan kenikmatan dan kesyukuran? Cek lagi, apakah tidur sudah
nyenyak. Bagaimana dengan Sholat shubuhnya sudah dinikmati belum? Ataukah sudah
sedekah dengan dhuha terbaiknya?
Itu baru sedikit dari beberapa hal
yang seharusnya bisa kita nikmati.
Betapa sedihnya jika masih banyak
yang kita lakukan hanya sekedar menggugurkan dan karena tekanan. Alangkah
ruginya sholat lima waktu yang dilakukan hanyalah pemuas kewajiban, tanpa ada
rasa yang berbekas. Bisa jadi inilah salah satu penyebab dari beberapa
pertanyaan tentang sholat yang katanya bisa mencegah perbuatan keji dan
mungkar.
“Saya
sudah sholat tiap hari tapi kok nggak tenang, terus masih sering melakukan
kemaksiatan dan kejahatan sana-sini. Berarti bohong dong, mending nggak usah
sholat kan?”
Pernah mendengar ucapan sejenis ini,
atau malah salah satu pelakunya?
Yakinlah ini hanyalah sebuah cara
untuk memahamkan kepada kita dan mempengaruhi bahwa sholat itu tidak penting.
Jika memang tidak berpengaruh, jangan salahkan sholatnya, cek diri sendiri
apakah sudah melakukan sholah dengan benar?
Seberapa banyak memikirkan dunia
daripada memikirkan Allah ketika sholat. Sudahkah rukuk, sujud, dan gerakan
sholatnya tuma’ninah dalam satu
kesatuan. Apakah setiap bacaan hanya sekali lewat atau berbekas.
Jika sholat adalah tiang agama, maka
tidak mungkin mendirikan tiang dengan asal-asal. Harus benar-benar berdiri
kokoh agar bisa menopang yang lainnya. Jika semen yang di plester tidak rata,
besi penyangganya agak miring, tanah, kerikil, pasir yang menjadi pondasi tidak
padat dan menekan kuat ke tanah, bagaimana mau tiang ini menjadi kuat dan
kokoh. Sudah pasti atap dan bagian dindingnya akan mudah goyah dan dirobohkan.
Nah, itu baru sholat saja belum yang
lain. Menikmati sebuah pekerjaan, kegiatan, dan hal lain yang berhubungan
dengan diri sendiri, orang lain, dan sang pencipta, tentu akan membuahkan hasil
yang baik. Kembali lagi bertanya kepada diri sendiri, apakah sudah
menikmatinya?
Membaca Al-Quran jika ketagihan dan
rasanya tidak ingin berhenti, itu bisa jadi satu tanda kita menikmatinya.
Sebuah bacaan yang rela diulang tanpa bosan, bahkan tidak tahu artinya pun
tetap ingin membacanya. Ini sungguh sebuah kenikmatan yang jangan dilewatkan.
Jangan sampai terlalu sibuk nyanyi
lagu asing yang tidak tahu artinya bisa di ulang ratusan kali sehari, lah baca
Al-quran barang lima menit saja beratnya minta ampun. Ingat kan wahyu dan
perintah pertama kita di suruh BACA bukan NYANYI. Jadi, jika kegiatan memang
berhubungan dengan itu, setidaknya jangan sampai waktu untuk melakukannya lebih
banyak daripada harus interaksi dengan Sang Maha Cemburu.
Andaikan saja Allah menampakkan
cemburunya kepada kita, betapa banyak manusia yang merugi setiap harinya.
Ketika Sholat yang dipikirkan pekerjaan dan orang lain. Ketika baca Quran yang
terpikir malah buku novel yang belum diselesaikan. Lantas kapan waktu untuk
memikirkan Allah. Mungkinlah kita ini lemah, karena kualitas diri sendiri yang
memang tidak terarah.
Menikmati segala sesuatu memang tidak
mudah, tapi tak ada yang mengatakan itu sulit. Nikmatilah dari hal yang dasar,
sehingga nantinya ketika berlanjut ke hal yang besar tak ada yang terganggu.
Cara menikmatinya tentu setiap orang punya cara masing – masing. Temukan cara
terbaikmu untuk melakukannya.
Salam kebaikan
0 komentar:
Posting Komentar