Rabu, 28 Desember 2016

Apakah Sudah Menikmatinya?



Belajar memang bisa dari mana saja, tapi jangan lupa saring apa yang bermanfaat dan bermakna. Kembali mendapatkan pemikiran dari sebuah film ringan. Sebuah kenikmatan, tentu banyak macamnya, namun sudah seberapa jauh kita merasakannya?


Banyak hal yang menjadi pertanyaan jika ingin dihubungkan dengan sebuah kenikmatan. Namun yang paling utama adalah kenikmatan dasar yang perlu dibangun. Jika ini saja belum bisa kita nikmati, bagaimana bisa menjalani hidup dengan nikmat?

Hari ini saja, apakah sudah memulainya dengan kenikmatan dan kesyukuran? Cek lagi, apakah tidur sudah nyenyak. Bagaimana dengan Sholat shubuhnya sudah dinikmati belum? Ataukah sudah sedekah dengan dhuha terbaiknya?

Itu baru sedikit dari beberapa hal yang seharusnya bisa kita nikmati.

Betapa sedihnya jika masih banyak yang kita lakukan hanya sekedar menggugurkan dan karena tekanan. Alangkah ruginya sholat lima waktu yang dilakukan hanyalah pemuas kewajiban, tanpa ada rasa yang berbekas. Bisa jadi inilah salah satu penyebab dari beberapa pertanyaan tentang sholat yang katanya bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Saya sudah sholat tiap hari tapi kok nggak tenang, terus masih sering melakukan kemaksiatan dan kejahatan sana-sini. Berarti bohong dong, mending nggak usah sholat kan?”

Pernah mendengar ucapan sejenis ini, atau malah salah satu pelakunya?

Yakinlah ini hanyalah sebuah cara untuk memahamkan kepada kita dan mempengaruhi bahwa sholat itu tidak penting. Jika memang tidak berpengaruh, jangan salahkan sholatnya, cek diri sendiri apakah sudah melakukan sholah dengan benar?

Seberapa banyak memikirkan dunia daripada memikirkan Allah ketika sholat. Sudahkah rukuk, sujud, dan gerakan sholatnya tuma’ninah dalam satu kesatuan. Apakah setiap bacaan hanya sekali lewat atau berbekas.

Jika sholat adalah tiang agama, maka tidak mungkin mendirikan tiang dengan asal-asal. Harus benar-benar berdiri kokoh agar bisa menopang yang lainnya. Jika semen yang di plester tidak rata, besi penyangganya agak miring, tanah, kerikil, pasir yang menjadi pondasi tidak padat dan menekan kuat ke tanah, bagaimana mau tiang ini menjadi kuat dan kokoh. Sudah pasti atap dan bagian dindingnya akan mudah goyah dan dirobohkan.

Nah, itu baru sholat saja belum yang lain. Menikmati sebuah pekerjaan, kegiatan, dan hal lain yang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan sang pencipta, tentu akan membuahkan hasil yang baik. Kembali lagi bertanya kepada diri sendiri, apakah sudah menikmatinya?

Membaca Al-Quran jika ketagihan dan rasanya tidak ingin berhenti, itu bisa jadi satu tanda kita menikmatinya. Sebuah bacaan yang rela diulang tanpa bosan, bahkan tidak tahu artinya pun tetap ingin membacanya. Ini sungguh sebuah kenikmatan yang jangan dilewatkan.

Jangan sampai terlalu sibuk nyanyi lagu asing yang tidak tahu artinya bisa di ulang ratusan kali sehari, lah baca Al-quran barang lima menit saja beratnya minta ampun. Ingat kan wahyu dan perintah pertama kita di suruh BACA bukan NYANYI. Jadi, jika kegiatan memang berhubungan dengan itu, setidaknya jangan sampai waktu untuk melakukannya lebih banyak daripada harus interaksi dengan Sang Maha Cemburu.

Andaikan saja Allah menampakkan cemburunya kepada kita, betapa banyak manusia yang merugi setiap harinya. Ketika Sholat yang dipikirkan pekerjaan dan orang lain. Ketika baca Quran yang terpikir malah buku novel yang belum diselesaikan. Lantas kapan waktu untuk memikirkan Allah. Mungkinlah kita ini lemah, karena kualitas diri sendiri yang memang tidak terarah.

Menikmati segala sesuatu memang tidak mudah, tapi tak ada yang mengatakan itu sulit. Nikmatilah dari hal yang dasar, sehingga nantinya ketika berlanjut ke hal yang besar tak ada yang terganggu. Cara menikmatinya tentu setiap orang punya cara masing – masing. Temukan cara terbaikmu untuk melakukannya.

Salam kebaikan

0 komentar:

Posting Komentar

 
;