Beberapa hari lalu seorang teman yang
saya syukuri perubahan hijrahnya akan Islam bermain kerumah. Tak ada yang spesial
memang, seorang teman yang silaturahim kepada teman lainnya.
Namun bahasan kali ini membuat kami
kembali tertawa dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar. Sungguh entah
apa yang membuat hal ini menjadi seperti ini. Kondisi yang diharapkan bisa
menjadi lebih baik, malah berubah sebagai sumber kebingungan yang dihadirkan.
Berceritalah dirinya tentang sakit
yang sedang dideritanya. Ternyata hal itu menyebabkannya perlu cek ke Jakarta
untuk bisa operasi. MasyaAllah, dirinya yang merasa Islam sudah mengatur
semuanya lebih memilih menjalani pengobatan islami. Orang tuanya yang masih
awam tetap ingin merujuknya ke rumah sakit di jakarta.
Bekam, Madu, Ruqyah mandiri,
Habbatussauda, semua segala cara yang dia yakin dalam tuntunan islam
dilakukannya. Memang tidak mudah dan penuh perjuangan serta mengeluarkan modal
yang tidak sedikit untuk kesembuhannya. Namun hal itulah yang membuat
perjalanan hijrahnya menjadi lebih kuat.
Selain banyak bercerita tentang
penyakitnya, mulailah bertanya-tanya tentang kajian islam. Dia sendiri selama
ini masih banyak belajar dan mendengarkan dari video yang ada di youtube. Yah
memang cara paling mudah salah satunya dengan melihat apa yang mudah diakses.
Sempat bertanya tentang beberapa
tempat untuk menimba ilmu, entah itu seminar, tabligh akbar ataupun majelis
taklim yang ada. Saya hanya menawarakan beberapa tempat yang saya tahu. Dari
malam selasa sampai malam minggu, tersebar banyak tempat pengajian untuk
memperdalam ilmu keislaman.
Sebatas itu dia setuju, dan mencatat
serta mengambil gambar beberapa jadwal yang saya tawarkan. Pilihan untuk mengikuti
tentu berada pada pilihan dia sendiri.
Lalu sebuah pertanyaan yang membuat
saya hanya tersenyum dan hal ini pun sering terjadi di sekitar kita. Mana sih
yang paling benar, sepertinya setiap tempat saling menghujat satu sama lain dan
mengatakan mereka paling benar. “Itulah sam yang kadang bikin ambo bingung n
malas” satu perkataan yang sering terngiang dipikiran saya darinya.
Yah, hal ini bukan rahasia lagi
tentang dimana kita belajar akan menjadi sorotan. Tapi anehnya ketika itu yang berbau
keimanan dan keislaman kok rasanya saling tarik-menarik dan tonjok-tonjokkan.
Tidak jarang komen atau balasan
status yang diposting oleh satu orang menimbulkan kericuhan dan perdebatan.
Padahal hal itulah yang akhirnya membuat islam ini terlihat sangat tidak harmonis,
padahal yang melakukannya hanya beberapa oknum.
Tidak banyak yang bisa saya kasih
pesan kepadanya, saya hanya meyakinkan pada dirinya untuk meminta petunjuk
Allah dan yakinkan kebenaran atas apa yang dijalani. Memanglah jika ingin
mencari penilaian manusia tidak akan bisa meminta semuanya setuju, akan selalu
ada yang merasa apa yang kita lakukan kurang tepat.
Lucu sekali memang, ketika berbeda
sedikit saja sering menganggap bahwa satu sama lain berbeda. Dia bukan teman
kita, atau bukan kelompok kita. Seakan-akan ada pembatas sendiri. Tentu saya
dan teman saya masih hijrah dan belajar tidak memiliki banyak ilmu jika
dibandingkan dengan mereka yang sudah memiliki segudang ilmu dalam
keislamannya. Namun proses belajar ini pun menjadi membingungkan dan meragukan.
Saya sangat senang ketika teman saya
ini memiliki perubahan hijrah yang besar. Beberapa buku saya pun jadi
santapannya untuk melakukan hijrah dan perubahan. Namun sayang, dia kembali
dipusingkan dengan banyaknya cemoohan antara satu tempat dan lainnya.
Jika sesempit itu pikiran kita, hanya
karena beda yang mengajarkan dan tempat menjadi masalah, kenapa tidak
menyeretnya ke hal lain apalagi bersifat dunia. Seperti teman-teman yang
beruntung kuliah di luar negeri dan di ajarkan oleh orang ‘non’ apakah menjadi
pelarangan sedangkan yang diambil adalah ilmunya.
Lucu juga ketika seorang wirausahawan
yang berguru dengan satu mentor melarang belajar dengan mentor lain karena akan
dianggap sesat ilmunya. Sebuah universitas tidak akan mengundang dosen
universitas lain untuk berbagi ilmu karena takut mahasiswanya tercemari dan
berbeda prinsip. Sungguh kita hanyalah seseorangyang tidak tahu apa-apa yang
akhirnya menjadikan kita berdiam diri ditempat dengan semua kurungan itu.
Semoga kebaikan selalu bernanung di
dalam diri kita atas LindunganNya. Lebih baik kita sama-sama mendoakan dan
terus saling mendukung dalam memperjuangkan islam. Semoga juga mereka yang
berada di negeri sana yang juga saudara kita diberi kekuatan dan perlindungan
oleh Allah amiin.
Salam kebaikan.
2 komentar:
Sama saya juga mengalami kayak gini akh, jadi bingung mau belajar agama ke mana. Tapi ttp ikut belajar cuman kalo udah mengenai pembahasan perbedaan dgn kelompok lain, saya ga terlalu merhatiin
belajarlah dengan referensi terbaik. belajar tauhid, dan hal dasar aja mas yang terpenting. fiqih2 sederhana yang kita perlukan. kalau maslaah perbedaan disimpan direkam tapi tidak perlu terlalu jadi pikiran dulu.
yang penting jangan sampai kita sendiri menyalahkan dan mengkafirkan orang lain. kita terus belajar sembari mengingatkan tanpa harus menjatuhkan. wallahua'lam. semoga Allah memudahkan kita untuk selalu menjalankan ajarannya dengan baik
Posting Komentar