Diamanahkan untuk bisa mengajar
tentu bukan hal yang mudah. Jika hanya memberi soal dan menilai tentu semua
orang bisa melakukannya. Namun sebagai seorang pengajar ada hal yang lebih yang
harus bisa diberikan kepada anak muridnya, atu bisa di anggap anaknya sendiri,
karena di sekolah kitalah orang tua mereka.
Setelah pertemuan pertama di tiga
kelas di SMP tempat saya akan mulai magang mengajar, saya masih melihat tingkah
laku, kenyamanan, dan karakter setiap anak. Mengajar kelas satu sampai tiga
tentunya berbeda cara dan rasa, apalagi kelas satu.
Di kelas satu adalah murid yang
paling banyak jika dibandingkan dengan kelas dua dan tiga. Dengan perpindahan
suasana dan pemikiran dari SD ke SMP tentu bukan hal yang sekejap. Setelah
melewati dua bulan memasuki dunia SMP, tentunya ada sedikit perubahan yang
mereka rasakan. Dalam dua kali pertemuan di minggu sebelumnya, 21 anak di dalam
kelas itu sudah mulai terperhatikan oleh mata saya.
Saya menangkap beberapa anak
khusus yang gayanya sedikit berbeda dari teman kebanyakan. Ada Nanda, yang
sepertinya belajarnya perlu dengan perhatian khusus, ada Ikram, si kacamata
serius yang ternyata memang memiliki kondisi tersendiri untuk belajar dengan
dunianya. Ada juga si ketua kelas Gilang, bukan berarti tidak bisa senyum,
keseriusannya menunjukkan ketegasan diri akan tanggung jawab kelas.
Di lain sisi, pada perempuannya,
ada yang menarik perhatian ketika belajar dan mengerjakan latihan, murid satu
ini bereksperimen dengan cat air di atas sampul bukunya, hal ini menjadi unik
sendiri. Ada juga sang sekretaris Rissa, yang ternyata tidak mau di kacangin,
jika sedang bertanya atau ingin mengutarakan sesuatu.
Yah, baru dua kali saya masuk
kelas satu, tentunya informasi yang saya dapat untuk mengenal mereka juga
terlalu sedikit. Di pertemuan terakhir minggu lalu, setelah pelajaran, saya
meminta mereka menuliskan di kertas, tentang materi hari itu dan gaya belajar
yang mereka suka.
Cukup mengejutkan dan banyak yang
membuat tersenyum juga. Goresan kecil dan jujur mereka membuat saya lebih
membuka pikiran untuk kembali belajar dan menggali ilmu. Meskipun kenyataannya
terkadang cukup rame di kelas, sebagian besar dari mereka mengungkapkan bahwa
ingin belajar dengan suasana yang tenang. Bahkan dengan polosnya salah satu
anak ingin agar belajar tidak di dalam kelas terus.
Saya agak berpikir deh, kan baru
masuk dua kali di dalam kelas, mungkin dua bulan sebelumnya juga benar-benar di
dalam kelas ya. Hal ini menjadi sebuah pemicu kreatifitas dan ide gila baru
yang harus saya lakukan untuk mengajar mereka. Sip, saatnya menembus batas
kemampuan untuk yang berikutnya..
Salam berkarya
0 komentar:
Posting Komentar