Senin, 05 September 2016

Keinginan jujur belajar anak kelas satu SMP



Diamanahkan untuk bisa mengajar tentu bukan hal yang mudah. Jika hanya memberi soal dan menilai tentu semua orang bisa melakukannya. Namun sebagai seorang pengajar ada hal yang lebih yang harus bisa diberikan kepada anak muridnya, atu bisa di anggap anaknya sendiri, karena di sekolah kitalah orang tua mereka.

Setelah pertemuan pertama di tiga kelas di SMP tempat saya akan mulai magang mengajar, saya masih melihat tingkah laku, kenyamanan, dan karakter setiap anak. Mengajar kelas satu sampai tiga tentunya berbeda cara dan rasa, apalagi kelas satu.

Di kelas satu adalah murid yang paling banyak jika dibandingkan dengan kelas dua dan tiga. Dengan perpindahan suasana dan pemikiran dari SD ke SMP tentu bukan hal yang sekejap. Setelah melewati dua bulan memasuki dunia SMP, tentunya ada sedikit perubahan yang mereka rasakan. Dalam dua kali pertemuan di minggu sebelumnya, 21 anak di dalam kelas itu sudah mulai terperhatikan oleh mata saya.

Saya menangkap beberapa anak khusus yang gayanya sedikit berbeda dari teman kebanyakan. Ada Nanda, yang sepertinya belajarnya perlu dengan perhatian khusus, ada Ikram, si kacamata serius yang ternyata memang memiliki kondisi tersendiri untuk belajar dengan dunianya. Ada juga si ketua kelas Gilang, bukan berarti tidak bisa senyum, keseriusannya menunjukkan ketegasan diri akan tanggung jawab kelas.

Di lain sisi, pada perempuannya, ada yang menarik perhatian ketika belajar dan mengerjakan latihan, murid satu ini bereksperimen dengan cat air di atas sampul bukunya, hal ini menjadi unik sendiri. Ada juga sang sekretaris Rissa, yang ternyata tidak mau di kacangin, jika sedang bertanya atau ingin mengutarakan sesuatu.

Yah, baru dua kali saya masuk kelas satu, tentunya informasi yang saya dapat untuk mengenal mereka juga terlalu sedikit. Di pertemuan terakhir minggu lalu, setelah pelajaran, saya meminta mereka menuliskan di kertas, tentang materi hari itu dan gaya belajar yang mereka suka.

Cukup mengejutkan dan banyak yang membuat tersenyum juga. Goresan kecil dan jujur mereka membuat saya lebih membuka pikiran untuk kembali belajar dan menggali ilmu. Meskipun kenyataannya terkadang cukup rame di kelas, sebagian besar dari mereka mengungkapkan bahwa ingin belajar dengan suasana yang tenang. Bahkan dengan polosnya salah satu anak ingin agar belajar tidak di dalam kelas terus.

Saya agak berpikir deh, kan baru masuk dua kali di dalam kelas, mungkin dua bulan sebelumnya juga benar-benar di dalam kelas ya. Hal ini menjadi sebuah pemicu kreatifitas dan ide gila baru yang harus saya lakukan untuk mengajar mereka. Sip, saatnya menembus batas kemampuan untuk yang berikutnya..

Salam berkarya

0 komentar:

Posting Komentar

 
;