Hujan
mengguyur Bengkulu, Cerita ini terjadi kurang lebih dua bulan lalu
Pukul 08.13,
dua belas orang secara tidak sengaja masuk ke dalam ruang LPTIK karena derasnya
hujan yang tak kunjung reda dan mendadak.
Dengan
memakai baju merah aku duduk di pinggir pintu menanti hujan reda. Tak ada yang
terjadi. Empat orang di sebelah kananku
bukan wajah yang dikenal. Mereka mengobrol dengan asyiknya. Begitupun dengan
dua orang di sebelah kiri, keduanya asyik memainkan gadgetnya.
Aku
masih menunggu hujan deras yang tiba-tiba datang. Seorang adik tingkat jurusan
menghampiri. Ternyata dia seroang yang dari tadi berada di depanku.
Sebuah
ruangan berkubah dengan beberapa kursi panjang permanen dan meja tempat
mahasiswa sering berdiskusi tersusun di dalam ruangan dengan rapi.
Tiba-tiba
mataku menangkap sebuah bayangan aneh dari atas kubah. Sebuah kilatan cahaya
aneh berkedip beberapa kali. Awalnya ku kira hanya kilat dari petir yang biasa
menemani hujan. Setelah diperhatikan lagi cahaya itu terus datang dan membuat
suara seperti orang batuk.
Dengan
penasaran ku buka pintu kaca depan, kali ini cahaya yang lebih besar menyinari
kubah dan kami berdua belas langsung melihat pemandangan hijau yang indah.
Aku
yang kaget terdiam beberapa saat.
Tiba-tiba
suara teriakan di belakangku menyadarkan lamunan yang baru saja terbentuk.
Sebelas orang yang tadi masuk bersama ke dalam ruang LPTIK berkumpul di satu
tempat. Sebuah pohon besar berbentuk aneh. Seperti beringin tapi bukan. Ranting-rantingnya
terbuat dari kapas namun kuat. Dan daunnya terbentuk dari gelembung sabun yang
tidak pecah.
“Target
kali ini adalah Singa rajawali, dengan membunuhnya permainan berakhir, gunakan
alat yang ada di saku kalian, selamat bermain dan jangan sampai terbunuh”
Sebuah
suara menggema terngiang jelas di kepalaku. Sepertinya sebelas orang lainnya
mengalami hal yang sama.
Setelah
memerisa kantong ada satu kotak seukuran kotak cincin pernikahan berisi seratus
kapsul kecil ukuran pil. Setiap kapsul memiliki fungsi tersendiri, dengan
begitu kami memiliki 100 jenis senjata.
Sebuah
darah muncrat tiba-tiba membasahi seluruh mukaku. Saat menoleh kebelakang lima
orang sudah tampak tidak beraturan. Isi perut mereka keluar dan kepalanya pun
sudah terputus dari tubuhnya.Enam orang yang lain terluka. Empat diantaranya
sudah kehilangan kaki kanan.
Seekor
singa bersayap burung rajawali mengaum
keras di hadapanku. Dalam sepersekian detik kepalaku langsung mencerna semua
kejadian yang barusan terjadi. Sebuah kelogisan meyakinkan diri atas apa yang
sedang terpampang di depan mata. Tanpa pikir panjang kuambil asal satu kapsul
dari kotak yang ada di kantong dan melemparkan kedepan singa rajawali.
Setelah
menghindar dari cakaran yang melayang di baju badan, sebuah gas langsung membuat
sang singa terjatuh. Lagi-lagi sebuah suara muncul, “Gas bius gajah sudah di
keluarkan”
Pil
yang tadi aku lempar ternyata sebuah senjata bius, yang bahkan sebenarnya
bertujuan untuk membius gajah. Setelah melihat sang Singa terkapar, aku bersama
enam orang yang masih selamat langsung bergegas menjauh meninggalkan sang
Singa.
0 komentar:
Posting Komentar