Selasa, 03 Januari 2017

STOP menjadi Gelas yang Kosong !!!



Sering mendengar perkataan atau istilah ‘menjadi gelas yang kosong ya’ ?

Dalam setiap seminar atau training motivasi seringkali hal ini disampaikan oleh sang trainer kepada peserta. Harapannya dengan menjadi gelas kosong mampu diisi sampai penuh. Jika gelas penuh tentu tidak akan bisa dimasuki dengan ilmu dan hal baru yang akan disampaikan oleh sang trainer.
 
picture taken from google
Dulu ketika mendengar hal ini sah-sah saja, dan ini wajar saja. Menjadi sebuah perumpamaan baru yang sangat baik untuk diyakini. Lama-kelamaan hal ini menjadi sesuatu yang spesial yang dijadikan banyak orang untuk mengumpamakan dirinya dalam menerima sesuatu.

Tidak hanya itu, kata-kata mutiara terkait dengan istilah ‘menjadi gelas yang kosongpun’ banyak dibikin. Beberapa juga membuat paragraf utuh tentang kenapa harus menjadi gelas yang kosong dalam setiap kehidupan. Beberapa filmpun sempat menggunkaan kalimat ini   dalam salah satu dialog di adegannya.

Namun makin kesini dan belajar hal yang baru, menurut saya dogma tentang ‘menjadi gelas yang kosong’ itu tidak lagi efektif. Eits, jangan emosi ya. Tidak setuju silahkan saja, namanya juga pendapat saya kan. Jadi ada yang suka dan tidak. Jikapun tidak ada yang suka tidak masalah, ini saya pakai untuk diri sendiri. Ketika ada yang lain yang ingin ikut menggunakannya tentu saya akan menjelaskan konsepnya dan menggunakannya dengan senang hati.

Sekarang secara resmi saya ingin mengganti gelas dengan wadah yang lebih besar. Yap, menurut saya gelas terlalu kecil. Jika bisa yang lebih banyak dan besar untuk menampung dan dijadikan wadah kenapa tidak?

Sekali lagi saya tidak memaksakan kehendak ya, kalau mau ikut ayok sama-sama jika tidak ya udah nggak masalah kok.

Nah untuk pengganti gelas sebenarnya tidak akan ada ukuran yang benar-benar pas. Karena ketika sudah memilih sebuah wadah, maka akan memikirkan wadah yang lebih besar lagi, lagi, dan lagi, begitu seterusnya.

Andaikan saja, memilih drum minyak. Lalu akan ada yang lebih besar lagi misalnya wadahnya sebesar gedung olahraga, lalu lebih besar lagi sebesar planet jupiter, dan terus sampai tak terhingga. Makanya tidak akan pernah habis jika ingin menggunakan wadah tertentu yang memiliki volume dan massa terbatas, serta hanya dapat dipikirkan oleh logika saja.

Saya suka berimajinasi maka dari itu saya akan menggunakan imajinasi saya. Jangan protes, karena ini saya yang punya.

Untuk bisa meminimalisir tentang wadah yang terbatas, saya hanya perlu memiliki sesuatu yang bisa menahan daya serap tak terbatas dan menampung sesuatu sebanyak mungkin tanpa habis kan?

Jika salah satu alat yang kira-kira kamu pikirkan, apakah alat itu? Yap, kalau saya memikirkan kantong ajaib doraemon. Dengan memiliki wadah pikiran seperti kantong ajaib doraemon, semua yang masuk kedalamnya, akan masuk ke dalam dimensi yang memiliki ruang tidak terbatas dan bisa diambil sewaktu-waktu.

Saya yakin kamu sudah bisa untuk memikirkannya ya. Nah untuk memperluas wadah yang saya punya, wadah ini tidak hanya berbentuk kantong doraemon, tapi di dalamnya ada beberapa Black Hole kecil dalam jumlah yang banyak. Jadi lubang hitam yang mampu menyerap apapun dan menghisap semua hal akan menjadi gerbang sebagai luasanya pikiran saya bisa menampung informasi sebanyak apapun. jika terhisap ke dalam lubang hitam terlalu dalam, saya cukup memanggilnya dengan tongkat harry potter dengan ‘Accio’

Oke, sekali lagi ini dunia saya. Sudah cukup menjadikan gelas menjadi wadah, karena terlalu kecil dan sempit. Silahkan ganti wadah pikiranmu menjadi lebih besar. Jika tidak bisa berimajinasi terlalu luas, setidaknya pilihlah wadah yang lebih besar dari gelas, seperti baskom, atau drum.

Semoga semua ilmu yang hadir pada kita bisa di serap dengan baik dan menempel secara berkelanjutan. Ingat juga untuk membagikan kebaikan dan ilmu yang dipunya kepada orang banyak, sehingga akan memberi  manfaat lebih banyak.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;