Sering
mendengar perkataan atau istilah ‘menjadi gelas yang kosong ya’ ?
Dalam
setiap seminar atau training motivasi seringkali hal ini disampaikan oleh sang
trainer kepada peserta. Harapannya dengan menjadi gelas kosong mampu diisi
sampai penuh. Jika gelas penuh tentu tidak akan bisa dimasuki dengan ilmu dan
hal baru yang akan disampaikan oleh sang trainer.
Dulu
ketika mendengar hal ini sah-sah saja, dan ini wajar saja. Menjadi sebuah
perumpamaan baru yang sangat baik untuk diyakini. Lama-kelamaan hal ini menjadi
sesuatu yang spesial yang dijadikan banyak orang untuk mengumpamakan dirinya
dalam menerima sesuatu.
Tidak
hanya itu, kata-kata mutiara terkait dengan istilah ‘menjadi gelas yang
kosongpun’ banyak dibikin. Beberapa juga membuat paragraf utuh tentang kenapa
harus menjadi gelas yang kosong dalam setiap kehidupan. Beberapa filmpun sempat
menggunkaan kalimat ini dalam salah satu
dialog di adegannya.
Namun
makin kesini dan belajar hal yang baru, menurut saya dogma tentang ‘menjadi
gelas yang kosong’ itu tidak lagi efektif. Eits, jangan emosi ya. Tidak setuju silahkan
saja, namanya juga pendapat saya kan. Jadi ada yang suka dan tidak. Jikapun
tidak ada yang suka tidak masalah, ini saya pakai untuk diri sendiri. Ketika
ada yang lain yang ingin ikut menggunakannya tentu saya akan menjelaskan
konsepnya dan menggunakannya dengan senang hati.
Sekarang
secara resmi saya ingin mengganti gelas dengan wadah yang lebih besar. Yap,
menurut saya gelas terlalu kecil. Jika bisa yang lebih banyak dan besar untuk menampung
dan dijadikan wadah kenapa tidak?
Sekali lagi
saya tidak memaksakan kehendak ya, kalau mau ikut ayok sama-sama jika tidak ya
udah nggak masalah kok.
Nah untuk
pengganti gelas sebenarnya tidak akan ada ukuran yang benar-benar pas. Karena ketika
sudah memilih sebuah wadah, maka akan memikirkan wadah yang lebih besar lagi,
lagi, dan lagi, begitu seterusnya.
Andaikan
saja, memilih drum minyak. Lalu akan ada yang lebih besar lagi misalnya
wadahnya sebesar gedung olahraga, lalu lebih besar lagi sebesar planet jupiter,
dan terus sampai tak terhingga. Makanya tidak akan pernah habis jika ingin
menggunakan wadah tertentu yang memiliki volume dan massa terbatas, serta hanya
dapat dipikirkan oleh logika saja.
Saya suka
berimajinasi maka dari itu saya akan menggunakan imajinasi saya. Jangan protes,
karena ini saya yang punya.
Untuk bisa
meminimalisir tentang wadah yang terbatas, saya hanya perlu memiliki sesuatu
yang bisa menahan daya serap tak terbatas dan menampung sesuatu sebanyak
mungkin tanpa habis kan?
Jika salah
satu alat yang kira-kira kamu pikirkan, apakah alat itu? Yap, kalau saya memikirkan
kantong ajaib doraemon. Dengan memiliki wadah pikiran seperti kantong ajaib
doraemon, semua yang masuk kedalamnya, akan masuk ke dalam dimensi yang
memiliki ruang tidak terbatas dan bisa diambil sewaktu-waktu.
Saya yakin
kamu sudah bisa untuk memikirkannya ya. Nah untuk memperluas wadah yang saya
punya, wadah ini tidak hanya berbentuk kantong doraemon, tapi di dalamnya ada
beberapa Black Hole kecil dalam
jumlah yang banyak. Jadi lubang hitam yang mampu menyerap apapun dan menghisap
semua hal akan menjadi gerbang sebagai luasanya pikiran saya bisa menampung
informasi sebanyak apapun. jika terhisap ke dalam lubang hitam terlalu dalam,
saya cukup memanggilnya dengan tongkat harry potter dengan ‘Accio’
Oke,
sekali lagi ini dunia saya. Sudah cukup menjadikan gelas menjadi wadah, karena
terlalu kecil dan sempit. Silahkan ganti wadah pikiranmu menjadi lebih besar. Jika
tidak bisa berimajinasi terlalu luas, setidaknya pilihlah wadah yang lebih
besar dari gelas, seperti baskom, atau drum.
Semoga semua
ilmu yang hadir pada kita bisa di serap dengan baik dan menempel secara
berkelanjutan. Ingat juga untuk membagikan kebaikan dan ilmu yang dipunya
kepada orang banyak, sehingga akan memberi
manfaat lebih banyak.
Salam
kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar