Selasa, 10 Januari 2017

Ngedapetin Hati Manusia Yang Paling Jujur Itu Sama Anak kecil



Cieee... bahas masalah hati lagi nih ya. Emang ada apa sih dengan hati?

Banyak dong, ini masalah yang bisa menjamah berbagai lini. Dari lini tengah, sayap kiri, bek kanan, sampai ke gawang, hehe.

Hati manusia yang rapuh dan susah untuk terungkapkan, menunjukkan kerumitan tersendiri dalam gejolaknya. Tentu untuk mengaitkan hati ini paling enak dan nyaman kepada Allah dong, sang maha pemilik hati manusia. Jika sudah dikembalikan kepadaNya, pasti akan terasa tenang dan nyaman.

Nah bagaimana jika bersinggungan dengan manusia, apakah hal ini masih bisa bertahan?

Kalau sudah memasuki remaja, yang namanya gejolak hati mulai banyak rasanya. Entah itu rasa suka, kagum, baik itu dengan manusia, sesuatu benda, atupun hal yang disukainya dalam pekerjaan dan kegiatan.

Apalagi dengan kita yang dewasa (merasa udah dewasa aja, haha). Masalah hati tentu menjadi problema yang paling mudah menyerang dan rentan membuat galau. Terlebih lagi jika umur sudah memasuki angka 20an. Mulai 23, 24, 25, dan seterusnya hati akan memberontak karena mulai ingin menemukan pasangan hati untuk didiami.

Ribetnya jika berbicara hati di hadapan manusia banyak sekali hal yang tidak pasti. Dari kode yang nggak jelas, sampai sikap yang tak tentu arah. Pokoknya ribet deh, bukannya manusia dewasa ini tidak mau jujur dengan apa yang dirasakan, hanya saja gengsi dan rasa tidak enaknya lebih besar diatas itu semua.

Namun ada satu masa dimana semua itu tidak berpengaruh, yaitu masa kecil. Yap, atau gampangnya berbicaralah dengan anak kecil dengan begitu akan mendapat kejujuran yang murni.
 
Model : Nayyara Thalita Shanum
Meluluhkan hati anak kecil memang terkadang lebih sulit daripada hati orang dewasa, tapi kejujuran yang ditampakkan oleh mereka jauh lebih alami dan membuat kita lega. Anak kecil yang memiliki sifat polos, tidak banyak ribet dan waktu mikir untuk mengekspresikan dirinya. Apapun yang kita lakukan akan diberikan respon saat itu juga.

Misalnya saja, ketika ingin mencoba menggendong anak kecil. Dari yang dibawah satu tahun sampai berumur lima tahun, akan nampak apakah mereka mau atau tidak. Dari situ saja bisa ketahuan bahwa anak kecil bisa langsung menilai dan menunjukkan sikap kepada kita.

Kondisi lainnya, misal kita membelikan permen, eskrim, ataupun roti kesukaannya. Seorang anak kecil pada umumnya tidak akan malu-malu untuk mengambil apa yang ditawarkan olehnya. Dengan cepat dia akan menerima itu apalagi kalau behubungan dengan makanan.

Diantara merekapun akan saling berinteraksi layaknya seorang teman. Namun ketika satu hal tidak sesuai dengan yang lainnya, bisa jadi salah satu akan menangis atau memukul. Jika berebut mainan tentu akan ada salah satu yang ngotot atau bahkan dua-duanya yang ngotot untuk memiliki dan memainkannya. Lalu menangis, dan setelah tenang bermain lagi bersama.

Berbeda dengan orang dewasa, ada hal yang tidak cocok sedikit saja memang tidak nampak akan reaksinya saat itu juga. Tapi dibalik itu semua memendam perasaan benci, tidak suka. Entah hanya karena beda tempat kerja, mengaji, atau yang lainnya. Sampai-sampai menjadi bahan omongan kepada teman yang lain.

Lihat betapa sifat kekanak-kanakan itu lebih ada pada orang dewasa sebenarnya. Mereka yang lebih ingin diperhatikan dengan segala aktivitas yang dilakukan. Suka dengan pujian dan sangat menentang jika sedikit saja tidak sejalan.

Betapa murninya anak kecil menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa apa yang terjadi di sekitar kita pada dasarnya bukanlah hal besar yang perlu menjadi keributan. Terlebih lagi jika hal-hal seperti itu hanya hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dicari jalan keluar.

Tak ada yang tak mungkin untuk diselesaikan. Jika ingin tahu perasaan murni dari sebuah ekspresi hati, belajarlah dari anak kecil. Mereka akan mengeluarkan semua beban tanpa ada dendam dan kedustaan, puitis dikit, hehe.

Yuk menjadi pribadi yang lebih menyenangkan dan terbuka tanpa perlu saling mengotori hati. Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;