Rabu, 04 Januari 2017

Sempurnanya manusia itu ketika memiliki ketidaksempurnaan



Tidak ada gading yang tak retak, itulah sebuah pepatah yang sering dijadikan untuk menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Batas kesempurnaan setiap orang juga berbeda, selalu ada aturan dan titik tertingginya sendiri.


Siapa sih yang tidak ingin jadi sempurna? Mencapai semua tingkatan pada titik tertinggi tentu keinginan semua orang. Tapi apakah itu penilaian sempurna dari setiap orang?

Ternyata apa yang kita jalani akan selalu ada celah untuk menjadikannya salah. Faktanya setiap masa memiliki pengembangan dan pembaruan akan sesuatu yang terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu tidak sempurna. Yang menyempurnakannya hanyalah Allah saja.

Sederhananya ketika kamu yang mahasiswa nantinya atau mungkin sekarang yang sedang mengerjakan skripsi. Rata-rata dosen akan lebih percaya ketika proposal yang kamu buat akan banyak dicoretnya dan diberi masukan. Ketika dosen melihat itu tanpa cela dan sangat teratur, akan jadi pertanyaan besar, apakah benar kamu yang membuatnya sendiri?

Bukan berarti meragukan, namun memang ada yang terlihat bagaimana ciri khas kita mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Apalagi untuk kita yang masih dalam tahap belajar.

Jika yang terlihat pada kita adalah kebaikan yang berlimpah dan selalu di senangi orang lain, yakinlah hal ini hanyalah cara Allah merahmati kita dengan menutup keburukan yang ada. Lantas kenapa selalu saja ada orang atau sekelompok orang yang menganggap dirinya lebih dari yang lain?

Ketika mengatakan bahwa orang ini tidak dikenal di dalam kelompok kita, nama peneliti ini belum pernah terdengar, nama ustadz ini bukan termasuk dalam lingkungan kita, itu bukan pahlawan yang berjasa banyak di negara kita, dan seterusnya. Pertanyaannya, kamu yang mengatakan itu sudah memiliki hal yang lebih dibandingkan mereka belum?

Terkadang idealisme dan ideologis yang dipegang oleh kita manusia selalu mengalahkan dan membutakan mata untuk melihat lebih luas yang lain. Padahal faktanya hanyalah, ilmu kita yang sangat sedikit untuk mengetahui itu semua.

Pasti pernah mendengar anjuran bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim kan? Lalu kenapa kita hanya sibuk memilih dan memilah tentang apa yang disukai dan tidak?

Yang namanya menuntut ilmu silahkan memperluas pandangan dan pendengaran sebanyak mungkin. Lalu gunakan anugerah otak untuk berpikir dan menyaring mana yang benar dan baik untuk benar-benar di resapi dan dipahami.

Untuk apa anugerah mata jika hanya dipakai melihat bagian kanan saja, untuk apa rezeki telinga jika hanya dipakai untuk mendengar bagian kiri. Sesungguhnya dua anugerah yang kurang kita sadari untuk beryukur ini di peruntukkan bagi kita yang mau lebih banyak melihat dan mendengar.

Pernah ada yang mengatakan mengapa kita memiliki dua telinga dan satu mulut? Karena kita disuruh untuk banyak mendengar dari pada berbicara. Begitupun dengan melihat. Salah satu penulis pun mengatakan bahwa kegiatan sebenarnya penulis itu adalah 75% - 90% riset dan membaca, 10%nya menulis.

Dua perunmpamaan itu menunjukkan bahwa manusia memang harus terus banyak melakukan sesuatu untuk mencapai kesempurnaannya. Itu baru dari dua hal yang sudah di berikan ketubuh kita. Belum kaki, tangan, otak, dan lainnya. Lantas nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Hal yang sempurna bukan berarti ketika harus bernilai seratus dalam semua hal. Atau mendapatkan poin A dalam setiap aspek. Tentu bagus jika bisa seperti itu, tapi seberapa banyak orang yang memilikinya?

Lihat saja, mereka yang jenius terkadang malah malas. Mereka yang mungkin nilai akademiknya kurang, tapi memilki kesopanan akhlak yang baik. Mereka yang suka berbicara mudah sekali tersinggung. Mereka yang terlalu maniak membaca, tidak jarang mengacuhkan sekitar.

Setiap hal berjalan dengan keseimbangannya masing-masing. Dengan begitu barulah tercipta kesempurnaan. Tidak akan sempurna satu hari jika tidak ada siang dan malam. Tidak akan sempurna satu pasangan jika bukan dengan laki-laki dan perempuan. Tidak akan sempurna sebuah tulisan jika langsung terbit tanpa editan.

Siapapun kamu, dimanapun kamu, bukalah pikiran dengan lebih baik. Ketika ingin menilai rendah seseorang dengan pemikiranmu, lihat balik ke diri, apakah kamu tidak memiliki hal untuk direndahkan juga? Memangnya sudah ada jaminan kamu akan menjadi makhluk yang tidak akan berbuat salah? Tidak ada yang tahu, bisa jadi kamu akan menjadi lebih buruk dari orang yang kamu katakan sekarang.

Bersyukurlah dengan apa yang kamu punya dan dengan yang orang punya. Ketika kesempurnaan mutlak itu tepat milik Allah, lantas kenapa kita manusia sibuk dengan dunia untuk mendapatkannya.

Mendekatlah pada sang maha sempurna yang tidak ada duanya, semoga Dia pun akan melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, amiin.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;