Berbicara
tentang starter lambat, saya kembali terngiang dengan banyak hal. Jika beberapa
jam lalu saya meuliskan hal ini berkaitan dengan target yang saya inginkan
untuk tahun ini, kali ini sebuah kesadaran bahwa saya baru merasakan ternyata
memang orang yang melakukan starter lambat.
Menjadi
seorang pengajar dengan jurusan yang linear dengan studi yang ditempuh tentu
sekalipun tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Asal tahu saja ketakutan materi
yang akan saya ajarkan adalah pada materi grammar. Sudah jelas-jelas kelemahan
bagaimana mungkin saya akan mengajarkan.
Jika
melihat kilas balik, tentu saja itu bisa menjadi beralasan. Ketika SMA memang
sangat lemah pada materi grammar, membuat keinginan untuk masuk jurusan bahasa
inggris agar bisa memperbaikinya.
Tiga
tahun pertama mempelajari mata kuliah khusus tentang ini, tak sedikitpun
membuat kemajuan, malah nilai yang didapatkan pun menurun.
Masih
teringat ketika pada salah satu semester di ujian mata kuliah grammar itu baik
UTS dan UAS tak ada yang mencapai nilai lima. Entah kenapa saat menghadapi soal
benar-benar blank untuk mengisi jawabannya.
Sebagian
besar kertas bersih tanpa tulisan sedikitpun, meskipun teman-teman yang melihat
sudah terang-terangan memberi kertasnya untuk saya contek tanpa perlu harus
meminta. Namun hanya saya balas dengan senyuman. Saya tahu hal itu tidak akan
berdampak besar, dan makin akan membuat saya tidak bisa mengatasi kelemahan
ini.
Setidaknya
itu yang ada di pikiran saya dulu.
Sekarang,
ternyata efeknya tidak demikian. Ada yang bilang ala bisa karena biasa, yah
mungkin ini juga yang menjadi faktor saya tidak terlalu kesulitan mengajar
bahasa inggris. Empat kali melewati mata kuliah grammar tanpa nilai memuaskan
dan beberapa mata kuliah lain yang juga terhambat, itu semua adalah proses.
Meskipun
teman-teman banyak yang mampu dan bisa, sedangkan saya hanya terhambat di
tengah-tengah namun bukan berarti saya mengabaikan pembelajarannya. Efek dari
hal itu barulah saya rasakan sekarang.
Ketika
melihat beberapa materi mengajar tentang tenses, seperti present tense, past
tense, continuous, dan lainnya saya mampu memahaminya. Padahal jika dulu,
melihatnya saja sudah garuk-garuk kepala. Sekarang membuat pengertiannya
sederhana sesuai daya tangkap anak smp pun bisa.
Jika
berpikir dan merenung lebih kebelakang lagi ternyata memang saya starter yang
benar-benar lambat. Maka dari itu memulainya dengan cepat dan melakukannya
lebih banyak.
Menjadi
siswa Sekolah Dasar pada umur yang belum genap lima tahun tentu secara logika
dan perkembangan biologis akan membuat saya lebih susah menangkap dan menyerap
pembelajaran yang ada. Dikarenakan umur dan kematangan yang belum waktunya.
Jujur
saja, dulu hampir tidak dinaikkan kelas dua SD lho. Tapi saat itu saya tidak
mengambil pusing, namanya juga anak kecil.
Catatan
nilai di SD pun bukan nilai yang baik. Pernah mendapat satu nilai merah di
kelas empat SD, dan sempat untuk disuruh tinggal kelas ketika kelas lima SD
karena umur yang masih terlalu kecil. Sayapun hanya mengikuti keputusan yang
ada, karena lagi-lagi belum paham.
Namun
akhirnya dinaikkan juga ke kelas enam dan mampu lulus dengan meraih sepuluh
besar di kelas. Yah satu-satunya peringkat paling tinggi selama SD. Karena
dulunya pernah mendapatkan peringkat yang masuk dalam lima terbawah.
Beginilah
yang namanya starter lambat, memulai lebih lama, melakukan lebih banyak, tapi
untuk mendorong kemajuan yang akan berkembang pesat. Semoga saja ya, he.
Tidak
masalah bagaimana pergerakanmu, yang penting tetap menikmati proses dan terus
bertahan dengan melakukan semuanya sesuai kemampuan.
Salam
kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar