Minggu, 29 Januari 2017

Starter Lambat (part 2)



Berbicara tentang starter lambat, saya kembali terngiang dengan banyak hal. Jika beberapa jam lalu saya meuliskan hal ini berkaitan dengan target yang saya inginkan untuk tahun ini, kali ini sebuah kesadaran bahwa saya baru merasakan ternyata memang orang yang melakukan starter lambat.


Menjadi seorang pengajar dengan jurusan yang linear dengan studi yang ditempuh tentu sekalipun tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Asal tahu saja ketakutan materi yang akan saya ajarkan adalah pada materi grammar. Sudah jelas-jelas kelemahan bagaimana mungkin saya akan mengajarkan.

Jika melihat kilas balik, tentu saja itu bisa menjadi beralasan. Ketika SMA memang sangat lemah pada materi grammar, membuat keinginan untuk masuk jurusan bahasa inggris agar bisa memperbaikinya.

Tiga tahun pertama mempelajari mata kuliah khusus tentang ini, tak sedikitpun membuat kemajuan, malah nilai yang didapatkan pun menurun.

Masih teringat ketika pada salah satu semester di ujian mata kuliah grammar itu baik UTS dan UAS tak ada yang mencapai nilai lima. Entah kenapa saat menghadapi soal benar-benar blank untuk mengisi jawabannya.

Sebagian besar kertas bersih tanpa tulisan sedikitpun, meskipun teman-teman yang melihat sudah terang-terangan memberi kertasnya untuk saya contek tanpa perlu harus meminta. Namun hanya saya balas dengan senyuman. Saya tahu hal itu tidak akan berdampak besar, dan makin akan membuat saya tidak bisa mengatasi kelemahan ini.

Setidaknya itu yang ada di pikiran saya dulu.

Sekarang, ternyata efeknya tidak demikian. Ada yang bilang ala bisa karena biasa, yah mungkin ini juga yang menjadi faktor saya tidak terlalu kesulitan mengajar bahasa inggris. Empat kali melewati mata kuliah grammar tanpa nilai memuaskan dan beberapa mata kuliah lain yang juga terhambat, itu semua adalah proses.

Meskipun teman-teman banyak yang mampu dan bisa, sedangkan saya hanya terhambat di tengah-tengah namun bukan berarti saya mengabaikan pembelajarannya. Efek dari hal itu barulah saya rasakan sekarang.

Ketika melihat beberapa materi mengajar tentang tenses, seperti present tense, past tense, continuous, dan lainnya saya mampu memahaminya. Padahal jika dulu, melihatnya saja sudah garuk-garuk kepala. Sekarang membuat pengertiannya sederhana sesuai daya tangkap anak smp pun bisa.

Jika berpikir dan merenung lebih kebelakang lagi ternyata memang saya starter yang benar-benar lambat. Maka dari itu memulainya dengan cepat dan melakukannya lebih banyak.

Menjadi siswa Sekolah Dasar pada umur yang belum genap lima tahun tentu secara logika dan perkembangan biologis akan membuat saya lebih susah menangkap dan menyerap pembelajaran yang ada. Dikarenakan umur dan kematangan yang belum waktunya.

Jujur saja, dulu hampir tidak dinaikkan kelas dua SD lho. Tapi saat itu saya tidak mengambil pusing, namanya juga anak kecil.

Catatan nilai di SD pun bukan nilai yang baik. Pernah mendapat satu nilai merah di kelas empat SD, dan sempat untuk disuruh tinggal kelas ketika kelas lima SD karena umur yang masih terlalu kecil. Sayapun hanya mengikuti keputusan yang ada, karena lagi-lagi belum paham.

Namun akhirnya dinaikkan juga ke kelas enam dan mampu lulus dengan meraih sepuluh besar di kelas. Yah satu-satunya peringkat paling tinggi selama SD. Karena dulunya pernah mendapatkan peringkat yang masuk dalam lima terbawah.

Beginilah yang namanya starter lambat, memulai lebih lama, melakukan lebih banyak, tapi untuk mendorong kemajuan yang akan berkembang pesat. Semoga saja ya, he.

Tidak masalah bagaimana pergerakanmu, yang penting tetap menikmati proses dan terus bertahan dengan melakukan semuanya sesuai kemampuan.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;