Senin, 07 November 2016

Motor yang kedua...



Nah, ini lagi, akibat tetanggaan dengan penulis, akhirnya jadi bahan tulisan kan, hoho. Semoga orangnya nggak baca.

Tidak ada yang spesial yang mau saya ceritakan pagi ini. Cerita ini hanyalah dari seorang tetangga kost yang berurusan dengan motor temannya. Entahlah, antara lucu, gemas, dan aneh sendiri melihat kejadian ini, dan pagi ini adalah kejadian yang kedua kalinya.

Pertama ketika beberapa hari lalu temannya (sebut saja) Mimi, tetangga kost saya sedang berkunjung. Setelah saya dan adik pulang sholat maghrib melihat motor yang terparkir di jalan masuk kost. Langsung saja coba kami dorong sedikit agr bisa lewat. Eh ternyata tidak di kunci stang.

Setelah meletakkan motor di depan pintu kamar, langsung kasih tahu kalau motornya harus di kunci stang, atau nanti hilang. Maklum pernah rawan kemalingan di sekitar komplek.

Tidak lama setelahnya terdengar ribut-ribut panik di luar. Ketika melihat, sepertinya ada yang salah dengan motornya karena Mimi dan temannya Lili terlihat sibuk mengutak-atik bagian motor, tepatnya di bagian kontak.

Saya yang memang sedang baca buku duduk di luar hanya mendengarkan kegaduhan yang diiringi tawa dan cemas sekaligus dari kedua teman itu. Sampai ketika Lili nyeletuk, “Minta tolong aja mi”, tapi sepertinya Mimi malu atau tidak mau merepotkan. Saya hanya tertawa saja di dalam hati mendengar mereka yang sibuk.

Semakin lama, suara Lili semakin panik. Lili yang memang orangnya lincah dan aktif, menunjukkan tingkahnya yang lucu. Sampai akhirnya dia meminta tolong dengan saya. Dengan senyum geli di dalam hati saya menuju lokasi  motor yang hanya beberapa meter.

Ketika melihat, ternyata motornya akan tertutup bagian kontak ketika di kunci stang. Sayangnya tidak bisa di buka karena bagian pemutar untuk membuka tutup kontaknya rusak. Saya melihat bentuknya, sudah tidak beraturan, bahkan sudah tergerus seperti dimakan tikus.

Setelah agak lama, dan berpikir, mencoba pinjam obeng dengan Bapak Kost. Kemajuan lebih baik, karena bisa mendongkrak penutup kontaknya untuk naik dan membuka kontak. Setelah beberapa kali percobaan dongkrak, yang kadang tertutup lagi, barulah motor matic itu bisa dihidupkan. Saya hanya tertawa dalam hati. Apalagi yang punya perempuan, kan jarang-jarang perempuan agak cuek dengan barang.

Masih ingat beberapa tahun lalu, ketika sekali meminjam motor sorang perempuan, yang bunyi motornya sangat ‘halus’. Ternyata sudah tiga bulan lebih tidak diisi oli, rantainyapun kering. Saya hanya geleng-geleng kepala.

Nah, pagi ini hal yang sama terjadi lagi oleh temannya Mimi. Beda motor beda orang, dan kasusnya lebih parah lagi, hehe. (semoga orangnya tidak baca).

Pagi-pagi ketika masih menikmati khayalan akan dua dimensi berbeda. Saat menemui anak sekolah dan mengikuti kegiatan renang. Ada salam yang terdengar dari luar. Akhirnya khayalan itu saya hentikan dan hilang seketika.

Ketika keluar ternyata Wiwi temannya Mimi, mau titip motor. Saya pikir mereka memang sengaja mau jalan kaki ke kampus, karena jaraknya hanya 10 menit jalan kaki. Ketika ditanya, eh ternyata kuncinya hilang bro. Ya Ambruk. Kok bisa hilang ya, sedangkan posisinya bisa bagus gitu. Bahkan dengan posisi sedang tidak di kunci stang. Apa ketika hanya dalam posisi off di cabutnya, huh, entahlah. Sayapun hanya bingung sendiri kalau memikirkannya.

Akhirnya, motor itu saya tarok di depan kamar kost biar lebih aman. Yah mau bagaimana lagi. Tapi saya nanti juga ke kampus, jadi mau tidak mau motornya ditinggal. Semoga aman-aman saja.

Nah, intinya yuk rawat barang kita, kalo nggak bisa ngerawatnya, suruh orang lain yang ngerawat hehe.

Salam Semangat.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Motor aja dirawat apalagi.. eaaah
Hati2 ama motor apalagi si punya motor, eh

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

hhe, saya juga nggak ngerawat motor amat kok mbak, yah itu motor tetangga yang lagi kurang baik aja, hhe

Posting Komentar

 
;