Kembali terinspirasi untuk menjadikan
mereka tulisan. Tiga muslimah yang sedang beranjak dewasa di kelas dua SMP IT
Khairunnas. Nadya, Della, dan Lala. Kejadian unik setiap harinya selalu
menyertai mereka.
Sesuai judul, saya akan berbicara
tentang Nadya lebih dahulu. Nadya Nur Afifah, satu diantara tiga putri yang
sedang berkutat dengan pembelajarannya setiap hari. Karakter yang pendiam
membuatnya menjadi penengah diantara dua temannya yang lain. Namun jangan
salah, pada saat-saat tertentu bisa ngakak juga kalau baginya menemukan hal
yang lucu.
Nadya sendiri pada hasil Rapot tengah
bulan, menjadi juara kelas. Hal inipun tidak mengherankan bagi para guru juga
dengan teman yang lain. Dalam pembelajarannya di kelas saya, Bahasa Inggris, gadis
pendiam ini memang tidak terlalu jauh kepintarannya dengan yang lain, hanya
saja sifat polosnya yang terkadang membuatku hanya tertawa garing di dalam
hati.
Kalau sedang kebetulan tidak bawa
kamus misalnya, dengan santai menjawab lupa plus ekspresi santai. Sampai-sampai
pada kesekian kalinya terucap deh “Duh, Nad Nad...” geleng-geleng tidak tahu
mau bilang apa lagi. Ketika dihukum, dianya juga tidak protes dan nurut sih,
he. Oke fix sikap polosnya yang sebenarnya kalo dalam sebuah karakter film itu
bagus untuk seorang negosiator yang menyembunyikan sesuatu untuk dari apa yang
ingin disampaikan sebenarnya, sifatnya tidak perlu di utak-atik deh.
Tapi tetap saja, diantara tiga
muslimah yang ada di kelas dua ini, Nadya sosok yang paling pendiam. Kemanapun
dua yang lainnya pergi, ya Nadya ikut
saja, meskipun ketika yang lain jahil dan agak over, Nadya tetep kekeuh diam
dan hanya senyum atau tertawa saja. Nah mau belajar jadi pendiam dengan segala
kondisi? Belajar nih ma Nadya.
Berikutnya seorang putri yang sangat
rajin beristighfar, hampir di setiap waktu, Fadella Apriyani. Dedel atau della
berkebalikan karakter dengan Nadya yang pendiam. Gadis yang satu ini lebih
aktif untuk berbicara dan mengemukakan sesuatu. Namun itu tadi, ciri khas yang
tidak pernah tertinggal adalah istighfarnya.
Kenapa sampai saya mengatakan belajar
istighfar bisa dengan dirinya? Ternyata ada ceritanya lho. Detailnya sih lupa,
tapi dulunya Della sempat terbiasa mengatakan kata yang kurang pas, lalu
diperbaiki dengan istighfar, dan akhirnya terbiasa sampai sekarang.
Jika saja mau dihitung, minimal per
lima menit atau sepuluh menit, pasti ada istighfar yang terucap jika sedang
mengobrol dengannya. Mau coba? Datang aja kesini, hehe.
Tapi, jika diperhatikan apa yang
menjadi kebiasaannya adalah suatu hal baik. Dengan terus beristighfar itu
membuat kita terus menjaga diri akan kesalahan dan kesombongan kan? Setiap saat
meminta ampun kepada Allah atas sikap yang tidak berkenan untuk dilakukan. Dulu
sempat mencoba sih, tapi biasanya hanya terucap ketika bermotor atau sepulang
sholat dari masjid jika berjalan kaki.
Della ini, jika dikejutkan lalu
ucapkan kata “Istighfar” agak keras di dekatnya, pasti akan langsung istighfar.
Jika dalam hal ini adalah sebuah lattah, tentu ini menjadi lattah yang baik
ketimbang mengucapkan berbagai jenis hewan yang ada di dunia, atau kata-kata
tidak pantas lainnya. Maka dari itu jika ingin belajar istighfar otomatis,
setiap saat pula bisa deh di contoh si Dellanya ya.
Putri ketiga sekaligus yang paling
tua umurnya dibanding dua sebelumnya adalah Marella haldis, atau biasa di
panggil Lala.
Lala, adalah orang yang paling aktif
dibanding ketiganya. Lari, lompat, berbicara, menjadi paling cepat diantara
ketiganya. Nah jika dijudul kalo dengan Lala belajar apa ya? Saya juga tidak
tahu. Kalo dari karakter Putri tertua ini adalah yang paling aktif dan pede.
Bahkan bisa dikatakan berani berbicara secara langsung maksud yang ingin
disampaikan, meskipun terkadang perlu dikontrol.
Ketika berbincang sama anak kelas
tiga tadi ada yang nyeletuk ketika saya mengucapkan seperti yang di judul,
“Belajar jadi pendiam dengan Nadya, belajar Istighfar dengan Della, nah Kalo
dari Lala belajar apa ya...?”, akupun hanya tertawa sendiri. Salah satu dari
mereka langsung menyahut, “Matematika tad” setelah mendengarnya kami tertawa
bersama.
Setelah sedikit memikirkan apa yang
disebutkan anak kelas tiga tadi sepertinya benar juga. Pernah dalam satu
diskusi, berama Nadya, Della, dan Lala di perpustakaan sekolah, putri ketiga
ini juga mengakui bahwa dirinya memang suka matematika. Menghitung katanya membuat
otak menjadi lebih berpikir.
Lalu melihat dirinya menjadi salah
satu peserta Matematika Championship yang dipilih sekolah untuk lomba di salah
satu Universitas Negeri di Provinsi Bengkulu cocok juga slogannya. Akhirnya ketika
saya menjadikan slogan kepada Nadya dan Della, Lala pun dapat, kalau sama Lala
belajar matematika aja deh, hehe.
Jika dibandingkan dengan dua temannya
di atas memang agak aneh dan kurang singkron ya, hehe, bagaimana tidak Nadya
dan Della, diungkapkan karena karakter mereka yang berbeda dari yang lain, yang
Lala malahtentang pelajaran yang dikuasainya. Tapi toh tidak menjadi masalah,
namanya setiap orang berbeda tidak musti dipaksakan bagaimanapun keahlian dan
sifat yang dipunya.
Memang dalam hitungan dan logika otak
Lala bekerja dengan sangat baik. Dan terlihat juga ekspresi yang menikmati
ketika Lala mengerjakan soal matematika, sampai merobek beberapa kertas karena
keliru dengan rumus dan jawaban yang diisi olehnya.
Oke, sedikit cerita singkat dari kelas
dua. Nah kelas tiga juga udah mendesak untuk dibikinkan cerita. Mereka sedikit
iri mungkin ya karena belum pernah dimasukkan tulisan, hehe. Semoga bisa membuat
cerita tentang mereka juga ya dan masih ada waktu untuk bisa terus menulis.
Semangat.
Salam Kebaikan,
0 komentar:
Posting Komentar