Jumat, 11 November 2016

Belajar Diam Sama Nadya, Belajar Istighfar Sama Della, Kalau Sama Lala Belajar Apa Ya...?



Kembali terinspirasi untuk menjadikan mereka tulisan. Tiga muslimah yang sedang beranjak dewasa di kelas dua SMP IT Khairunnas. Nadya, Della, dan Lala. Kejadian unik setiap harinya selalu menyertai mereka.


Sesuai judul, saya akan berbicara tentang Nadya lebih dahulu. Nadya Nur Afifah, satu diantara tiga putri yang sedang berkutat dengan pembelajarannya setiap hari. Karakter yang pendiam membuatnya menjadi penengah diantara dua temannya yang lain. Namun jangan salah, pada saat-saat tertentu bisa ngakak juga kalau baginya menemukan hal yang lucu.

Nadya sendiri pada hasil Rapot tengah bulan, menjadi juara kelas. Hal inipun tidak mengherankan bagi para guru juga dengan teman yang lain. Dalam pembelajarannya di kelas saya, Bahasa Inggris, gadis pendiam ini memang tidak terlalu jauh kepintarannya dengan yang lain, hanya saja sifat polosnya yang terkadang membuatku hanya tertawa garing di dalam hati.

Kalau sedang kebetulan tidak bawa kamus misalnya, dengan santai menjawab lupa plus ekspresi santai. Sampai-sampai pada kesekian kalinya terucap deh “Duh, Nad Nad...” geleng-geleng tidak tahu mau bilang apa lagi. Ketika dihukum, dianya juga tidak protes dan nurut sih, he. Oke fix sikap polosnya yang sebenarnya kalo dalam sebuah karakter film itu bagus untuk seorang negosiator yang menyembunyikan sesuatu untuk dari apa yang ingin disampaikan sebenarnya, sifatnya tidak perlu di utak-atik deh.

Tapi tetap saja, diantara tiga muslimah yang ada di kelas dua ini, Nadya sosok yang paling pendiam. Kemanapun dua  yang lainnya pergi, ya Nadya ikut saja, meskipun ketika yang lain jahil dan agak over, Nadya tetep kekeuh diam dan hanya senyum atau tertawa saja. Nah mau belajar jadi pendiam dengan segala kondisi? Belajar nih ma Nadya.

Berikutnya seorang putri yang sangat rajin beristighfar, hampir di setiap waktu, Fadella Apriyani. Dedel atau della berkebalikan karakter dengan Nadya yang pendiam. Gadis yang satu ini lebih aktif untuk berbicara dan mengemukakan sesuatu. Namun itu tadi, ciri khas yang tidak pernah tertinggal adalah istighfarnya.

Kenapa sampai saya mengatakan belajar istighfar bisa dengan dirinya? Ternyata ada ceritanya lho. Detailnya sih lupa, tapi dulunya Della sempat terbiasa mengatakan kata yang kurang pas, lalu diperbaiki dengan istighfar, dan akhirnya terbiasa sampai sekarang.

Jika saja mau dihitung, minimal per lima menit atau sepuluh menit, pasti ada istighfar yang terucap jika sedang mengobrol dengannya. Mau coba? Datang aja kesini, hehe.

Tapi, jika diperhatikan apa yang menjadi kebiasaannya adalah suatu hal baik. Dengan terus beristighfar itu membuat kita terus menjaga diri akan kesalahan dan kesombongan kan? Setiap saat meminta ampun kepada Allah atas sikap yang tidak berkenan untuk dilakukan. Dulu sempat mencoba sih, tapi biasanya hanya terucap ketika bermotor atau sepulang sholat dari masjid jika berjalan kaki.

Della ini, jika dikejutkan lalu ucapkan kata “Istighfar” agak keras di dekatnya, pasti akan langsung istighfar. Jika dalam hal ini adalah sebuah lattah, tentu ini menjadi lattah yang baik ketimbang mengucapkan berbagai jenis hewan yang ada di dunia, atau kata-kata tidak pantas lainnya. Maka dari itu jika ingin belajar istighfar otomatis, setiap saat pula bisa deh di contoh si Dellanya ya.

Putri ketiga sekaligus yang paling tua umurnya dibanding dua sebelumnya adalah Marella haldis, atau biasa di panggil Lala.

Lala, adalah orang yang paling aktif dibanding ketiganya. Lari, lompat, berbicara, menjadi paling cepat diantara ketiganya. Nah jika dijudul kalo dengan Lala belajar apa ya? Saya juga tidak tahu. Kalo dari karakter Putri tertua ini adalah yang paling aktif dan pede. Bahkan bisa dikatakan berani berbicara secara langsung maksud yang ingin disampaikan, meskipun terkadang perlu dikontrol.

Ketika berbincang sama anak kelas tiga tadi ada yang nyeletuk ketika saya mengucapkan seperti yang di judul, “Belajar jadi pendiam dengan Nadya, belajar Istighfar dengan Della, nah Kalo dari Lala belajar apa ya...?”, akupun hanya tertawa sendiri. Salah satu dari mereka langsung menyahut, “Matematika tad” setelah mendengarnya kami tertawa bersama.

Setelah sedikit memikirkan apa yang disebutkan anak kelas tiga tadi sepertinya benar juga. Pernah dalam satu diskusi, berama Nadya, Della, dan Lala di perpustakaan sekolah, putri ketiga ini juga mengakui bahwa dirinya memang suka matematika. Menghitung katanya membuat otak menjadi lebih berpikir.

Lalu melihat dirinya menjadi salah satu peserta Matematika Championship yang dipilih sekolah untuk lomba di salah satu Universitas Negeri di Provinsi Bengkulu cocok juga slogannya. Akhirnya ketika saya menjadikan slogan kepada Nadya dan Della, Lala pun dapat, kalau sama Lala belajar matematika aja deh, hehe.

Jika dibandingkan dengan dua temannya di atas memang agak aneh dan kurang singkron ya, hehe, bagaimana tidak Nadya dan Della, diungkapkan karena karakter mereka yang berbeda dari yang lain, yang Lala malahtentang pelajaran yang dikuasainya. Tapi toh tidak menjadi masalah, namanya setiap orang berbeda tidak musti dipaksakan bagaimanapun keahlian dan sifat yang dipunya.

Memang dalam hitungan dan logika otak Lala bekerja dengan sangat baik. Dan terlihat juga ekspresi yang menikmati ketika Lala mengerjakan soal matematika, sampai merobek beberapa kertas karena keliru dengan rumus dan jawaban yang diisi olehnya.

Oke, sedikit cerita singkat dari kelas dua. Nah kelas tiga juga udah mendesak untuk dibikinkan cerita. Mereka sedikit iri mungkin ya karena belum pernah dimasukkan tulisan, hehe. Semoga bisa membuat cerita tentang mereka juga ya dan masih ada waktu untuk bisa terus menulis. Semangat.

Salam Kebaikan,

0 komentar:

Posting Komentar

 
;