Minggu, 27 November 2016

25 November, Antara hujan – Guru – dan Kampus.

Ada yang bilang bahwa tanggal 25 November akan di adakan aksi damai jilid tiga. Masih ingat aksi damai tentang kasus yang dilakukan oleh calon gubernur salah satu kota besar di Indonesia 4 November lalu? Oke tapi saya tidak akan membahas itu kali ini,hanya bertanya untuk mengingatkan saja.

25 November 2016, adalah hari spesial lain yang di dekasikan untuk mereka yang mengabdi bagi pencerdasan kehidupan bangsa. Tapi saya awali cerita hari ini dengan Hujan.

Pernah mendengar tentang hujan di bulan november. Seorang temanpun menyukai sekali hujan dan bulan november. Sampai-sampai pernah memberikan julukan November Rain. Tapi tentu beda cerita hujan pada hari ini.

Jumat barokah yang sedang di jumpai, diawali dengan sebuah anugerah dari sang illahi. Adzan shubuh berkumandang di iringi dengan suara merdu hujan yang membasahi. Alangkah nikmatnya jika bisa memnuhi panggilan itu dengan senyum berseri. Tapi manusia masih banyak mengabaikannya, dan menarik selimut lagi.

Sempat ragu karena ingin menuju rumahNya, namun air dari atas langit deras membasahi ditambah angion sepoy yang kuat (maksudnya badai sih, hehe).  Tapi masih teringat dan terngiang kata seorang kakak tingkat dulunya. “Hei, kita ini masih beruntung Cuma hujan air, masa segitu aja takut. Di Palestina sana hujan peluru tidak kendor ibadahnya” Akhirnya dengan mantap kularikan kaki melewati hujan dan tersenyum. Tidak lupa membaca doa yang seringkali di anjurkan. Allahumma Shoyyiban nafii’an.

Selesai shubuh dan tilawah, berpikir hujan akan berhenti. Ingin kembali mencoba datang ke sekolah pagi seperti kamis kemaren. Namun alhamdulillah, sampai jam di dinding kamar menunjukkan pukul tujuh, tak kunjung hujan reda. Akhirnya setelah motor yang dibawa adek datang tanpa pikir panjang, bermodalkan jaket dan kemeja merah, hujan kedua saya nikmati dalam perjalanan setengah jam itu.

Siapa sih yang tidak kesal dalam melakukan perjalanan yang ingin diburu, pekerjaan yang ingin cepat diselesaikan, tapi terhalang oleh manisnya air hujan. Yakinlah sobat, kalau kita memang menganggapnya sebuah kekacauan dan kesulitan akan terasa berat, tapi saya melihat peluang disana dan sungguh menikmatinya.

Asumsi pertama saya, jika hujan, ada kemungkinan polisi yang berjaga menjaga lampu lalu lintas akan sedikit, sehingga lebih mudah untuk melancarkan kendaraan. Alhasil saya tidak melewati jalan pantai yang biasa, dan menerobos melalui jalan kota sehingga waktu perjalanan yang dilakukan menjadi lebih cepat.

Alhamdulillah ketika sampai di sekolah baju semua basah kuyup sampai ke bagian dalam. Dan tepat ketika sampai berbunyi bel jam mengajar pertanda masuk. Kaku dan dingin memang, tapi nikmat. Selama perjalanan hujan, saya bersenandung membiarkan air hujan masuk ke dalam pakaian dan mulut, plus mandi hujan. Jujur saja ada kerinduan melakukannya. Jadi nggak usah takut malu kan, he.

Itu cerita pertama saya di tanggal spesial ini.

Lalu ketika sampai sekolah tempat mengajar disadarkan dengan hari guru, yang juga ternyata menjadi hari terakhir saya mengajar di sekolah itu. Lanjut atau tidaknya masih belum tahu memang, jadi sementara ini saya asumsikan sebagai jadwal terakhir.

Moment terakhir mengajar ini saya tidak banyak memberikan apa-apa lagi kepada anak murid. Pertama saya mengajar di kelas tujuh. Dua pertemuan terakhir memang saya membahas ulang materi yang sudah mereka pelajari untuk persiapan ujian, sehingga mereka tidak akan kaget dengan materi yang keluar.

Alhamdulillah sebagian besar sudah bisa memahami kebanyakan materi. Beberapa pun menunjukkan perkembangan. Tapi di hari terakhir ini, tiga murid terpaksa harus saya hukum karena melakukan sesuatu yang kurang berkenan. Lalu setelah mata pelajaran selesai, saya kembalikan mereka tanggung jawabnya ke wali kelas.

Setelah istirahat lima belas menit saya langsung masuk lagi untuk mengajar di kelas delapan. Kelas dengan murid yang tidak seberapa namun kemeriahannya luar biasa ini saya tutup dengan menyenangkan. Materi mereka sudah tidak banyak yang perlu di bahas, karena secara target semester menyeuaikan degan buku peganagan, mereka sudah selesai. Alhasil kami menonton beberapa video untuk di amati dan penyegaran.

Setelah selesai pukul 10.30 saya bersiap kembali ke Kampus menyelesaikan sesuatu. Ketika sedang rehat di kursi depan sebelum pulang, anak-anak kelas sembilan menarik saya untuk melihat sesuatu ke dalam. Tidak lama setelah itu, saya hanya melihat sekilas, MasyaAllah ternyata mereka menyemir semua sepatu guru yang ada. Sayang yang saya pakai sepatu berbahan kain jadi tidak ikut disemir, hehe.

Dibalik kejahilan mereka, sebuah rasa hormat yang tidak hilang ditunjukkan. Bahkan hanya lewat dari jauh sekilas saja, mengkilap sepatu yang disemir sangat tampak. Semoga mereka menjadi anak yang di ridhoi Allah amiin.

Perjalanan terakhir pada tanggal spesial ini, terjadi ketika berada di kampus.

Awalnya menunggu surat untuk di berikan ke dosen. Lalu setelah sholat jumat, saya duduk menunggu para dosen yang keluar dari acara workshop.  Berbincanglah dengan salah satu staff yang menjaga absen dan sertifikat.

Setelah tanya-tanya tentang apa yang saya lakukan, beliau mulai bercerita tentang ketiga anaknya yang kuliah. Sebuh perjuangan yang diceritakan oleh seorang ibu yang bekerja sebagai staff di sebuah instansi.

Memiliki tiga anak, yang dua di antaranya sedang kuliah, dan satu sudah bekerja. Penghasilan yang mungkin beberapa menurut anda tidaklah besar, tapi bagi ibu ini seberapapun sangat berharga. Anak ketiganya yang sedang kuliah, masih menjalani status mahasiswanya dengan membayar UKT. Sang ibu masih mencari cara agar anaknya bisa mendapatkan beasiswa untuk meringankan sppnya.

Bersyukur anaknya yang sebelumnya, berhasil mendapatkan beasiswa yang mempermudah perjalanan kuliahnya. Semoga semuanya menjadi anak yang baik dari sebuah pengorbanan dan perjuangan ibu yang lebih baik.

Yap, sesungguhnya hikmah dan hidayah ada disekitar kita setiap saatnya. Hanya saja seberapa besar kita tergerak untuk berusaha menggapainya.

Terkadang memang harus menjadi pendengar daripada terus berbicara. Di saat yang lain kitalah yang harus membaca dari buah pikiran orang lain.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;