Antara bersalah,
lucu, dan bingung. Kejadian tadi siang cukup menjadikan pelajaran terutama bagi
saya sendiri. Semoga tidak ada yang melapor polisi, hehe.
Dua hari
ini memang saya cukup membagi tenaga di dua tempat. Hari ini pun tidak bisa
banyak waktu di sekolah, selain ujian praktek pelajaran yang saya ajar sudah
dilakukan, juga sedang melakukan hal lain, tak ketinggalan badan cukup butuh
istirahat karena beberapa hal yang memporsir tenaga berlebih.
Melihat
anak kelas tujuh sedang melakukan praktek Hadist, yang mana ini harus di setor
dengan berbagai ustadz/ustadzah sayapun langsung diburu ketika baru datang. Nah
disinilah insiden bermula...
Ketika saya
sedang makan bekal sarapan sambil mendengarkan beberapa anak yang setoran untuk
disimak hafalan hadistnya, ada beberapa anak yang ikut mendengarkan tapi tidak
setoran. Mereka yang ikut meramaikan ruangan belakang yang cukup penuh jika di
tempati oleh lima orang lebih membuat saya agak awas dan mencari posisi nyaman.
Setelah
dua anak yang melakukan setoran hadist, saya membuang sesuatu di depan pintu. Lalu,
ketika ingin kembali masuk ke dalam melihat salah seorang anak perempuan yang sedang
mendorong-dorong meja tidak tahu mau ngapain.
Awalanya
saya kira main-main, karena tiga temannya yang lain masih di dalam ruangan
tanpa melakukan apa-apa. Dengan iseng saya ingin memberi kode untuk mundur
sekaligus mengagetkan, karena posisi meja yang sudah mulai menutupi pintu
masuk, namun yang tidak terduga terjadi.
Tepat ketika
saya menjulurkan tangan dengan cepat dengan membentuk sebuah kepalan tinju di
tangan, kepala sang anak bergoyang maju, dan . . .
BUUUKKKK....
Sebuah
pukulan telak yang tidak sengaja mendarat di matanya dan tulang pelipis. Tulang
buku jari tengah saya mengenai bagian sekitar mata, dan otomatis itu membuat
dirinya menangis.
Dalam sekejap
kami pun panik. Saya dan tiga siswa lainnya menenangkan si anak. Tentu saya
tidak bisa apa-apa karena beliau perempuan, akhirnya minta tolong dua teman
yang bersamanya untuk mengusap matanya dan mencucikannya dengan air.
Berulang
kali meminta maaf, akhirnya baik-baik saja, diapun tertawa kembali meskipun
sampai sekarang saya masih kepikiran karena tidak enak. Yah, dua-duanya
sama-sama pecicilan sih. Kali ini saya kapok dengan kejahilan dan keisengan
saya, hehe.
Namun tidak
lama setelah itu, ketika kami kembali ke kelas, si anak yang tadi kena pukulan
telak saya sedang jongkok dengan muka menghadap meja. Tidak sengaja temannya
lewat dan menyenggol kepalanya dengan lumayan, akhirnya wajahnya kepentok meja
kali ini hidungnya yang menjadi korban.
Hehe,
untuk kali ini kami sepakat, sepertinya memang dirinya sedang dapat masanya
untuk merasakan hal itu.
Huh,
masih terbayang sih sampai sekarang, jadi pelajaran aja agar mengontrol kadar
keisengan dan pecicilannya ya. Dan satu lagi, jangan suka cie-cie, di akhir
sebelum pulang mendapatkan laporan anak yang berawal dari diciekan temannya akhirnya
mulai kena indikasi jadian deh, so lebih hati-hati lagi dalam bermain ya.
Salam
kebaikan
1 komentar:
wkwkwk..
Posting Komentar