Selasa, 23 Mei 2017

Pukulan Telak Ke Arah Mata, Pecicilan Membawa Bencana



Antara bersalah, lucu, dan bingung. Kejadian tadi siang cukup menjadikan pelajaran terutama bagi saya sendiri. Semoga tidak ada yang melapor polisi, hehe.

Dua hari ini memang saya cukup membagi tenaga di dua tempat. Hari ini pun tidak bisa banyak waktu di sekolah, selain ujian praktek pelajaran yang saya ajar sudah dilakukan, juga sedang melakukan hal lain, tak ketinggalan badan cukup butuh istirahat karena beberapa hal yang memporsir tenaga berlebih.
 
Hanya gambar pendukung, hehe
Melihat anak kelas tujuh sedang melakukan praktek Hadist, yang mana ini harus di setor dengan berbagai ustadz/ustadzah sayapun langsung diburu ketika baru datang. Nah disinilah insiden bermula...

Ketika saya sedang makan bekal sarapan sambil mendengarkan beberapa anak yang setoran untuk disimak hafalan hadistnya, ada beberapa anak yang ikut mendengarkan tapi tidak setoran. Mereka yang ikut meramaikan ruangan belakang yang cukup penuh jika di tempati oleh lima orang lebih membuat saya agak awas dan mencari posisi nyaman.

Setelah dua anak yang melakukan setoran hadist, saya membuang sesuatu di depan pintu. Lalu, ketika ingin kembali masuk ke dalam melihat salah seorang anak perempuan yang sedang mendorong-dorong meja tidak tahu mau ngapain.

Awalanya saya kira main-main, karena tiga temannya yang lain masih di dalam ruangan tanpa melakukan apa-apa. Dengan iseng saya ingin memberi kode untuk mundur sekaligus mengagetkan, karena posisi meja yang sudah mulai menutupi pintu masuk, namun yang tidak terduga terjadi.

Tepat ketika saya menjulurkan tangan dengan cepat dengan membentuk sebuah kepalan tinju di tangan, kepala sang anak bergoyang maju, dan . . .

BUUUKKKK....

Sebuah pukulan telak yang tidak sengaja mendarat di matanya dan tulang pelipis. Tulang buku jari tengah saya mengenai bagian sekitar mata, dan otomatis itu membuat dirinya menangis.

Dalam sekejap kami pun panik. Saya dan tiga siswa lainnya menenangkan si anak. Tentu saya tidak bisa apa-apa karena beliau perempuan, akhirnya minta tolong dua teman yang bersamanya untuk mengusap matanya dan mencucikannya dengan air.

Berulang kali meminta maaf, akhirnya baik-baik saja, diapun tertawa kembali meskipun sampai sekarang saya masih kepikiran karena tidak enak. Yah, dua-duanya sama-sama pecicilan sih. Kali ini saya kapok dengan kejahilan dan keisengan saya, hehe.

Namun tidak lama setelah itu, ketika kami kembali ke kelas, si anak yang tadi kena pukulan telak saya sedang jongkok dengan muka menghadap meja. Tidak sengaja temannya lewat dan menyenggol kepalanya dengan lumayan, akhirnya wajahnya kepentok meja kali ini hidungnya yang menjadi korban.

Hehe, untuk kali ini kami sepakat, sepertinya memang dirinya sedang dapat masanya untuk merasakan hal itu.

Huh, masih terbayang sih sampai sekarang, jadi pelajaran aja agar mengontrol kadar keisengan dan pecicilannya ya. Dan satu lagi, jangan suka cie-cie, di akhir sebelum pulang mendapatkan laporan anak yang berawal dari diciekan temannya akhirnya mulai kena indikasi jadian deh, so lebih hati-hati lagi dalam bermain ya.

Salam kebaikan

1 komentar:

Posting Komentar

 
;