Kamis, 11 Mei 2017

Ayah, jangan pukul aku



Beberapa hari ini menjadi sorotan dan pikiran sendiri atas beberapa hal yang terjadi. Anak-anak pada masa usia tanggung yang sedang galau antara kebebasan dan keteraturan dihadapkan oleh beberapa kenyataan yang tak terelakkan.


Seorang ayah adalah penentu dari pembentukan karakter bagi anak. Terlepas anak laki-laki atau perempuan, peran ayah tetaplah sama, menjadi seorang yang mengajarkan karakter dan berbagai macam hal yang berhubungan dengan sikap seorang anak.

Secara umum, Ibu mengajarkan kasih sayang dan kelembutan, ayah memberikan sebuah kedispilinan dalam bersikap. Meskipun hal ini bukanlah mutlak, setiap keluarga memiliki cara dan metodenya masing-masing dalam mendidik anak.

Hal yang perlu diingat bahwa ayah dan ibu memiliki posisi yang sama sebagai pemegang tanggung jawab dalam kondisi anak. Dari mereka kecil sampai nanti beranjak dewasa. Pendidikan yang diberikan sejak dini dari rumahlah yang akan menjadikan seorang anak seperti apa sebenarnya.

Beberapa kasus ditemukan terkadang seorang anak malah takut oleh ayahnya bukan karena rasa hormat atau rasa kagum, namun kekerasan yang dilakukan oleh ayah itu sendiri. Hal ini menjadikan dampak yang tidak kecil bagi sang anak dan hasilnya pun beragam.

Ada beberapa anak melampiaskannya di sekolah. Entah melakukan tindak pelanggaran kecil sampai yang besar. Bisa jadi ada yang merokok, ada yang nakal, ada juga yang melawan dengan gurunya. Nah hal ini dampak-dampak yang tidak disadari bisa menjadikan masa depannya akan susah untuk diarahkan.

Tidak hanya berhenti sampai disitu, parah-parahnya bisa sampai melakukan tindak kejahatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dari orang tua. Hal ini tidak lain hal yang ditimbulkan dari ketidaksengajan sang ayah mengingatkan sang anak dengan cara yang tidak seharusnya.

Memukul, menampar, melecutnya dengan sabuk, dan lainnya. Hal ini sungguh sangat buruk bagi pengaruh jiwa sang anak. Jika diterapkan dengan anak umur delapan tahun kebawah, kalau tidak jadi pemberontakan, bisa jadi pendiam yang tidak biasa. Kalau dilakukan umur anak SMP ke atas, bisa jadi besarnya adalah pemberontakan dan pembangkangan.

Tidak menutup kemungkinan akan menjadikan anak laki-laki ini menjadi benci laki-laki tapi melampiaskannya dengan menjadi seorang penyuka sesama jenis, tentu ini sebuah gangguan mental yang sangat buruk.

Kumpulan kalimat dari tema “Anak Belajar Dari Kehidupan” dari Homeschooling U_Care Bengkulu, yang diambil dari seorang ahli ini, mungkin bisa sedikit membuka pikiran bagaimana kita sebaiknya bersikap terhadap seorang anak.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah

Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian

Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan

Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan

Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar  kebenaran dan keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
(Dorothy Law Nolte)

Untuk Yang belum, akan, dan sudah menjadi ayah, semoga menjadi pelajaran agar bisa menjadikan anak kita seorang teman dan sahabat yang menyenangkan, bukan sasaran pelampiasan .yang perlu dibinasakan

Wallahu a’lam

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;