Alhamdulillah kali ini diberikan lagi amanah dalam sebuah kegiatan. Meskipun tidak biasa tapi ini kedua kalinya di amanahkan menjadi juri lomba Syarhil Quran, setelah yang pertama kali ketika tiga tahun lalu kalau tidak salah di organisasi MGC.
Nah
kali ini teman menjuripun beda. Jujur saja secara pengalaman dalam melakukan
kegiatan syarhil kedua orang yang ikut menjadi juri bersama saya ini lebih
berpengalaman. Setidaknya mereka pernah mengikuti lomba syarhil itu sendiri.
Satu ada
teman duet, mas Rendi Rahman, yang mana juga seorang wartawan di UNIB KITA. Dulu
ketika tiga tahun lalu, saya yang sempat menjuri beliau bersama timnya,
sekarang sudah satu tempat. Kedua ada seorang adik tingkat yang saya tahu
perjalanan di kampusnya cukup melesat tinggi pencapaiannya. Panisia Julita,
tidak diragukan lagi karena memang sudah pernah menjuarai beberapa lomba
Syarhil.
Lalu
saya siapa? Haha bukan siapa-siapa lah ya. Kalau tiga tahun lalu, ketika
menjadi juri pendamping mencoba untuk melihat dari yang da’i atau pensyarahnya,
kali ini saya mendapat bagian melihat pada posisi bacaan quran atau tilawahnya.
Lomba yang
berjalan dari jam setengah sembilan sampai setengah dua belas ini, tidak terasa
bagi kami bertiga. Ada sekitar belasan peserta yang mengikuti lomba ini pada
tingkat smp dari berbagai sekolah. Namun dalam hal ini menurut Panisia sendiri
masih banyak mekanisme yang perlu diperbaiki dalam eksekusi lombanya.
Tapi Mas
Ren pun lebih bangga. Karena pada zaman kita dulu belum ada lomba dan yang
mampu seperti ini, ungkapnya. Saya pun mengiyakan. Melihat kemajuan zaman dan
lomba yang memacu kekompakan dan sebuah pengangkatan nilai islam seperti ini
sangatlah baik. Tak lupa berkomentar dari salah satu juri, lupa yang mana yang
pasti bukan saya, hehe.
“Keren
juga Pramuka mengadakan yang seperti ini ya” gumam sekelebat namun masih
tertangkap telinga saya yang mendengar.
Saya sendiri
juga kagum, menunjukkan keislaman bisa tampil di semua lini.
Di awal-awal
penampilan belum ada yang sempat membuat mata kami melek secara bulat dan
membesar. Beberapa senyum terjadi karena tingkah lucu para peserta, bahkan ada
tim yang imut-imut, hehe.
Namun saya
pun sempat dua kali menangis karena kasihan dengan Al-Quran yang dibacakan
sembarangan (jika saya boleh mengatakan). Bukan karena saya lebih baik, jujur
saja Ta’awudz dan Al-Fatiha saya saja masih perlu diperbaiki. Namun mendapat
lingkungan Quran dan bertemu para guru-guru yang memang dalam bidangnya
menguasai Al-Quran, saya sering mendengar bacaan yang tepat seperti apa. Jadi ketika
mendengar bacaan yang kurang baik telinga ini akan sensitif.
Namun makin
akhir satu kali saya menangis karena hal sebaliknya. Yaitu bacaan Al-Quran yang
bagus, dan juga pembawaan Syarah yang tidak kalah memukau. Ada satu tim yang
menampilkan penampilan luar biasa, dan ternyata kami bertiga tidak beda
penilaian ketika menjadikan mereka juara. Hanya beda sedikit jumlah poin dengan
juara dua, yang ternyata satu daerah dengan yang juara pertama.
Di akhir
sesi sebelum menutup dan mengumumkan pemenang, Panisia selaku yang paling
berpengalaman tentang syarhil diantara kami bertiga, memberikan masukan, arahan
serta contoh yang membuat kami semua tertegun dan bertepuk tangan.
Sayapun
meminta sedikit kesempatan untuk menjelaskan kaidah-kaidah Al-Quran yang tidak
bisa diabaikan. Di satu sisi positif kita bersyukur karena mereka yang masih
SMP sudah bisa membaca kitab Allah ini, tinggal di doakan semoga bisa menjadi
bacaan yang lebih baik dan bagus kedepannya.
Diakhir
sesi dokumentasi dengan panitia, para pemenang, dan kami bertiga sebagai juri. Sebuah
pembelajaran satu hari yang cukup banyak di dapat, dan sukses untuk
penyelenggara dari PRAMUKA.
SALAM
PRAMUKA, Salam Kebaikan...
0 komentar:
Posting Komentar