Minggu, 21 Mei 2017

Kamu, Jangan Berhenti Menulis ya...



Tiga bulan terakhir ini tulisan di blog memang tidak sampai satu bulan penuh. One Day One Post saya cukup menurun. Apalagi di bulan kedua, tidak sampai sepuluh tulisan. Ada rasa bersalah dengan sendiri sendiri.

Tidak hanya blog, naskah-naskah saya juga setengah jalan, yang belum jalan lagi, dan lagi tugas akhir yang juga masih dalam proses yang mentok. Benar-benar tangan ini sempat terhenti tariannya di dalam tuts keyboard hitam yang menjadi tunggangannya.


Dalam satu minggu ini dua kali bertemu beliau, seorang ustadz yang cukup dikenal masyarakat bengkulu. Pertama ketika Selasa lalu, saat acara perpisahan sekolah. Kedua, minggu kemaren, saat menjadi MC tarhib ramadhan, beliau pematerinya.

Dua kalimat dalam pembicaraan singkat kami yang tidak pernah hilang, “Jangan berhenti menulisnya” begitu kata beliau.

Entah kenpa sepertinya sangat pas dengan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Sayapun hanya tersenyum dan mengiyakan. Tamparan keras yang berbekas, namun tak nampak dari luar ini cukup menjadi pemicu saya menulis lagi. Dan hasilnya, kurang dari 24 jam, saya bisa menulis tiga tulisan sekaligus.

Ide-ide yang sebenarnya sudah lama minta dituangkan akhirnya terbongkar semua. Nah siang ini rencananya menambah tiga tulsian lagi, yang idenya memang sudah numpuk di dalam kepala ini. Kasihan kalau tidak ditulis, bisa hilang dan susah dicari.

Beginilah jika sudah berkomiten menjadi seorang penulis, apapun bentuk dan bidang tulisannya. Yang harus dipertahankan adalah jangan sampai tidak ada tulisan yang tercipta setiap waktunya. Bisa jadi setiap hari, minggu, bulan bahkan tahun.

Sudah dua tahun semenjak menekuni dengan serius bidang kepenulisan sastra/non ilmiah, baru satu buku yang terbit atas nama pribadi, dan dua karya antologi. Sungguh merasa ini sebuah hal yang sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang sudah banyak.

Sebenarnya ada dua naskah lagi yang sudah selesai, tapi saya ingin menerbitkan indie dan sedang tidak ada dana, ada yang mau membantu? Hehe

Terlepas dari itu, yang saya sedihkan kepada diri sendiri adalah berhentinya menulis. Namun dibalik hal itu saya memnag butuh penyemangat tentang hal yang dapat memicu saya kembali menulis dengan nyaman dan enak. Dan hal itulah yang terjadi.

Ketika seorang penulis diminta untuik menulis karena sudah lama tidak menulis, berarti dirinya sudah mulai mengkhianati diri sendiri dalam proses menulis. Saya memang sadar apa yang menjadi kemampuan utama seorang penulis adalah kebiasaan. Jika diri sudah terbiasa menulis, tentu akan menjadikan tulisannya semakin gemuk dan apik.


Namun, jangan tinggalkan membaca. Seperti wahyu pertama yang turun, adalah tentang membaca. Alhasil dalam bulan ini, sudah sekitar lima e-book paling tidak selesai saya baca. Lumayanlah ada enam ratusan halaman. Mau baca buku yang cetak, belum sempat untuk membelinya ke toko buku. Kalau ada yang mau ngirimin dengan senang hati diterima, lagi ngincer buku Tajwid Cinta nih, hehe.

Nah ini mulai menulis lagi, entahlah apakah akan tercapai tulisan satu bulan penuh ini dengan di rapel, setidaknya bisa mencapai setengahnya lah ya...

Ayo yang mau kirim tulisan atau ada yang mau dituliskan disini disilahkan, saya bantu promosi kan sekalian mengasah kemampuan tulisan saya yang masih pemula, hehe. Okelah, segini dulu cukup ya, doakan semoga bisa terus menulis, amiin

Salam Kebaikan.

2 komentar:

Nengsi Hariyanti mengatakan...

Keren mbx.. Menulis emang btuh motvasi. Dan kalo ide ya harus di tuangkan. Kalo enggak ya hilang idenya. Sperti kta mbx d blog ini. Salam knal y mbx:-)

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

alhamdulillah, yang terpenting konsisten dan komitmen dalam menulisnya ya, salam kenal juga, eh iya saya laki-laki, he

Posting Komentar

 
;