Tiga
bulan terakhir ini tulisan di blog memang tidak sampai satu bulan penuh. One
Day One Post saya cukup menurun. Apalagi di bulan kedua, tidak sampai sepuluh
tulisan. Ada rasa bersalah dengan sendiri sendiri.
Tidak hanya
blog, naskah-naskah saya juga setengah jalan, yang belum jalan lagi, dan lagi
tugas akhir yang juga masih dalam proses yang mentok. Benar-benar tangan ini sempat
terhenti tariannya di dalam tuts keyboard hitam yang menjadi tunggangannya.
Dalam
satu minggu ini dua kali bertemu beliau, seorang ustadz yang cukup dikenal
masyarakat bengkulu. Pertama ketika Selasa lalu, saat acara perpisahan sekolah.
Kedua, minggu kemaren, saat menjadi MC tarhib ramadhan, beliau pematerinya.
Dua
kalimat dalam pembicaraan singkat kami yang tidak pernah hilang, “Jangan
berhenti menulisnya” begitu kata beliau.
Entah
kenpa sepertinya sangat pas dengan kondisi yang sedang terjadi saat ini.
Sayapun hanya tersenyum dan mengiyakan. Tamparan keras yang berbekas, namun tak
nampak dari luar ini cukup menjadi pemicu saya menulis lagi. Dan hasilnya,
kurang dari 24 jam, saya bisa menulis tiga tulisan sekaligus.
Ide-ide
yang sebenarnya sudah lama minta dituangkan akhirnya terbongkar semua. Nah
siang ini rencananya menambah tiga tulsian lagi, yang idenya memang sudah
numpuk di dalam kepala ini. Kasihan kalau tidak ditulis, bisa hilang dan susah
dicari.
Beginilah
jika sudah berkomiten menjadi seorang penulis, apapun bentuk dan bidang
tulisannya. Yang harus dipertahankan adalah jangan sampai tidak ada tulisan
yang tercipta setiap waktunya. Bisa jadi setiap hari, minggu, bulan bahkan
tahun.
Sudah
dua tahun semenjak menekuni dengan serius bidang kepenulisan sastra/non ilmiah,
baru satu buku yang terbit atas nama pribadi, dan dua karya antologi. Sungguh
merasa ini sebuah hal yang sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang sudah
banyak.
Sebenarnya
ada dua naskah lagi yang sudah selesai, tapi saya ingin menerbitkan indie dan
sedang tidak ada dana, ada yang mau membantu? Hehe
Terlepas
dari itu, yang saya sedihkan kepada diri sendiri adalah berhentinya menulis.
Namun dibalik hal itu saya memnag butuh penyemangat tentang hal yang dapat
memicu saya kembali menulis dengan nyaman dan enak. Dan hal itulah yang
terjadi.
Ketika
seorang penulis diminta untuik menulis karena sudah lama tidak menulis, berarti
dirinya sudah mulai mengkhianati diri sendiri dalam proses menulis. Saya memang
sadar apa yang menjadi kemampuan utama seorang penulis adalah kebiasaan. Jika
diri sudah terbiasa menulis, tentu akan menjadikan tulisannya semakin gemuk dan
apik.
Namun,
jangan tinggalkan membaca. Seperti wahyu pertama yang turun, adalah tentang
membaca. Alhasil dalam bulan ini, sudah sekitar lima e-book paling tidak
selesai saya baca. Lumayanlah ada enam ratusan halaman. Mau baca buku yang
cetak, belum sempat untuk membelinya ke toko buku. Kalau ada yang mau ngirimin
dengan senang hati diterima, lagi ngincer buku Tajwid Cinta nih, hehe.
Nah ini
mulai menulis lagi, entahlah apakah akan tercapai tulisan satu bulan penuh ini
dengan di rapel, setidaknya bisa mencapai setengahnya lah ya...
Ayo
yang mau kirim tulisan atau ada yang mau dituliskan disini disilahkan, saya
bantu promosi kan sekalian mengasah kemampuan tulisan saya yang masih pemula,
hehe. Okelah, segini dulu cukup ya, doakan semoga bisa terus menulis, amiin
Salam
Kebaikan.
2 komentar:
Keren mbx.. Menulis emang btuh motvasi. Dan kalo ide ya harus di tuangkan. Kalo enggak ya hilang idenya. Sperti kta mbx d blog ini. Salam knal y mbx:-)
alhamdulillah, yang terpenting konsisten dan komitmen dalam menulisnya ya, salam kenal juga, eh iya saya laki-laki, he
Posting Komentar