Apa
kabarnya hari ini? Sudah membaca firman Allah berapa banyak? Semoga kita yang membaca dan mendengarkan mendapat syafaat dariNya, amiin.
Nah,
hari ini kembali alhamdulillah diberikan kesempatan oleh Allah untuk kembali
memperbaiki bacaan Al-Quran. Bagaimana dengan bacaan teman-teman? Saya yakin
jauh lebih bagus dari saya. Seperti biasa setelah materi kami setoran bacaan
dengan Ustadz Hartanto, pemilik rumah Tajwid Depok.
Hari ini
cukup sedikit yang setoran bacaan membuat waktu lebih luang dan bisa sedikit
berlama-lama membenarkan bacaan dari biasanya.
Setelah
dua orang, saya mengambil giliran untuk setoran. Seperti biasa dimulai dengan
Ta’awudz dan dilanjutkan dengan surat pertama Al-Faatiha. Yap, selalu ketika
berhadapan dengan guru seorang murid akan merasakan sebuah hal yang tidak
biasa. Dari deg-degan sampai takut salah baca.
Mulailah
dengan ta’awudz, eh dua sampai tiga kali di ulang. Masih ada saja huruf yang
keluar tidak sempurna sesuai dengan tempatnya. Kali ini terpeleset di tasydidnya
huruf “Ro” maaf nih tidak ada tulisan arabnya. Meskipun ditulis dengan latin
seperti itu, tapi pengucapannya tidak sampai membulatkan bibir ingat ya...
Nah,
setelah beberapa pengulangan, barulah mulai membaca surat Al-Fatiha. Asal tahu
saja, Al-Fatiha ini selalu di baca di awal setiap setoran. Dan selalu saja ada
yang dikoreksi hampir semua yang setoran.
Seperti
di awal tadi, saya nyangkut dulu di ayat ketiga, ketika tasydid huruf “Ro”
kembali bermasalah karena kurang terdengar. Jujur saja saya takut salah
pengucapan, jadinya apa yang diucapkan samar-samar, antara tasydid dan tidak,
sayapun sadar akan kurang sempurnanya pengucapan itu.
Setelah
ayat ketiga terlewati, masuk ke ayat empat, alhamdulillah disuruh lanjut,
meskipun saya merasa ada yang belum benar. Masuk ke ayat lima ada keluar huruf
yang kurang kedalam. Lidah saya tidak maksimal mengeluarkannya, apalagi kalau
bukan efek grogi, hehe.
Setelah
dua kali pengulangan, baru masuk ayat ke enam. Lagi-lagi ada yang diulang
karena makhrojnya yang tidak sempurna. Lalu lanjut ke ayat tujuh. Kalau tidak
salah, tiga ayat terakhir ini, setidaknya masing-masing dua kali pengulangan
bacaan.
Nah terbayang
kan, baru baca Al-Faatiha saja lho? Lantas apakah kita sudah yakin bahwa yang
kita ucapkan selama ini betul? Panjang pendeknya, tajwid, mad, dan lainnya. Jangan-jangan
kita hanya menggunakan bacaan Taqlid, alias ikut-ikutan. Ikut orang tua, imam,
atau televisi. Alangkah baiknya jika kita cek lagi secara pribadi.
Masih ingat
seorang teman yang sekarang bacaannya sudah bagus, dulu diawal-awal ketika
masih kesusahan sempat dapat semacam ancaman atau teguran, “Kamu kalau belum
benar baca Al-fatiha, belum boleh menikah dulu”
Kurang
lebih seperti itu redaksinya jika saya bahasa formalkan. Bisa dibilang lucu
tapi sebenarnya serius. Laki-laki yang akan menjadi imam rumah tangga, malah
siapa tahu imam masjid, masa Al-Faatihanya kacau, kan berabe urusannya sama
Allah.
Nah
balik lagi dengan setoran saya.
Lalu setelah
di okekan bacaan Al-Faatiha, lanjut ke An-Naba di sepuluh ayat terakhir. Satu dua
ayat awal, sip lewat. Nah memasuki ayat-ayat berikutnya mulai banyak yang diulang. Penyakitnya kali ini sama kembali pada tasydid “Ro”, keluarnya tempat
pengucapan “Ta”, “Kho”, dan “Dza”. Ketika mengucapkannya perhuruf lancar-lancar
saja, namun saat menjadikannya satu kalimat, wuih, salah semua euy.
Tapi bagian
paling menguji kesabaran pada ayat terakhir. Dimulai dari “Innaaaa” sampai “Turoobaa”
nah, kan lumayan panjang tuh, satu setengah baris. Satu nafas tidak akan
sampai, tempat berhentinya adalah di “Ya Daa Hu” dimana huruf “Ha (tebal)”
menjadi sukun.
Tapi,
qadarullahnya sampai lebih lima kali pengulangan nafas ini tak pula sampai. Istighfar
beberapa kali, untung saja tidak menangis, hehe. Dicoba lagi mentoknya sampai “Mar
u maa qoddamat...” nafaspun habis. Akhirnya di toleransi, dan pada pengulangan
yang kesekian (Saking banyaknya diulang, hehe) saya menyelesaikan setoran
bacaan An-naba.
Tahukah
kamu, ternyata hal itu hanya berlaku di depan ustadz. Apa ini yang namanya
ketika orang sholeh dihadapkan orang yang masih banyak dosa, semua amalpun runtuh?
Hehe
Setelah
mundur saya coba membaca ayat terakhir dari surat An-Naba, MasyaAllah bisa,
nafas saya sampai. Samapi pulangpun saya berulang kali membacanya dan nyampai
kok. Hiks,hiks kenapa tadi nggak sampai-sampai.
Tunggu
ya ustadz, besok pagi sebelum tadabur saya mau setor nafas saya di ayat
terkahir itu, tak perlu menunggu dua bulan, hehe (moga ustadznya nggak baca
ini)
Sipp,
yuk yang muda-muda jangan nunggu tua baru belajar, siapa tahu hidupnya nggak
sampai tua kan? Hehe, belajar dari sekarang, lembaga tahsin banyak tinggal
pilih dan belajar. Tekad saja tidak cukup untuk menjadi semakin baik, perlu
ilmu dan pembelajaran yang rutin untuk dilakukan. Semoga kita termasuk dalam
orang yang senantiasa belajar.
(Maaf, tidak bisa menampilkan huruf arab dan suratnya secara baik dengan bahasa arab/al-quran. semoga tidak mengurangi isi dari yang ingin disampaikan)
Salam
Kebaikan.
2 komentar:
Miris banget tapi, muda-mudi era digital seperti sekarang ini lebih banyak nongkrongin hp nya. Memilih bermain gadget dan chat. Semoga akan ada perubahan lebih baik kedepannya
Amiin mbak, perlahan tapi pasti semoga Allah berikan hidayah ke hati-hati mereka,
karena mereka mainnya di medsos, maka dakwah juga dicoba melalui medsos mbak, semoga kebaikan selalu menyertai kita
Posting Komentar