Sabtu, 06 Mei 2017

Nafasku Yang Tak Sampai “Ya Daa Hu”


Apa kabarnya hari ini? Sudah membaca firman Allah berapa banyak? Semoga kita yang membaca dan mendengarkan mendapat syafaat dariNya, amiin.

Nah, hari ini kembali alhamdulillah diberikan kesempatan oleh Allah untuk kembali memperbaiki bacaan Al-Quran. Bagaimana dengan bacaan teman-teman? Saya yakin jauh lebih bagus dari saya. Seperti biasa setelah materi kami setoran bacaan dengan Ustadz Hartanto, pemilik rumah Tajwid Depok.

Hari ini cukup sedikit yang setoran bacaan membuat waktu lebih luang dan bisa sedikit berlama-lama membenarkan bacaan dari biasanya.



Setelah dua orang, saya mengambil giliran untuk setoran. Seperti biasa dimulai dengan Ta’awudz dan dilanjutkan dengan surat pertama Al-Faatiha. Yap, selalu ketika berhadapan dengan guru seorang murid akan merasakan sebuah hal yang tidak biasa. Dari deg-degan sampai takut salah baca.

Mulailah dengan ta’awudz, eh dua sampai tiga kali di ulang. Masih ada saja huruf yang keluar tidak sempurna sesuai dengan tempatnya. Kali ini terpeleset di tasydidnya huruf “Ro” maaf nih tidak ada tulisan arabnya. Meskipun ditulis dengan latin seperti itu, tapi pengucapannya tidak sampai membulatkan bibir ingat ya...

Nah, setelah beberapa pengulangan, barulah mulai membaca surat Al-Fatiha. Asal tahu saja, Al-Fatiha ini selalu di baca di awal setiap setoran. Dan selalu saja ada yang dikoreksi hampir semua yang setoran.

Seperti di awal tadi, saya nyangkut dulu di ayat ketiga, ketika tasydid huruf “Ro” kembali bermasalah karena kurang terdengar. Jujur saja saya takut salah pengucapan, jadinya apa yang diucapkan samar-samar, antara tasydid dan tidak, sayapun sadar akan kurang sempurnanya pengucapan itu.

Setelah ayat ketiga terlewati, masuk ke ayat empat, alhamdulillah disuruh lanjut, meskipun saya merasa ada yang belum benar. Masuk ke ayat lima ada keluar huruf yang kurang kedalam. Lidah saya tidak maksimal mengeluarkannya, apalagi kalau bukan efek grogi, hehe.

Setelah dua kali pengulangan, baru masuk ayat ke enam. Lagi-lagi ada yang diulang karena makhrojnya yang tidak sempurna. Lalu lanjut ke ayat tujuh. Kalau tidak salah, tiga ayat terakhir ini, setidaknya masing-masing dua kali pengulangan bacaan.

Nah terbayang kan, baru baca Al-Faatiha saja lho? Lantas apakah kita sudah yakin bahwa yang kita ucapkan selama ini betul? Panjang pendeknya, tajwid, mad, dan lainnya. Jangan-jangan kita hanya menggunakan bacaan Taqlid, alias ikut-ikutan. Ikut orang tua, imam, atau televisi. Alangkah baiknya jika kita cek lagi secara pribadi.

Masih ingat seorang teman yang sekarang bacaannya sudah bagus, dulu diawal-awal ketika masih kesusahan sempat dapat semacam ancaman atau teguran, “Kamu kalau belum benar baca Al-fatiha, belum boleh menikah dulu”

Kurang lebih seperti itu redaksinya jika saya bahasa formalkan. Bisa dibilang lucu tapi sebenarnya serius. Laki-laki yang akan menjadi imam rumah tangga, malah siapa tahu imam masjid, masa Al-Faatihanya kacau, kan berabe urusannya sama Allah.

Nah balik lagi dengan setoran saya.

Lalu setelah di okekan bacaan Al-Faatiha, lanjut ke An-Naba di sepuluh ayat terakhir. Satu dua ayat awal, sip lewat. Nah memasuki ayat-ayat berikutnya mulai banyak yang diulang. Penyakitnya kali ini sama kembali pada tasydid “Ro”, keluarnya tempat pengucapan “Ta”, “Kho”, dan “Dza”. Ketika mengucapkannya perhuruf lancar-lancar saja, namun saat menjadikannya satu kalimat, wuih, salah semua euy.

Tapi bagian paling menguji kesabaran pada ayat terakhir. Dimulai dari “Innaaaa” sampai “Turoobaa” nah, kan lumayan panjang tuh, satu setengah baris. Satu nafas tidak akan sampai, tempat berhentinya adalah di “Ya Daa Hu” dimana huruf “Ha (tebal)” menjadi sukun.

Tapi, qadarullahnya sampai lebih lima kali pengulangan nafas ini tak pula sampai. Istighfar beberapa kali, untung saja tidak menangis, hehe. Dicoba lagi mentoknya sampai “Mar u maa qoddamat...” nafaspun habis. Akhirnya di toleransi, dan pada pengulangan yang kesekian (Saking banyaknya diulang, hehe) saya menyelesaikan setoran bacaan An-naba.

Tahukah kamu, ternyata hal itu hanya berlaku di depan ustadz. Apa ini yang namanya ketika orang sholeh dihadapkan orang yang masih banyak dosa, semua amalpun runtuh? Hehe

Setelah mundur saya coba membaca ayat terakhir dari surat An-Naba, MasyaAllah bisa, nafas saya sampai. Samapi pulangpun saya berulang kali membacanya dan nyampai kok. Hiks,hiks kenapa tadi nggak sampai-sampai.

Tunggu ya ustadz, besok pagi sebelum tadabur saya mau setor nafas saya di ayat terkahir itu, tak perlu menunggu dua bulan, hehe (moga ustadznya nggak baca ini)

Sipp, yuk yang muda-muda jangan nunggu tua baru belajar, siapa tahu hidupnya nggak sampai tua kan? Hehe, belajar dari sekarang, lembaga tahsin banyak tinggal pilih dan belajar. Tekad saja tidak cukup untuk menjadi semakin baik, perlu ilmu dan pembelajaran yang rutin untuk dilakukan. Semoga kita termasuk dalam orang yang senantiasa belajar.

(Maaf, tidak bisa menampilkan huruf arab dan suratnya secara baik dengan bahasa arab/al-quran. semoga tidak mengurangi isi dari yang ingin disampaikan)

Salam Kebaikan.

2 komentar:

Elva Susanti E mengatakan...

Miris banget tapi, muda-mudi era digital seperti sekarang ini lebih banyak nongkrongin hp nya. Memilih bermain gadget dan chat. Semoga akan ada perubahan lebih baik kedepannya

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

Amiin mbak, perlahan tapi pasti semoga Allah berikan hidayah ke hati-hati mereka,

karena mereka mainnya di medsos, maka dakwah juga dicoba melalui medsos mbak, semoga kebaikan selalu menyertai kita

Posting Komentar

 
;