Nah,
setelah tulisan sebelumnya tentang cerita di balik layar sebelum acara seminar
yang dilaksanakan oleh UKM Kerohanian Universitas bengkulu, bidang Keputrian.
Kali ini akan bercerita tentang jalannya acara.
Pukul
08.04,
Setelah
briefing dan persiapan semuanya, langsung mengambil posisi masing-masing untuk
melaksanakan tugas. Dari time keeper, MC, nasyid, Puisi, pendongeng, dan
panitia yang bertugas menyambut tamu sekaligus menjaga presensi sudah stand by
di tempat. Kameraman, fotografer, dan beberapa personil lain yang ikut andil
dalam acara ini juga sudah siap.
MC naik
ke panggung, yang dalam hal ini di bawakan oleh Martiyas, seorang aktivis dari
Lembaga Dakwah Fakultas FISIP, atau biasa disebut IMC. Membacakan susunan acara
yang sudah siap di layangkan. Tak ketinggalan stand by di depan laptop untuk
mengatur nada pengiring, slide dan lainnya, yang tak lain juga perempuan,
Mukhira.
Setelah
dibuka dengan bismillah, tilawah langsung dibawakan oleh Masmoni. Pada posisi
ini saya hanya teruss mendengarkan sambil masih memelihara gugup untuk menjadi
moderator. Setelah tilawah, mulailah kata sambutan beberapa orang. Dari ketua
panitia sampai pembina UKM Kerohanian.
Beberapa
menit sebelum naik panggung, Dita selaku ketua panitia sempat bertanya akan apa
yang dibawakan dalam penyampaiannya. Sedikit memberi masukan dan saran serta
digabung dengan isi yang sudah disiapkan oleh dirinya sendiri untuk memberikan
kata sambutan. Tidak lama setelah itu, diapanggillah dirinya untuk memberi kata
sambutan. Alhamdulillah tidak ada yang macet dan semua disampaikan terstruktur.
Ternyata
yang gugup pun tidak hanya saya ya. Tapi gugup itu perlu lho, karena itu akan
mengendalikan dan lebih hati-hati ketika akan berbicara di depan umum.
Setelah ketua panitia, kata sambutan dari ketua
UKM kerohanian yang sudah menyelesaikan masa akhir jabatannya, Candra Wijaya.
Tidak terlalu panjang sederhana dan pas, memberi kata ambutan dengan gaya
khasnya. Terakhir tidak lain pembina UKM kerohanian sendiri bapak Chairul
Muslim. Sedikit hanyut dengan kata sambutan yang dibawakannya tidak terlihat
sinyal yang diberikan panitia. Akhirnya sedikit waktu agak menjadi panjang dari
rencana biasanya, hehe. Nggak ada yang bisa protes deh sama beliau.
Setelah
selesai semua kata sambutan sekaligus pembukaan, doa di bawakan oleh ananda
Syahril. Dengan jubah dan sorbannya, serta suara teduhnya alhamdulillah doa
dibawakan dengan nikmat. Semoga keberkahan bagi semuanya, Amiin.
Rangkaian
acara pembukaan sudah selesai dilaksanakan. Namun waktu sudah agak memanjang
dari yang direncanakan sebelumnya, dan lagi keberadaan ustad salim masih belum
bisa dipastikan. Tanpa banyak pengantar, langsung MC memandu ke acara
berikutnya. Penghargaan bidang Syi’ar untuk LDF yang ada di UNIB. Ada tiga LDF
yang mendapatkan penghargaan tersebut, FKSI (Ekonomi), Mostaneer (Teknik), dan
FOSI (FKIP). Kalau tidak salah ini ya, nah jenis-jenis penghargaannya saya lupa
nih, hehe.
Setelah
penghargaan syiar, kalau tidak salah nasyid dulu. Nasyid yang sudah biasa di
undang acara, namun kali ini personil sedang tidak lengkap, hanya ada dua orang
yang kali ini tampil, Addinan dan Ahmad. Membawakan dua syair dengan judul
Surat cinta dan InshaAllah Maher zain.
Setelah
dua syair yang dibawakan Arrijal, berikutnya penggalangan dana untuk Somalia.
Kali ini tim PKPU yang mempresentasikan untuk mengajak semua peserta di dalam
ruangan menggerakkan langkahnya untuk berbagi. Setelah video di putar tentang
keadaan Somalia, tim sunduk bergerak mengambil dana amal yang diberikan oleh
setiap peserta.
Sekitar
lima menitan presentasi dari tim PKPU selesai. Peserta masih terus berdatangan,
dan membludak sampai lebih dari tiga ratus orang. Mungkin lima ratus orang pun
sampai, apalagi jika ditambah dengan panitia. Kursipun sampai kurang. Beberapa
orang yang baru datang di jam setengah sepuluh.an harus mengambil tempat di
bagian lantai dua geduang Auditorium Universitas Bengkulu.
Menginjak
acara berikutnya sambil terus menunggu kontak dari ustad Salim A. Fillah.
Semakin waktu dekat, disitu pula saya semakin merasa gugup.
Akhirnya
acara dilanjutkan dengan dongeng anak muslim oleh ustad Iim. Cukup lama waktu
yang diberikan, saya mengambil udara di luar gedung untuk mempersiapkan diri.
Setelah hampir jam sepuluh, mendapat kabar kalau pemateri sudah di dalam
perjalanan.
Setelah
dongeng, langsung naik puisi dari Tafsili, mahasiswa FKIP Bahtra, tidak lain
juga ketua Fosi FKIP UNIB. Tidak sampai lima menit puisi usai, mendapat kabar
ustad sudah sampai di daerah suka merindu. Sekitar sepuluh menit lagi sampai
lokasi nih. Di waktu selang itu, kembali tim nasyid maju membawakan syair Kaca
Yang berdebu.
Setelah
nasyid selesai, kabar masuk lagi bahwa ustad sudah sampai di Bandaraya. Saya
pun bersiap diri untuk naik ke atas panggung. Video bumper untuk menyambut
acara, moderator, dan pemateripun dihidupkan.
Sebuah
panggilan dari MC tentang cv singkat saya dan nada pengiring dimainkan.
Menunggu sinyal dari korlap, tapi beliau sedang tidak di posisi. Akhirnya
mendapat sinyal dari operator yang memegang kendali layar di LCD dan laptop
untuk naik ke atas panggung.
Dengan
langkah perlahan naik ke panggung. Huh, jujur saja ketika berada posisi di
tengah, saya hanya memiliki pandangan kosong, mana tidak, sebagian besar
peserta adalah perempuan semua. Laki-laki hanya satu bagian sisi di samping.
Setelah muqoddimah dan memberi salam, sedikit mencairkan suasana.
Sedang
ditengah-tengah pegang kendali, alhamdulilllah, Ustad Salim datang dan memasuki
ruangan. Langsung semua mata tertuju padanya, (cieee...) saya pun di cuekin,
(hiks).
Sembari
saya ngoceh sendiri membawa suasana ke acara inti, ustad Salim menyalami
peserta di barisan depan bagian laki-laki. Asli deh semua mata fokus ke beliau,
saya benar-benar menjadi pengisi suara di tengah keramaian. Sedikit memainkan
suasana di tengah kondisi itu, alhamdulillah cukup membuat santai.
Setelah
diberikan syal batik yang dikalungkan oleh Ketua Ukm kerohanian, ustad Salim,
duduk di kursi tamu dan undangan di depan. Saya melihat itu tidak langsung memanggil
beliau. Tentunya capek dong, baru nyampai langsung di todong ngisi.
Setelah
beberapa saat yang sebenarnya tidak terlalu lama dari beliau duduk, saya
memanggil untuk naik ke atas panggung memulai acara puncak.
Naiklah
Ustad Salim di kursi sofa panjang yang sudah disediakan untuknya. Sebenarnya
saya seharusnya duduk di kursi yang single seat di sebelahnya, tapi entah
kenapa merasa tidak enak melewati beliau yang sudah duduk, jadi mengambil
posisi di satu tempat dengan beliau. Awalnya saya bertanya,
“Bagaimana
ustad, mau di bacakan CVnya dulu?” dengan sedikit gugup saya menanyakan.
“Biar
saya memperkenalkan diri saya sendiri saja ya” jawab beliau sembari mengatur
posisi berbicaranya.
Saya
pun mengikuti kemauannya, dan urung membaca kertas yang sudah disiapkan.
Padahal tadi agak panik mau ngeprintnya, hiks, kasihan panitia yang udah
ngeprint, semoga menjadi amal jariyah ya, hehe.
Setelah
itu saya melihat kode dari panitia yang tidak lain adalah PJ lapangan, Dwi,
menyuruh saya untuk duduk di sofa satunya. Sedikit berpikir bagaimana agar
tidak terkesan salah tingkah, akhirnya meminta izin dengan Ustad Salim dengan
sedikit candaan,
“Permisi
ustad, pindah tempat nih, nanti dimarah panitia” seisi ruanganpun tertawa
dengan hal sekilas itu. Ustad salim tidak kalah kocak, memberikan candaan
balik.
“Yes,
bisa blocking nih,” dia langsung seperti ingin menyelonjorkan dirinya di sofa
yang agak panjang itu.
Sontak
seisi ruangan kembali tertawa.
Kembali
ketika dia akan memperkenalkan diri, dan saya menunggu apa perkataannya, dia
menjawab dengan hal menawan yang mebuat satu ruangan bertepuk tangan,
“Saya
tidak suka memperkenalkan diri, saya lebih suka memperkanalkan Allah dan
RasulNya” Semua dibikin terhenyak dengan jawaban beliau.
Akhirnya
saya mempersilahkan untuk Ustad Salim langsung memulai materi yang akan
disampailkan. Muqoddimah sebentar, lalu meminta maaf karena ternyata pesawatnya
delay, jadi itu sebabnya dirinya agak terlambat sampai di lokasi.
Nah,
untuk materi saya tidak akan menjelaskan penuh. Pertama selain tidak ingat
semuanya, kedua takut tulisannya kepanjangan untuk dibaca. Jadi sedang-sedang
aja ya, hehe.
Sebuah
pernyataan pertama yang saya ingat di awal materi, ketika beliau mengatakan
bahwa nama kita dipanggil muslim, beragama Islam, bukanlah sebuah penisbatan
dari manusia ke manusia lainnya, tapi
langsung dari Allah. beliau menyebutkan beberapa surat di dalam Al-Quran yang
menyatakan tenatng hal itu.
Lalu
mulailah menjelaskan secara penuh tentang beberapa hal yang harus dimiliki
dengan menyandang identitas sebagai seorang muslim.
Sebuah
hal yang saya ingat adalah ketika sudah menyandang identitas muslim, Ustad
salim mengumpamakannya dengan sebuah cerita Penyelam dengan orang yang
tenggelam.
Singkat
cerita, ketika seorang sebagai penyelam, dia sudah siap dengan segala halnya
dari tabung oksigen, kaki katak, baju renang, kaca mata selam, dan semua
kelengkapannya. Berbeda dengan orang yang tenggelam, yang tidak memiliki
persiapan apa-apa, jika masuk air tamatlah riwayatnya.
Ini
kesimpulan saya saja sih ya, tapi hal itu menunjukkan, ketika sudah memiliki
identitas seorang muslim, harus bisa mempersiapkan diri sebagai muslim sepenuhnya.
Jalani rukun islam, kuatkan keyakinan dengan syahadatnya, pastikan lengkap
sholatnya setiap hari, hiasi juga dengan sholat sunnah, apalagi yang sudah
ditekankan. Berpuasa di bulan ramadhan, sunnah pun silahkan dijalankan. Haji,
mampukan dan niatkan kuat untuk satu hal ini, semoga kita yang belum bisa, akn
segera menjalaninya.
Jadi
sebagai seorang muslim, harus banyak mempersiapkan diri, dan jangan pernah malu
untuk mengakui diri sebagai seorang muslim. Katakan dengan bangga, biarkan
orang melihat diri kita, dan menyaksikan, Bahwa AKU SEORANG MUSLIM.
Kisah-kisah
nabi Allah dijelaskan dengan luar biasa. Satu cerita yang paling diangkat
adalah tentang nabi Yusuf. Nabi dengan mukjizat ketampanan wajahnya. Sebuah
perjalanan hidup yang juga tidak mudah ternyata. Ditutup dengan sebuah
pernyataan kepada seluruh Laki-laki yang hadir,
“Nah
buat para ikhwan, jangan ngaku ganteng kalau belum hidupnya kayak nabi Yusuf.
Kalau kalian lewat sampai ada yang ngiris tangan sendiri”
Kembali
satu ruangan tertawa, dan semua laki-laki senyum-senyum dikulum.
Sekitar
satu setengah jam dari materi dan dua pertanyaan yang dilontarkan, di jawab
oleh ustad Salim. Di akhir acara foto bersama dengan seluruh Tallent yang sudah
tampil. Juga pengumuman dana yang terkumpul sekitar tujuh juta, MasyaAllah.
Dari infaq peduli Somalia.
Alhamdulillah,
ustad Salim pun langsung menjadi khatib jumat, dia masjid Darul Ulum, disana
kembali menyerap ilmu dengan apa yang beliau sampaikan, dan sepenglihatan saya,
tidak ada jamaah jumat yang mengantuk, semoga menjadi keberkahan bagi kita
semua.
Semoga
tulisan sederhana ini bisa bermanfaat, maaf jika banyak salah kata.
Salam
kebaikan.






0 komentar:
Posting Komentar