Selasa, 18 April 2017

Saksikan Aku Seorang Muslim, Seminar Ustadz Salim A. Fillah



Nah, setelah tulisan sebelumnya tentang cerita di balik layar sebelum acara seminar yang dilaksanakan oleh UKM Kerohanian Universitas bengkulu, bidang Keputrian. Kali ini akan bercerita tentang jalannya acara.

Pukul 08.04,


Setelah briefing dan persiapan semuanya, langsung mengambil posisi masing-masing untuk melaksanakan tugas. Dari time keeper, MC, nasyid, Puisi, pendongeng, dan panitia yang bertugas menyambut tamu sekaligus menjaga presensi sudah stand by di tempat. Kameraman, fotografer, dan beberapa personil lain yang ikut andil dalam acara ini juga sudah siap.

MC naik ke panggung, yang dalam hal ini di bawakan oleh Martiyas, seorang aktivis dari Lembaga Dakwah Fakultas FISIP, atau biasa disebut IMC. Membacakan susunan acara yang sudah siap di layangkan. Tak ketinggalan stand by di depan laptop untuk mengatur nada pengiring, slide dan lainnya, yang tak lain juga perempuan, Mukhira.

Setelah dibuka dengan bismillah, tilawah langsung dibawakan oleh Masmoni. Pada posisi ini saya hanya teruss mendengarkan sambil masih memelihara gugup untuk menjadi moderator. Setelah tilawah, mulailah kata sambutan beberapa orang. Dari ketua panitia sampai pembina UKM Kerohanian.

Beberapa menit sebelum naik panggung, Dita selaku ketua panitia sempat bertanya akan apa yang dibawakan dalam penyampaiannya. Sedikit memberi masukan dan saran serta digabung dengan isi yang sudah disiapkan oleh dirinya sendiri untuk memberikan kata sambutan. Tidak lama setelah itu, diapanggillah dirinya untuk memberi kata sambutan. Alhamdulillah tidak ada yang macet dan semua disampaikan terstruktur.

Ternyata yang gugup pun tidak hanya saya ya. Tapi gugup itu perlu lho, karena itu akan mengendalikan dan lebih hati-hati ketika akan berbicara di depan umum.

 Setelah ketua panitia, kata sambutan dari ketua UKM kerohanian yang sudah menyelesaikan masa akhir jabatannya, Candra Wijaya. Tidak terlalu panjang sederhana dan pas, memberi kata ambutan dengan gaya khasnya. Terakhir tidak lain pembina UKM kerohanian sendiri bapak Chairul Muslim. Sedikit hanyut dengan kata sambutan yang dibawakannya tidak terlihat sinyal yang diberikan panitia. Akhirnya sedikit waktu agak menjadi panjang dari rencana biasanya, hehe. Nggak ada yang bisa protes deh sama beliau.


Setelah selesai semua kata sambutan sekaligus pembukaan, doa di bawakan oleh ananda Syahril. Dengan jubah dan sorbannya, serta suara teduhnya alhamdulillah doa dibawakan dengan nikmat. Semoga keberkahan bagi semuanya, Amiin.

Rangkaian acara pembukaan sudah selesai dilaksanakan. Namun waktu sudah agak memanjang dari yang direncanakan sebelumnya, dan lagi keberadaan ustad salim masih belum bisa dipastikan. Tanpa banyak pengantar, langsung MC memandu ke acara berikutnya. Penghargaan bidang Syi’ar untuk LDF yang ada di UNIB. Ada tiga LDF yang mendapatkan penghargaan tersebut, FKSI (Ekonomi), Mostaneer (Teknik), dan FOSI (FKIP). Kalau tidak salah ini ya, nah jenis-jenis penghargaannya saya lupa nih, hehe.

Setelah penghargaan syiar, kalau tidak salah nasyid dulu. Nasyid yang sudah biasa di undang acara, namun kali ini personil sedang tidak lengkap, hanya ada dua orang yang kali ini tampil, Addinan dan Ahmad. Membawakan dua syair dengan judul Surat cinta dan InshaAllah Maher zain.

Setelah dua syair yang dibawakan Arrijal, berikutnya penggalangan dana untuk Somalia. Kali ini tim PKPU yang mempresentasikan untuk mengajak semua peserta di dalam ruangan menggerakkan langkahnya untuk berbagi. Setelah video di putar tentang keadaan Somalia, tim sunduk bergerak mengambil dana amal yang diberikan oleh setiap peserta.

Sekitar lima menitan presentasi dari tim PKPU selesai. Peserta masih terus berdatangan, dan membludak sampai lebih dari tiga ratus orang. Mungkin lima ratus orang pun sampai, apalagi jika ditambah dengan panitia. Kursipun sampai kurang. Beberapa orang yang baru datang di jam setengah sepuluh.an harus mengambil tempat di bagian lantai dua geduang Auditorium Universitas Bengkulu.

Menginjak acara berikutnya sambil terus menunggu kontak dari ustad Salim A. Fillah. Semakin waktu dekat, disitu pula saya semakin merasa gugup.

Akhirnya acara dilanjutkan dengan dongeng anak muslim oleh ustad Iim. Cukup lama waktu yang diberikan, saya mengambil udara di luar gedung untuk mempersiapkan diri. Setelah hampir jam sepuluh, mendapat kabar kalau pemateri sudah di dalam perjalanan.

Setelah dongeng, langsung naik puisi dari Tafsili, mahasiswa FKIP Bahtra, tidak lain juga ketua Fosi FKIP UNIB. Tidak sampai lima menit puisi usai, mendapat kabar ustad sudah sampai di daerah suka merindu. Sekitar sepuluh menit lagi sampai lokasi nih. Di waktu selang itu, kembali tim nasyid maju membawakan syair Kaca Yang berdebu.

Setelah nasyid selesai, kabar masuk lagi bahwa ustad sudah sampai di Bandaraya. Saya pun bersiap diri untuk naik ke atas panggung. Video bumper untuk menyambut acara, moderator, dan pemateripun dihidupkan.

Sebuah panggilan dari MC tentang cv singkat saya dan nada pengiring dimainkan. Menunggu sinyal dari korlap, tapi beliau sedang tidak di posisi. Akhirnya mendapat sinyal dari operator yang memegang kendali layar di LCD dan laptop untuk naik ke atas panggung.

Dengan langkah perlahan naik ke panggung. Huh, jujur saja ketika berada posisi di tengah, saya hanya memiliki pandangan kosong, mana tidak, sebagian besar peserta adalah perempuan semua. Laki-laki hanya satu bagian sisi di samping. Setelah muqoddimah dan memberi salam, sedikit mencairkan suasana.


Sedang ditengah-tengah pegang kendali, alhamdulilllah, Ustad Salim datang dan memasuki ruangan. Langsung semua mata tertuju padanya, (cieee...) saya pun di cuekin, (hiks).

Sembari saya ngoceh sendiri membawa suasana ke acara inti, ustad Salim menyalami peserta di barisan depan bagian laki-laki. Asli deh semua mata fokus ke beliau, saya benar-benar menjadi pengisi suara di tengah keramaian. Sedikit memainkan suasana di tengah kondisi itu, alhamdulillah cukup membuat santai.

Setelah diberikan syal batik yang dikalungkan oleh Ketua Ukm kerohanian, ustad Salim, duduk di kursi tamu dan undangan di depan. Saya melihat itu tidak langsung memanggil beliau. Tentunya capek dong, baru nyampai langsung di todong ngisi.

Setelah beberapa saat yang sebenarnya tidak terlalu lama dari beliau duduk, saya memanggil untuk naik ke atas panggung memulai acara puncak.

Naiklah Ustad Salim di kursi sofa panjang yang sudah disediakan untuknya. Sebenarnya saya seharusnya duduk di kursi yang single seat di sebelahnya, tapi entah kenapa merasa tidak enak melewati beliau yang sudah duduk, jadi mengambil posisi di satu tempat dengan beliau. Awalnya saya bertanya,


“Bagaimana ustad, mau di bacakan CVnya dulu?” dengan sedikit gugup saya menanyakan.

“Biar saya memperkenalkan diri saya sendiri saja ya” jawab beliau sembari mengatur posisi berbicaranya.

Saya pun mengikuti kemauannya, dan urung membaca kertas yang sudah disiapkan. Padahal tadi agak panik mau ngeprintnya, hiks, kasihan panitia yang udah ngeprint, semoga menjadi amal jariyah ya, hehe.

Setelah itu saya melihat kode dari panitia yang tidak lain adalah PJ lapangan, Dwi, menyuruh saya untuk duduk di sofa satunya. Sedikit berpikir bagaimana agar tidak terkesan salah tingkah, akhirnya meminta izin dengan Ustad Salim dengan sedikit candaan,

“Permisi ustad, pindah tempat nih, nanti dimarah panitia” seisi ruanganpun tertawa dengan hal sekilas itu. Ustad salim tidak kalah kocak, memberikan candaan balik.

“Yes, bisa blocking nih,” dia langsung seperti ingin menyelonjorkan dirinya di sofa yang agak panjang itu.

Sontak seisi ruangan kembali tertawa.

Kembali ketika dia akan memperkenalkan diri, dan saya menunggu apa perkataannya, dia menjawab dengan hal menawan yang mebuat satu ruangan bertepuk tangan,

“Saya tidak suka memperkenalkan diri, saya lebih suka memperkanalkan Allah dan RasulNya” Semua dibikin terhenyak dengan jawaban beliau.

Akhirnya saya mempersilahkan untuk Ustad Salim langsung memulai materi yang akan disampailkan. Muqoddimah sebentar, lalu meminta maaf karena ternyata pesawatnya delay, jadi itu sebabnya dirinya agak terlambat sampai di lokasi.

Nah, untuk materi saya tidak akan menjelaskan penuh. Pertama selain tidak ingat semuanya, kedua takut tulisannya kepanjangan untuk dibaca. Jadi sedang-sedang aja ya, hehe.

Sebuah pernyataan pertama yang saya ingat di awal materi, ketika beliau mengatakan bahwa nama kita dipanggil muslim, beragama Islam, bukanlah sebuah penisbatan dari  manusia ke manusia lainnya, tapi langsung dari Allah. beliau menyebutkan beberapa surat di dalam Al-Quran yang menyatakan tenatng hal itu.

Lalu mulailah menjelaskan secara penuh tentang beberapa hal yang harus dimiliki dengan menyandang identitas sebagai seorang muslim.

Sebuah hal yang saya ingat adalah ketika sudah menyandang identitas muslim, Ustad salim mengumpamakannya dengan sebuah cerita Penyelam dengan orang yang tenggelam.

Singkat cerita, ketika seorang sebagai penyelam, dia sudah siap dengan segala halnya dari tabung oksigen, kaki katak, baju renang, kaca mata selam, dan semua kelengkapannya. Berbeda dengan orang yang tenggelam, yang tidak memiliki persiapan apa-apa, jika masuk air tamatlah riwayatnya.

Ini kesimpulan saya saja sih ya, tapi hal itu menunjukkan, ketika sudah memiliki identitas seorang muslim, harus bisa mempersiapkan diri sebagai muslim sepenuhnya. Jalani rukun islam, kuatkan keyakinan dengan syahadatnya, pastikan lengkap sholatnya setiap hari, hiasi juga dengan sholat sunnah, apalagi yang sudah ditekankan. Berpuasa di bulan ramadhan, sunnah pun silahkan dijalankan. Haji, mampukan dan niatkan kuat untuk satu hal ini, semoga kita yang belum bisa, akn segera menjalaninya.

Jadi sebagai seorang muslim, harus banyak mempersiapkan diri, dan jangan pernah malu untuk mengakui diri sebagai seorang muslim. Katakan dengan bangga, biarkan orang melihat diri kita, dan menyaksikan, Bahwa AKU SEORANG MUSLIM.

Kisah-kisah nabi Allah dijelaskan dengan luar biasa. Satu cerita yang paling diangkat adalah tentang nabi Yusuf. Nabi dengan mukjizat ketampanan wajahnya. Sebuah perjalanan hidup yang juga tidak mudah ternyata. Ditutup dengan sebuah pernyataan kepada seluruh Laki-laki yang hadir,

“Nah buat para ikhwan, jangan ngaku ganteng kalau belum hidupnya kayak nabi Yusuf. Kalau kalian lewat sampai ada yang ngiris tangan sendiri”

Kembali satu ruangan tertawa, dan semua laki-laki senyum-senyum dikulum.

Sekitar satu setengah jam dari materi dan dua pertanyaan yang dilontarkan, di jawab oleh ustad Salim. Di akhir acara foto bersama dengan seluruh Tallent yang sudah tampil. Juga pengumuman dana yang terkumpul sekitar tujuh juta, MasyaAllah. Dari infaq peduli Somalia.

Alhamdulillah, ustad Salim pun langsung menjadi khatib jumat, dia masjid Darul Ulum, disana kembali menyerap ilmu dengan apa yang beliau sampaikan, dan sepenglihatan saya, tidak ada jamaah jumat yang mengantuk, semoga menjadi keberkahan bagi kita semua.

Semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat, maaf jika banyak salah kata.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;