Rabu, 26 April 2017

Mencari Alasan Untuk Tidak Sholat



“Baju lagi kotor, nggak enak lah kalau dipakai sholat”

“Maaf celana pendek nih”

“Belum dulu ya, duluan aja”

Sering mendengar ungkapan seperti ini? Yang lebih tidak mengenakkan terkadang jika yang seperti ini, “Eh, mau sholat ya, titip doa jangan lupa”, kenapa ngggak doa sendiri aja kan?
Inilah yang terkadang penting menjadi sorotan kita bersama. Betapa banyak hal remeh temen seperti itu menjadikan alasan kita untuk tidak sholat. Apa musti di beri gempa dahsyat dulu, atau air bah yang melimpah, atau mungkin di serang angin puting beliung, barulah kita mau tobat dan mulai melakukan sholat.


Alasan klasik lainnya, “nantilah kalau udah bener, sekarang aja masih kayak gini masa sholat, malu lah sama Allah” ini lebih parah lagi. Berarti nggak malu meninggalkan sholat ya. Padahal yang dihisab salah satu yang paling penting adalah hal ini.

Baju kotor selama tidak najis ya sah-sah saja jika dibawa sholat. Kalau memakai celana pendek atau bolong, datanglah ke masjid pinjam sarung kepada penjaga dan marbotnya. Terus kalo doa dititip sama mereka yang sholat, memang dijamin dikabulkan? Lha, yang nitip doa aja nggak sholat, apanya yang mau dikabulkan?

Ada juga yang nyeletuk seperti ini, “Sholat nggak sholat sama aja, masih jalan terus kok maksiat. Berarti nggak ada gunanya kan sholat” Astaghfirullah, semoga kita terlindung dengan hal seperti ini. Jangan salahkan sholatnya, tapi salahkan diri sendiri yang menjalankan sholat itu. Jika sholat kita benar dan tuma’ninah gerakannya, tentu akan menjadi penjaga dan berpengaruh kepada karakter kita.

Lha, ini baca suratnya saja terbalik-balik, rukuk dan sujud kayak ayam sedang matuk, dimana khasiatnya?

Ada yang pernah memberi istilah seperti ini, meskipun tidak terlalu tepat. Jika kata ISLAM diambil setiap hurufnya kepanjangan dari setiap waktu ssholat menjadi Isya, Shubuh, Lohor (beberapa tempat menyebut waktu dzuhur dengan sebutan ini), Ashar, dan Mahgrib. Jadi kalau sholat yang dilakukan tidak lengkap, ISLAM yang kita punya juga tidak sempurna.

Pengandaian ini massuk akal juga jika dipikirkan. Beberapa orang menganggap yang penting sholat Maghrib dan Isya aja plus Shubuh. Ashar dan Dzuhur kapan maunya. Emangnya ini barang bisa di korting? Ini mah tuntunan dan kewajiban, harus menjalankannya satu paket biar penuh, tidak bisa dipotong-potong.

Nah, masih mengumpulkan alasan untuk tidak melaksanakan sholat?

Kalau bilangnya, “Kan tidak bagus kalau melakukan ibadah dengan terpaksa”, lha jelas lebih tidak bagus lagi kalau tidak melakukan ibadah dong.

Kan sudah jelas itu hal yang wajib, berarti bagaimanapun harus dilakukan. Bukankah kita dulu disuruh-suruh orang tua agar mau dan bisa sholat? Ketika kecil kita pun sering kejar-kejaran agar tak mau disuruh sholat, sampai akhirnya sekarang kita sudah mau dan terbiasa untuk melakukannya.

Tentu jika melakukannya dengan kesadaran penuh, tak perlu ada yang diragukan lagi. Masih kurang menggiurkankah tawaran Allah akan pahala yang ditawarkan atas ibadah dan amal yang kita lakukan?

Di surat Al-Ma’un saja Allah mengatakan celaka bagi orang yang melalaikan sholat. Itu baru MELALAIKAN, apalagi yang TIDAK MELAKUKAN. Bukan celaka lagi, jelas-jelas dosa.

Jika tulisan ini menyindir dan tidak mengenakkan tidak masalah, ini untuk pengingat diri sendiri, dan siapa saja yang mau sama-sama berubah. Karena kita ingin menjadi baik setiap harinya. Kalau ada yang kurang berkenan dan kurang tepat silahkan diluruskan dengan cara yang baik.

Walaahu a’lam,

Salam Kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;