“Baju
lagi kotor, nggak enak lah kalau dipakai sholat”
“Maaf
celana pendek nih”
“Belum
dulu ya, duluan aja”
Sering mendengar
ungkapan seperti ini? Yang lebih tidak mengenakkan terkadang jika yang seperti
ini, “Eh, mau sholat ya, titip doa jangan lupa”, kenapa ngggak doa sendiri aja
kan?
Inilah
yang terkadang penting menjadi sorotan kita bersama. Betapa banyak hal remeh
temen seperti itu menjadikan alasan kita untuk tidak sholat. Apa musti di beri
gempa dahsyat dulu, atau air bah yang melimpah, atau mungkin di serang angin
puting beliung, barulah kita mau tobat dan mulai melakukan sholat.
Alasan
klasik lainnya, “nantilah kalau udah bener, sekarang aja masih kayak gini masa
sholat, malu lah sama Allah” ini lebih parah lagi. Berarti nggak malu
meninggalkan sholat ya. Padahal yang dihisab salah satu yang paling penting
adalah hal ini.
Baju
kotor selama tidak najis ya sah-sah saja jika dibawa sholat. Kalau memakai
celana pendek atau bolong, datanglah ke masjid pinjam sarung kepada penjaga dan
marbotnya. Terus kalo doa dititip sama mereka yang sholat, memang dijamin
dikabulkan? Lha, yang nitip doa aja nggak sholat, apanya yang mau dikabulkan?
Ada
juga yang nyeletuk seperti ini, “Sholat nggak sholat sama aja, masih jalan
terus kok maksiat. Berarti nggak ada gunanya kan sholat” Astaghfirullah, semoga
kita terlindung dengan hal seperti ini. Jangan salahkan sholatnya, tapi
salahkan diri sendiri yang menjalankan sholat itu. Jika sholat kita benar dan
tuma’ninah gerakannya, tentu akan menjadi penjaga dan berpengaruh kepada
karakter kita.
Lha,
ini baca suratnya saja terbalik-balik, rukuk dan sujud kayak ayam sedang matuk,
dimana khasiatnya?
Ada
yang pernah memberi istilah seperti ini, meskipun tidak terlalu tepat. Jika
kata ISLAM diambil setiap hurufnya kepanjangan dari setiap waktu ssholat
menjadi Isya, Shubuh, Lohor (beberapa tempat menyebut waktu dzuhur dengan
sebutan ini), Ashar, dan Mahgrib. Jadi kalau sholat yang dilakukan tidak
lengkap, ISLAM yang kita punya juga tidak sempurna.
Pengandaian
ini massuk akal juga jika dipikirkan. Beberapa orang menganggap yang penting
sholat Maghrib dan Isya aja plus Shubuh. Ashar dan Dzuhur kapan maunya. Emangnya
ini barang bisa di korting? Ini mah tuntunan dan kewajiban, harus
menjalankannya satu paket biar penuh, tidak bisa dipotong-potong.
Nah,
masih mengumpulkan alasan untuk tidak melaksanakan sholat?
Kalau
bilangnya, “Kan tidak bagus kalau melakukan ibadah dengan terpaksa”, lha jelas
lebih tidak bagus lagi kalau tidak melakukan ibadah dong.
Kan
sudah jelas itu hal yang wajib, berarti bagaimanapun harus dilakukan. Bukankah
kita dulu disuruh-suruh orang tua agar mau dan bisa sholat? Ketika kecil kita
pun sering kejar-kejaran agar tak mau disuruh sholat, sampai akhirnya sekarang
kita sudah mau dan terbiasa untuk melakukannya.
Tentu
jika melakukannya dengan kesadaran penuh, tak perlu ada yang diragukan lagi.
Masih kurang menggiurkankah tawaran Allah akan pahala yang ditawarkan atas ibadah
dan amal yang kita lakukan?
Di
surat Al-Ma’un saja Allah mengatakan celaka bagi orang yang melalaikan sholat.
Itu baru MELALAIKAN, apalagi yang TIDAK MELAKUKAN. Bukan celaka lagi,
jelas-jelas dosa.
Jika
tulisan ini menyindir dan tidak mengenakkan tidak masalah, ini untuk pengingat
diri sendiri, dan siapa saja yang mau sama-sama berubah. Karena kita ingin
menjadi baik setiap harinya. Kalau ada yang kurang berkenan dan kurang tepat
silahkan diluruskan dengan cara yang baik.
Walaahu
a’lam,
Salam
Kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar