Senin, 17 April 2017

Di Balik Layar, Seminar Salim A. Fillah



Tulisan ini agak telat sih, karena harus minta izin dulu dengan panitia. Kalo merugikan atau merasa merugikan pihak lain tentunya tidak akan menjadi tulisan yang baik.


Nah, saya ingin sedikit bercerita tentang seminar yang jumat lalu telah dilaksanakan oleh UKM Kerohanian Universitas Bengkulu, dari bidang keputrian. Cerita sangat singkat ini untuk melihat proses sebelum seminar yang berjalan satu hari ini berlangsung. Yah, tentu ada sebuah cerita di balik layar atas semua kesuksesan acara ini. Tapi hanya sedikit, dan ini hanya dari yang saya tahu, jika banyak kekurangan tentu mohon dimaafkan.

Berawal dari beberapa minggu lalu, sedang duduk santai di tempat mengajar. Sebuah nomor yang tak tertera namanya dikontak HP melakukan penggilan. Saat diangkat ternyata yang menelpon seorang adik tingkat yang saya kenal.

“Assalamualaikum, kak bisa minta tolong?”

Dari suaranya tidak asing saya menjawab santai.

“Waalaikumsalam, iya inshaAllah bisa, minta tolong apa?”

“Ini tanggal 14 maret april nanti mau mengadakan seminar, pematerinya Ustad Salim A. Fillah, mau minta tolong kakak menjadi moderatornya, bisa kak?”

Segala puji bagi Allah yang memberi kesempatan hambaNya untuk menjadi lebih baik. Tentu saja saya sangat senang dengan tawaran itu. Setelah mengecek hari dan ternyata tanggal merah yang artinya libur sayapun mengiyakan.

“Oke inshaAllah kakak bisa”

“Oke kak nanti dihubungi lagi, Assalamualaikum”

“Waalaikumussalam...”

Sebuah rasa syukur mengalir seketika pada saat itu. Sebuah hal yang tidak terduga kembali hadir. Bersanding dengan seorang pendakwah, penulis buku best seller, sekaligus aktor film. Semoga menjadi keberkahan nantinya.

Beberapa hari tidak lama dari mendapatkan telepon itu, saya kembali mengadakan pertemuan dengan kelas menulis dari UKM p3M sebelum menentukan naskah yang sudah mereka tulis akan dibawa kemana. Disana bertemu dengan salah satu panitia acara keputrian dengan pemateri Ustad Salim, yang tidak lain adalah ketua panitianya.

Saat melewati kami dia tiba-tiba berkata “Kak, kakak yang bakal jadi moderator nanti kan?”

Sempat bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu, lalu menanggapinya dengan anggukan. Setelah itu, ketika sedikit  bertanya detail tentang acaranya, ternyata banyak proses dan yang berubah dari kegiatan yang ingin dilakukan ini. Berawal dari cetusan pertanyaan saya,

“Eh ini kan acara keputrian, nanti pesertanya akhwat semua pula ya...” saya tidak bisa membayangkan jika berdiri di depan acara yang isinya perempuan semua. Takut penyakit lama kembali, hehe.

“Nggak lah kak, kan pematerinya laki-laki” jawabnya santai

sayapun mengiyakan dalam hati, tidak mungkin pemateri laki-laki untuk peserta perempuan semua ya.

“Awalnya memang mau langsung undang beliau ya” saya yang sedikit penasaran bertanya.

“Nggak kak. Awalnya acara ini memang mau dibikin untuk perempuan aja kak khusus, tapi kesulitan mencari pemateri perempuan. Kalau mbak peggy kan sudah pernah, mau si Rere kabarnya lagi hamil, beberapa pemateri akhwat lain ada kendala di proses secara langsung dan pembiayaan jadi kami bingung. Akhirnya kami putuskan bikin seminarnya umum, habis acara seminar, baru acara keputrian kak siangnya. Makanya kami putuskan mengundang ustad Salim” jelas beliau panjang lebar menceritakan semua rentetan acara yang ingin dilaksankan.

Saya hanya mengiyakan dan setuju atas apa yang disampaikan. Yah ini acara mereka saya tidak ada maksud untuk protes, hanya ingin tahu acara secara detail, agar bisa mengetahui kondisinya juga meskipun tidak secara penuh.

Sudah dua minggu semenjak berbincang dengan ketua panitia membahas terkait acara ini. Namun saya heran masih belum menunjukkan tanda-tanda akan adanya promosi. Sempat saya tanyakan lewat sms dan secara langsung, mereka baru mulai bikin pamflet.


Tanggal 1 April, anak murid saya yang sudah diberitahu akan adanya acara ini menujukkan sebuah foto dari instagram. Ketika saya lihat itulah pamflet acara yang akan dilakukan. Tepat dua minggu sebelum acara. Sempat berpikir mepet sih, tapi semoga banyak yang mendaftar.

Lalu, selang dua hari saya mengetahui pamflet itu, dimintalah foto untuk dimasukkan di dalam pamflet juga. Saya bingung karena tidak punya foto apapun untuk di pamflet, hehe. Akhirnya saya cari foto yang sendiri, dan dapat, itu adalah foto tahun 2015, untung wajahnya nggak terlalu jauh bentuknya dengan yang sekarang, emang jarang foto sih, hehe.

Setelah beberapa hari keluarlah pemflet yang ada foto sayanya, haha tertawa sendiri nggak cocok bersanding di pamflet.


Tiga hari sebelum acara saya mendapat konfirmasi lagi disuruh mengirimkan CV untuk moderator. Saya pun bingung, apa pula data yang perlu dikirimkan. Akhirnya saya kirimkan saja apa adanya, tidak berharap dibaca semua sih, ampe tiga lembar gitu soalnya. Namanya juga orang bingung.

Sempat juga sms ketua panitia untuik menanyakan pakaian yang akan dipakai ketika moderator nanti. Setelah sedikit saling masukan ide, sepakat untuk memilih batik sebagai pakaian sandingan pemateri, karena biasanya beliau memakai batik juga.

Tiga jam sebelum acara, tentu sangat deg-degan. Dari kostan sudah bersiap. Namun jujur saja yang namanya gugup tidak bisa ditahan. Sebelum shubuh saya harus ke toilet tanpa tahu sebab. Setelah shubuh belum ada satu jam, kembali perut sakit dan kembali ke toilet, duh efek gugup parah banget ya.

Lalu sekitar jam 07.15 saya berjalan kaki untuk menuju gedung lokasi acara di Auditorium UNIB. Di jalan berpapasan dengan Taufik, dan ikut bonceng bersama beliau.

Ketika melihat gedung masih cukup sepi, rehat sejenak di Masjid Darul Ulum. Sekitar jam delapan kurang berjalan ke lokasi, langsung bertemu salah satu panitia yang sepertinya PJ Lapangan, Dwi namanya. Langsung dipanggil dan di ajak briefing acara yang tidak lama lagi akan dimulai.


Ketika menerima rundown acara terasa detail dan mantap. Luar biasa deh buat panitianya. Padahal panitiannya dan acara punya keputrian, jadi otomatis sebagian besar perempuan yang melakuakan tugas-tugas. Terlihat ketika saat operator, kamremaen, time keepen, penyambut tamu, dan beberapa pengatur lainnya kebanyakan perempuan. Namun tetap ada laki-laki yang menjadi panitia dan petugas.

Semua dibahas detail bahkan permenitnya. Lebih panjang dari jadwal kuliah lagi baris dan kolomnya, hehe. Tapi disana terasa acara memang diperhitungkan semuanya meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai rencana.

Dari beberapa jadwal yang hampir diubah, dan pesawat ustad Salim yang sempat delay sedikit membuat kebingungan. Alhamdulillah akhirnya waktu yang dialokasikan tidak terlalu molor.

Nah sesaat sebelum pembukaan dimulai kembali perut bermasalah, akhirnya kembali ke toilet masjid. Huhu, tiga kali bolak-balik toilet hari ini. Sebegini gugupnya kah? Sampai beberapa adik tingkat laki-laki yang membantu kepanitiaan tertawa dan tersenyum melihat tingkah saya sampai berkeringatan.

Persiapan yang lama dan matang membuat semua bekerja dengan baik, dan itu sedikit cerita prosess sampai sebelum detik-detik acara dimulai dari yang saya jalani. Mungkin kalau panitianya sendiri yang bercerita lebih dramatis dan banyak suka dukanya ya, he. Silahkan tanya sendiri ke panitianya bagaimana perjuangan mereka yang super duper itu.

Tulisan berikutnya, Bagaimana jalannya Seminar Ustad Salim A. Fillah yang mantep dan keren.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;