Tulisan
ini agak telat sih, karena harus minta izin dulu dengan panitia. Kalo merugikan
atau merasa merugikan pihak lain tentunya tidak akan menjadi tulisan yang baik.
Nah,
saya ingin sedikit bercerita tentang seminar yang jumat lalu telah dilaksanakan
oleh UKM Kerohanian Universitas Bengkulu, dari bidang keputrian. Cerita sangat
singkat ini untuk melihat proses sebelum seminar yang berjalan satu hari ini
berlangsung. Yah, tentu ada sebuah cerita di balik layar atas semua kesuksesan
acara ini. Tapi hanya sedikit, dan ini hanya dari yang saya tahu, jika banyak
kekurangan tentu mohon dimaafkan.
Berawal
dari beberapa minggu lalu, sedang duduk santai di tempat mengajar. Sebuah nomor
yang tak tertera namanya dikontak HP melakukan penggilan. Saat diangkat
ternyata yang menelpon seorang adik tingkat yang saya kenal.
“Assalamualaikum,
kak bisa minta tolong?”
Dari
suaranya tidak asing saya menjawab santai.
“Waalaikumsalam,
iya inshaAllah bisa, minta tolong apa?”
“Ini
tanggal 14 maret april nanti mau mengadakan seminar, pematerinya Ustad Salim A.
Fillah, mau minta tolong kakak menjadi moderatornya, bisa kak?”
Segala
puji bagi Allah yang memberi kesempatan hambaNya untuk menjadi lebih baik.
Tentu saja saya sangat senang dengan tawaran itu. Setelah mengecek hari dan
ternyata tanggal merah yang artinya libur sayapun mengiyakan.
“Oke
inshaAllah kakak bisa”
“Oke
kak nanti dihubungi lagi, Assalamualaikum”
“Waalaikumussalam...”
Sebuah
rasa syukur mengalir seketika pada saat itu. Sebuah hal yang tidak terduga
kembali hadir. Bersanding dengan seorang pendakwah, penulis buku best seller,
sekaligus aktor film. Semoga menjadi keberkahan nantinya.
Beberapa
hari tidak lama dari mendapatkan telepon itu, saya kembali mengadakan pertemuan
dengan kelas menulis dari UKM p3M sebelum menentukan naskah yang sudah mereka
tulis akan dibawa kemana. Disana bertemu dengan salah satu panitia acara
keputrian dengan pemateri Ustad Salim, yang tidak lain adalah ketua panitianya.
Saat
melewati kami dia tiba-tiba berkata “Kak, kakak yang bakal jadi moderator nanti
kan?”
Sempat
bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu, lalu menanggapinya dengan anggukan.
Setelah itu, ketika sedikit bertanya
detail tentang acaranya, ternyata banyak proses dan yang berubah dari kegiatan
yang ingin dilakukan ini. Berawal dari cetusan pertanyaan saya,
“Eh ini
kan acara keputrian, nanti pesertanya akhwat semua pula ya...” saya tidak bisa
membayangkan jika berdiri di depan acara yang isinya perempuan semua. Takut
penyakit lama kembali, hehe.
“Nggak
lah kak, kan pematerinya laki-laki” jawabnya santai
sayapun
mengiyakan dalam hati, tidak mungkin pemateri laki-laki untuk peserta perempuan
semua ya.
“Awalnya
memang mau langsung undang beliau ya” saya yang sedikit penasaran bertanya.
“Nggak kak.
Awalnya acara ini memang mau dibikin untuk perempuan aja kak khusus, tapi
kesulitan mencari pemateri perempuan. Kalau mbak peggy kan sudah pernah, mau si
Rere kabarnya lagi hamil, beberapa pemateri akhwat lain ada kendala di proses
secara langsung dan pembiayaan jadi kami bingung. Akhirnya kami putuskan bikin
seminarnya umum, habis acara seminar, baru acara keputrian kak siangnya.
Makanya kami putuskan mengundang ustad Salim” jelas beliau panjang lebar
menceritakan semua rentetan acara yang ingin dilaksankan.
Saya
hanya mengiyakan dan setuju atas apa yang disampaikan. Yah ini acara mereka
saya tidak ada maksud untuk protes, hanya ingin tahu acara secara detail, agar
bisa mengetahui kondisinya juga meskipun tidak secara penuh.
Sudah
dua minggu semenjak berbincang dengan ketua panitia membahas terkait acara ini.
Namun saya heran masih belum menunjukkan tanda-tanda akan adanya promosi.
Sempat saya tanyakan lewat sms dan secara langsung, mereka baru mulai bikin
pamflet.
Tanggal
1 April, anak murid saya yang sudah diberitahu akan adanya acara ini menujukkan
sebuah foto dari instagram. Ketika saya lihat itulah pamflet acara yang akan
dilakukan. Tepat dua minggu sebelum acara. Sempat berpikir mepet sih, tapi
semoga banyak yang mendaftar.
Lalu,
selang dua hari saya mengetahui pamflet itu, dimintalah foto untuk dimasukkan
di dalam pamflet juga. Saya bingung karena tidak punya foto apapun untuk di
pamflet, hehe. Akhirnya saya cari foto yang sendiri, dan dapat, itu adalah foto
tahun 2015, untung wajahnya nggak terlalu jauh bentuknya dengan yang sekarang, emang
jarang foto sih, hehe.
Setelah
beberapa hari keluarlah pemflet yang ada foto sayanya, haha tertawa sendiri
nggak cocok bersanding di pamflet.
Tiga
hari sebelum acara saya mendapat konfirmasi lagi disuruh mengirimkan CV untuk
moderator. Saya pun bingung, apa pula data yang perlu dikirimkan. Akhirnya saya
kirimkan saja apa adanya, tidak berharap dibaca semua sih, ampe tiga lembar
gitu soalnya. Namanya juga orang bingung.
Sempat
juga sms ketua panitia untuik menanyakan pakaian yang akan dipakai ketika
moderator nanti. Setelah sedikit saling masukan ide, sepakat untuk memilih batik
sebagai pakaian sandingan pemateri, karena biasanya beliau memakai batik juga.
Tiga
jam sebelum acara, tentu sangat deg-degan. Dari kostan sudah bersiap. Namun
jujur saja yang namanya gugup tidak bisa ditahan. Sebelum shubuh saya harus ke
toilet tanpa tahu sebab. Setelah shubuh belum ada satu jam, kembali perut sakit
dan kembali ke toilet, duh efek gugup parah banget ya.
Lalu sekitar jam 07.15 saya berjalan kaki
untuk menuju gedung lokasi acara di Auditorium UNIB. Di jalan berpapasan dengan
Taufik, dan ikut bonceng bersama beliau.
Ketika
melihat gedung masih cukup sepi, rehat sejenak di Masjid Darul Ulum. Sekitar
jam delapan kurang berjalan ke lokasi, langsung bertemu salah satu panitia yang
sepertinya PJ Lapangan, Dwi namanya. Langsung dipanggil dan di ajak briefing
acara yang tidak lama lagi akan dimulai.
Ketika
menerima rundown acara terasa detail dan mantap. Luar biasa deh buat panitianya.
Padahal panitiannya dan acara punya keputrian, jadi otomatis sebagian besar
perempuan yang melakuakan tugas-tugas. Terlihat ketika saat operator,
kamremaen, time keepen, penyambut tamu, dan beberapa pengatur lainnya
kebanyakan perempuan. Namun tetap ada laki-laki yang menjadi panitia dan
petugas.
Semua
dibahas detail bahkan permenitnya. Lebih panjang dari jadwal kuliah lagi baris
dan kolomnya, hehe. Tapi disana terasa acara memang diperhitungkan semuanya
meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai rencana.
Dari
beberapa jadwal yang hampir diubah, dan pesawat ustad Salim yang sempat delay
sedikit membuat kebingungan. Alhamdulillah akhirnya waktu yang dialokasikan
tidak terlalu molor.
Nah
sesaat sebelum pembukaan dimulai kembali perut bermasalah, akhirnya kembali ke
toilet masjid. Huhu, tiga kali bolak-balik toilet hari ini. Sebegini gugupnya
kah? Sampai beberapa adik tingkat laki-laki yang membantu kepanitiaan tertawa
dan tersenyum melihat tingkah saya sampai berkeringatan.
Persiapan
yang lama dan matang membuat semua bekerja dengan baik, dan itu sedikit cerita
prosess sampai sebelum detik-detik acara dimulai dari yang saya jalani. Mungkin
kalau panitianya sendiri yang bercerita lebih dramatis dan banyak suka dukanya
ya, he. Silahkan tanya sendiri ke panitianya bagaimana perjuangan mereka yang
super duper itu.
Tulisan
berikutnya, Bagaimana jalannya Seminar Ustad Salim A. Fillah yang mantep dan
keren.
Salam
kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar