Pulang kampung mencari
inspirasi dan semangat, menonton layar persegi empat yang sudah sangat jarang
ditemui. Melihat beberapa berita di televisi sungguh semakin miris rasanya. Yah
bukan siapa-siapa sih, hanya saja kok makin kesini berita-berita yang ada makin
miris ya.
Duduk
sedang makan pagi, membuka salah satu channel yang ada di televisi. Nampak sedang
beraksi beberapa orang mendesak seperti demo, tapi posisinya di dalam ruangan
dekat sebuah mimbar. Ada juga seorang ibu-ibu yang terdesak dan di tarik-tarik
di dekat mimbar tersebut.
Pertama
bingung apa yang sedang terjadi, lalu ketika melihat tulisan yang menjelaskan
berita tersebut, makin lucu dan rasanya ingin tertawa saja. langsung teringat
ketika melihat rapat dan mendengar berita musyawarah yang dilakukan oleh
kebanyakan mahasiswa yang sampai ricuh dan anarkis. Mungkin cikal bakal anggota
dewan rakyat yang akan melakukan itu juga ya.
Alangkah
lucu ketika rapatnya mahasiswa dan anggota dewan bentuknya sama saja. apakah
tidak ada proses pembelajaran dari jarak menjadi mahasiswa sampai diangkat
menjadi anggota dewan. Nampaknya begitu haus akan kekuasaan. Nah semoga saja
proses pemilihan presiden BEM yang tidak lama lagi akan terjadi ini, tidak
menimbulkan kericuhan yang serupa.
Masih ingat
kisah para generasi awal, para sahabat Rasul ketika berkaitan dengan jabatan
dan kekuasaan. Mereka yang ditunjuk langsung untuk menjadi pemimpin suatu daerah
betapa berat untuk menerimanya. Bahkan kebanyakan menolaknya, karena menurut
mereka itu adalah suatu pertanggungjawaban yang besar ketika di hisab nanti.
Sebagaimana
ketika Umar saat ditunjuk untuk menggantikan Abu bakar, sangat keras menolak
karena menurutnya dia tidak pantas menggantikan sosok Abu Bakar (wallahualam
bishshowab) koreksi jika salah ya.
Pada zaman
sahabat dulu, hal yang berkaitan dengan kekuasaan dan harta, hal yang paling
dihindari karena itu bukanlah sebuah kenikmatan ataupun kesenangan. Bahkan salah
seorang sahabat ketika menjadi pemimpin suatu daerah mengutamakan semuanya
untuk rakyatya, sampai dirinya tidak akan makan daging sampai rakyatnya sudah
mampu makan daging semua yang membuat istrinya sampai sedih.
Begitulah
dulu. Memang tidak ada rapat besar ataupun berhari-hari menentukan sebuah
kekuasaan. Tapi mereka orang yang menjadi pilihan memang orang yang layak dan
memiliki kemampuan. Berbeda dengan sekarang yang rapat hima, organisasi,
fakultas mungkin bisa berhari-hari. Yap saya tidak tahu apa yang dirapatkan
jadi tidak akan banyak berkomentar.
Namun,
mari berpikir jernih. Jika ketika menjadi anggota dewan mampu sampai memcahkan
barang-barang marah dan emosi. Teriak dan saling berkerumun yang tidak ada
bedanya ketika saat menjadi mahasiswa melakukan rapat, berarti pembentukan
karakternya bukanlah ketika nanti akan menjadi anggota dewan. Tapi, dari
sekaranglah perlu pembiasaan.
Memang apa
yang dilakukan dari sekarang bisa diambil menjadi contoh dan cikal bakal bagaimana
yang akan dilakuakn nanti. Jika sudah terbiasa melakukan hal anarkis, tidak
punya etika, egois, haus akan kekuasaan dan pencapaian yang mendominasi orang
lain. Tunggu saja, jika masih hidup, saat besar nanti ada kemungkinan akan
melakukan hal yang tidak jauh berbeda.
Ya,
kita hanya bisa sama-sama berdoa dan berusaha agar menjadi pribadi yang lebih
baik. Semoga yang masih SOK berkuasa apalagi dengan senioritas yang sok songong
di depan juniornya, please itu Cuma nunjukin
kamu yang nggak bisa apa-apa selain busungin dada yang kalah maju dengan perut
buncit, ups.
Ingat,
jadilah generasi pelurus bukan hanya generasi penerus.
Salam
Kebaikan, Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar